Eight Below

Eight Below

The Real World Adventurer..

"In this life, only the fool who always start the questions of life, moreover start their life mission and purpose of money. And once beginner ask where they get money, then they will be shackled by the constraints/obstacles. And almost certainly the answer is simply no money, can not and will not be" (Rhenald Kasali - Professor of University of Indonesia)

Friday, December 2, 2011

Catatan Sang Peneliti: Hari Ketiga di Kalimantan Tengah..

Hari Ketiga di Pangkalan Bun..Awal dari Penelitian.. (Selasa, 1 November 2011)

Hari ini tidurku nyenyak sekali.. aku bangun jam stengah 5 dibangunkan oleh weker hpku.. rencanaku ingin ikut misa harian di greja katolik St. Paulus.. jadwalnya jam 5.15.. sambil bermalas-malasan aku pun bangkit dari tempat tidur untuk mandi.. saat mandi kusadari otot tangan dan kakiku semakin mengeras.. mungkin pengaruh kemarin berjalan kaki sambil membawa tas yang berat sejauh sekitar 10 km..

Selesai mandi, aku berberes lalu memindahkan memori foto dr hp ke hp satunya lg agar tak penuh.. aku ingin memotret bagian dalam gereja, karena jika tidak ada misa gereja itu selalu dikunci..

Karena terlalu lama berberes, aku pun terlambat berangkat ke gereja.. saat itu sudah jam 5.12 dan aku baru keluar dari hotel..

Karena sudah cukup hafal jalan dan merasa tak jauh, maka aku pun memutuskan untuk berjalan kaki ke gereja.. dan kusadari, pergelangan pahaku bengkak.. sakit rasanya, pasti karena terlalu banyak jalan kemarin..

Udara pagi masih dingin tapi sudah terang.. beda dengan Jakarta yang jam 6 pagi baru mulai terang.. Aku tiba di gereja jam 5.25, terlambat 10 menit dari jadwal.. ketika mau masuk ke gereja, aku melihat seorang anak berlutut dan naik ke mimbar di samping altar, dan ternyata misa sudah sampai bacaan pertama.. 

Aku masuk ke dalam gereja perlahan-lahan, tanpa mengambil air suci karena tidak kelihatan dimana tempatnya, sekaligus agak sungkan karena langkah kakiku ternyata terdengar oleh umat yang duduk di bagian belakang.. aku segera masuk dan duduk di bagian kanan paling belakang..

Gereja itu cukup luas dan modern.. umatnya sedikit tapi semuanya duduk berkumpul di bagian depan altar..


Seusai bacaan pertama selesai dibacakan dan pembacanya turun dari altar, sejenak diam dan tak ada yang naik ke altar untuk membacakan bacaan kedua.. hingga sang romo nyaris berdiri, dan kemudian ada seorang anak yang naik ke altar.. dari situ baru kutahu kalau misa ini dilaksanakan secara spontan, dengan kata lain petugasnya yang membacakan bacaan pertama dan kedua, memimpin lagu dan juga doa umat semuanya adalah sukarelawan dan spontanitas.. bagus juga pikirku.. jadi umat pun terlibat aktif, tidak sekedar datang saja..

Dari segi tata cara misa tak ada yang berbeda.. tempat berlututnya terlalu empuk, mungkin karena umatnya sedikit jadi jarang digunakan.. di sandaran bangku di depanku terdapat banyak amplop berisi surat, tentang permohonan dana untuk natal 2011..

Saat komuni tiba, aku memperhatikan umat-umatnya.. ada orang flores, jawa, dan aku malah tak tau mana yang dayak.. cukup banyak jg suster yang datang, sekitar 5 orang.. salah satunya yang rambutnya putih dan bertubuh kecil setelah kuperhatikan ternyata adalah orang bule..

Dalam misa itu tidak ada misdinar.. petugas saja sukarelawan apalagi misdinar.. sang romo jadinya melakukan segala halnya sendiri..

Seusai misa dan romo sudah meninggalkan altar ke sakristi, aku langsung pergi mengambil air suci dan segera ke sebelah kiri blakang gereja yang kuduga adalah sakristinya, tempat romo tadi masuk..

Dan ternyata benar itu adalah sakristi.. ruangannya sangat sempit dan dari jendelanya dapat kulihat sang romo sedang berganti jubahnya.. aku pun menunggu di luar..

Ketika romonya sudah mau keluar dan mengunci pintu, aku pun menyapanya dan bersalaman dengannya.. Aku memperkenalkan diriku kalau aku datang dari Jakarta.. tujuanku menemui romo karena tadi ketika misa aku jadi teringat tentang IYD (Indonesian Youth Day) 2012 yang akan dilaksanakan di Sanggau, Kalbar.. aku berpikir apakah paroki ini sudah mengetahui event tersebut, karena selama ini informasi hanya diedarkan melalui keuskupan masing-masing daerah saja dan itu pun tak merata, hanya sebagian yang terjangkau oleh internet..

Kutanyakan langsung kepada sang romo apakah tahu mengenai IYD, dan jawabannya ternyata tidak.. yang beliau tahu adalah WYD (World Youth Day) dan Palangkaraya Youth Day yang rutin diadakan setahun sekali.. dan kubiang bahwa ini adalah IYD yang pertama..

Lalu aku pun berbincang-bincang dengannya,cukup banyak informasi yang kudapat.. mengenai umat Katolik di Pangkalan bun tidak terlalu banyak karena termasuk minoritas.. Sedangkan yang banyak adalah Kristen Evangelis Kalimantan, dimana gerejanya adalah yang tertua di sini dan dari situ muncul banyak gereja Kristen yang beraneka ragam.. di sekeliling kota Pangkalan Bun pun juga banyak Mesjid, dimana-mana ada (tersebar).. Namun ternyata toleransi di kota ini sangat tinggi sehingga tidak pernah ada masalah dalam keagamaan.. mau mengadakan misa apapun dan dimanapun juga tidak masalah..

Aku juga bertanya tentang OMK di sini, yang ternyata jumlahnya hanya sedikit dikarenakan di kota ini sekolah katolik baru ada playgroup sampai SD, sehingga para penduduk yang beragama Katolik menyekolahkan anak-anak mereka yang akan memasuki jenjang SMP sebagian besar ke Pulau Jawa.. dengan demikian OMK yang ada di sini hanyalah anak-anak yang terpaksa sekolah di sekolah negri atau Okumene maupun OMK yang sudah bekerja.. Kegiatan OMK pun tidak ada yang besar seperti di Sanggau yang 2 tahun sekali ada Tendo Poli dimana ratusan OMK berkumpul dan disediakan ruangan-ruangan untuk per paroki, atau di Pontianak yang juga sering ada acara rutin besar-besaran.. di Paroki Pangkalan Bun ini kegiatan OMK hanya sekedar doa-doa saja, seperti doa Rosario bersama, karena jumlah OMKnya sedikit..

Di bagian belakang gereja ada pastoran yang sedang dibangun, sehingga sementara pastornya tinggal di asrama.. selain pastoran, di bagian samping depan gereja ada aula dan juga pondokan susteran.. lalu di bagian belakang gereja juga ada playgroup katolik, TK St. MariaSD Cahaya Mulia dan asrama putri.. semuanya milik paroki ini..

Pastor paroki ini hanya ada 2 orang.. Romo yang kuajak ngobrol tadi adalah Romo Yanto, berasal dari Pontianak (Kalbar) dan sudah 2,5 tahun bertugas di Pangkalan Bun ini.. beliau yang bertugas untuk memimpin misa minggu ini.. sedangkan romo yang satunya lagi, juga berasal dari Kalbar bertugas berkeliling setiap hari mengunjungi umat-umat Katolik di pedalaman untuk misa.. kedua pastor ini bergantian bertugas seminggu-seminggu.. dan biasanya mereka pergi ke pedalaman sendirian karena susah mengajak OMK karena kebanyakan sudah bekerja.. untuk ke pedalaman mereka menggunakan jenis mobil yang beroda besar dan tinggi.. Romo Yanto menceritakan itu pun kadang terhambat oleh lumpur hingga mobilnya kotor penuh lumpur dan harus saling bantu tarik-tarikan mobil bersama warga..

Umat Katolik di pedalaman ada 19 stasi, dimana 5 stasi adalah keluarga flores.. jumlah KK per stasinya beraneka ragam, ada yang hanya 2 KK dan ada yang hingga lebih dari 100 KK.. ada yang sudah memiliki bangunan gereja sendiri, ada yang menggunakan rumah umat , dan juga ada yang disediakan ruangan oleh perusahaan sawit untuk okumene..

Jarak antara Pangkalan Bun dan Sanggau tak begitu jauh, bisa ditempuh dengan jalan darat.. jika berangkat pagi hari, maka akan tiba sore harinya.. bukan karena jaraknya yang jauh, tapi terhambat ketika menyebrangi sungai Kapuas dengan kapal ferry yang hanya ada 2 unit, antrinya panjang bisa hingga 4 jam karena kapal tersebut dipenuhi mobil, padahal 1 kapal hanya mampu memuat 8 mobil saja..

Mengenai IYD, selain ternyata informasinya tidak sampai di Paroki ini, juga disayangkan jika ternyata nantinya Paroki ini tidak masuk dalam kuota peserta yang diinjinkan atau diberikan oleh Keuskupan Palangkaraya.. tapi kuharap OMK paroki ini bisa ikut terlibat nantinya, baik dalam lomba-lomba pra-IYD maupun acara IYDnya sendiri di bulan Oktober 2012 nanti..

Dari romo Yanto aku juga jadi tau tentang kayu Ulin, kalau orang sini menyebutnya kayu Bulin, yang terkenal dengan sebutan Kayu besi yaitu kayu asli yang hanya ada di Kalimantan yang semakin sering terendam air semakin kuat.. yang kutau kekuatannya memang sama seperti besi baja.. dan di sini sering digunakan untuk rumah penduduk, hingga pintu dan kusen jendelanya..

Cerita tentang kayu Ulin ini terkait dengan gereja Katedral Pontianak yang berusia 100 tahun, terbuat dari kayu Ulin ini.. Namun gereja ini akan dibongkar oleh panitia dikarenakan jumlah umat yang terlalu banyak hingga ada 6 kali misa dalam sehari sehingga gerejanya mau dibangun kembali dan diperluas.. tapi banyak umat juga sungguh sangat menyayangkan, karena selain bernilai sejarah, gereja katedral itu juga menyimpan nilai tersendiri..dana yang diperlukan untuk pembangunan katedral baru adalah 50 M, dan dana tersebut tak sulit dicari dikarenakan di Pontianak Katolik itu mayoritas dan kebanyakan adalah orang tionghoa yang pedagang..

Selesai berbincang-bincang aku pun berpamitan kepada romo, sambil membawa janji akan segera memberikan informasi mengenai web IYD dan juga event-event IYD lainnya..

Sebelum meninggalkan gereja aku ingin masuk ke dalamnya lagi tapi ternyata sudah dikunci.. lalu kemudian aku berputar-putar memotret susteran.. 


kulihat sang romo masih sibuk mengunci pintu bagian lainnya dan mengecek apakah sudah terkunci.. lalu aku ke belakang gereja lagi berharap dapat melihat sekolah dan asrama tapi aku tak tau jalan, sehingga akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke hotel..

Selama perjalanan ke hotel aku melihat banyak sekali yang menjual bensin, dari kemarin kuperhatikan sepanjang jalan selalu ada yang menjual bensin, mungkin karena SPBU yang kutahu hanya ada 1 di jalan Diponegoro yang menuju bandara..

Lalu aku juga melihat sebuah rumah dengan banner bertuliskan “Kami menolak sebelah rumah kami dijadikan rumah sarang walet”.. kulihat ke sebelahnya ada bangunan bertingkat yang sedang dibangun.. apa mungkin rumah modern itu akan dijadikan sarang walet?? Bingung jdnya.. tapi kuperhatikan di atas langit Pangkalan bun ini sangat banyak burung walet beterbangan dan berkumpul.. kalau orang kota sepertiku yang melihat pasti kaget, kirain ada apa karena penuh burung hingga suaranya pun terdengar keras berkicauan.. mungkin karena dikelilingi hutan jadi demikian..

Lalu di depan pintu masuk Istana Kuning, ada tugu penghargaan adipura, di depannya tersangkut kain bertuliskan “Kami siap mati melawan MK”.. hmm, trnyata di sini ada begituan juga.. tapi kalau diperhatikan di sini aman2 tentram saja..


Sampai di hotel perutku baru terasa lapar sekali dan aku pun ke resepsionis meminta jatah makan pagiku untuk segera dikirimkan.. makan pagi hari ini mie goreng plus telor goreng, dan juga secangkir teh manis hangat seperti biasanya..

Di kamar hotel seperti biasanya di sini aku menyalakan TV, saluran Sky Drama 1 (Skynindo) yang menyiarkan film-film seri Asia Timur, dan yang kutonton baru terlihat film Taiwan dan Korea.. jam-jam tertentu film dengan episode yang sama disiarkan ulang.. tapi ceritanya cukup bagus-bagus juga.. Siaran TV inilah yang menemaniku ketika sendirian di kamar hotel.. hingga aku tertidur pun sengaja tak kumatikan agar tak sepi sunyi..

Sebenarnya aku masih mengantuk, tadi di gereja pun sempat menguap.. tapi sebentar lagi aku harus pergi untuk mencari data penelitian ke instansi-instansi terkait.. katanya c Barri mau menjemput dan hanya dia yang tau jalan sedangkan Mas’ud masih buta arah.. Terpaksa diantar naik motor karena cukup jauh juga lokasinya dari hotel, tapi dekat dengan Mess mereka dan juga kantor Balai.. jadi ingat penderitaan kemarin berjalan kaki berkilo-kilo meter hingga baju basah oleh keringat dan kaki bengkak tapi masih tak juga sampai tujuan, angkotnya jarang pula.. -__-“

Sekarang aku masih menunggu Barri datang menjemputku.. aku berberes saja dulu.. aku menuliskan point-point yang kuperlukan untuk nanti mencari data di instansi..

Lalu sekitar jam 8 lewat 46 menit, aku ke bank BNI yang terletak di sebelah hotel.. aku mau menabung sebagian dari uang penelitian yang kemarin dicairkan.. menurutku 5 juta itu terlalu banyak dan tidak aman jika dibawa-bawa ke lapangan.. dengan demikian aku bermaksud menabung 2 jutanya dan membawa pergi ke lapangan 3 juta sisanya, walaupun menurutku itu masih akan berlebih tapi untuk jaga-jaga saja..

Tak disangka, dari luar kelihatannya sepi, ternyata di dalam bank sangat penuh dengan manusia yang ingin bertransaksi.. tempat duduk yang tersedia nyaris penuh.. aku mendapat nomor urut 87, sama dengan tahun lahirku.. kulihat nomor yang dipanggil baru 50an.. dan, aku pun duduk menunggu hingga hampir sejam sambil khawatir kalau-kalau Barri sudah keburu datang, tapi untungnya dia bangun kesiangan sehingga aku punya tenggang waktu lebih lama.. saking lamanya mengantri, ada seorang bapak yang akhirnya meminta tolong kepadaku menitipkan uangnya untuk ditabung ketika giliranku untuk bertransaksi tiba..

Transaksi selesai, aku segera kembali ke hotel.. dan tepat ketika aku tiba di depan pintu kamar, ada sms dari Barri yang masuk, dia sudah tiba di depan hotel.. waktu itu kira-kira jam 10 kurang..

Kemudian aku langsung bergegas mengambil tas yang sudah kusiapkan sebelumnya, dan segera turun ke bawah ke tempat Barri menungguku dengan motornya..

Segera, Barri mengantarkanku ke Balai.. akhirnya aku tahu rute jalan.. tak begitu buta lagi seperti kemarinnya..

Di tengah perjalanan, ketika sudah melewati bunderan Tugu Pancasila, tiba-tiba terjadilah hujan gerimis.. di Kota ini memang selalu hujan tiap harinya..  Barri ingin menghentikan motornya namun aku memintanya untuk tetap melanjutkan perjalanan mengingat lokasi balai yang tak begitu jauh lagi..

Sesampainya di balai, aku langsung menyeberang jalan ke Supermarket Borneo.. maksudku ingin membeli materai untuk SIMAKSI sesuai dengan sms Pak Taufik paginya.. tapi ternyata di dekat situ tidak ada yang menjual materai.. Barri menyusulku setelah memarkirkan motornya.. dan akhirnya dia berkata kepadaku bahwa dia yang akan mencarikan materai dan aku disuruh menunggu saja di dalam balai..

Tak lama kemudian Barri datang dengan membawa materai dan segera kuberikan materai itu kepada Pak Taufik..

Dan, tanpa menunggu lama, aku dan Barri segera pergi lagi ke parkiran motor, hendak pergi ke instansi-instansi terkait untuk mencari data..

Tak disangka, rantai sepeda motornya soak/aus, sehingga sering kali menimbulkan suara berdecit dan perjalanan pun menjadi tersendat-sendat.. sempat berkali-kali Barri harus memperlambat kecepatan motor ataupun berhenti..

Jumlah instansi yang direncanakan akan dikunjungi adalah total 11 instansi.. aku tak yakin akan bisa, karena aku hanya punya waktu seharian ini.. besok aku sudah berangkat ke daerah tambang..

Instansi pertama yang kami kunjungi adalah Dinas Kehutananan.. saat itu aku menggunakan sandal jepit crocs, agak khawatir jangan-jangan tidak diperbolehkan masuk..


Suasana di dalam dinas kehutanan cukup hangat dan gelap.. orang-orangnya masih lebih ramah dibandingkan dengan yang di dinas-dinas pemerintahan di Jakarta.. permintaanku langsung dilayani, hanya saja mereka sempat saling melempar karena bingung dengan tema penelitianku.. mereka mengira hanya khusus ke sosial dan penambang liar, padahal aku justru harus tahu program dan upaya dari dinas kehutanan itu sendiri mengingat daerah tambang mulanya adalah hutan yang dirambah dan berubah menjadi gurun pasir..

Akhirnya pertama-tama sang Sekretaris Kepala Dinas yang meladeniku.. kami berbincang-bincang mengenai program kerja dari Dinas Kehutanan sendiri, termasuk badan-badannya.. aku merasa sangat terbantu karena ada Barri yang aku rasa malah lebih ahli dalam bertanya.. dari situlah banyak informasi yang akhirnya kudapatkan..

Berlanjut ke bagian PKH (Kawasan), masih di dinas kehutanan.. kami bertemu dengan kepala bagiannya yaitu pak wahyu dan stafnya pak reza.. disitulah kami ngobrol sangat panjang, ngalor ngidul sampai akhirnya tahu mengenai kasus walet.. namun, aku mendapat lebih banyak lagi informasi mengenai gambaran masyarakat di daerah penambangan liar dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi mulai dari segi ekonomi hingga birokrasi pemerintahan.. hanya saja, disitu aku cukup tersiksa karena semua orang dalam ruangan itu merokok.. lama-lama bisa rusak paru-paruku, dan aku cukup sensitif terhadap asap rokok.. aku ingat ketika SMP aku pernah tidak masuk sekolah hingga 2 bulan karena paru-paruku bermasalah, akibat terlalu sering terpapar asap rokok di angkot.. akibatnya, sejak saat itu aku jadi jarang masuk sekolah hingga tak kenal dengan teman sekelasku sendiri.. padahal saat itu aku sudah kelas 3, hingga Ujian Nasional pun aku batuk-batuk parah dan dipijati oleh guru pengawas.. untunglah aku masih bisa lulus.. sejak saat itu aku anti untuk dekat-dekat dengan orang yang merokok..

Selesai ngobrol, ternyata hari sudah sangat siang.. aku dan Barri memutuskan untuk makan terlebih dahulu sebelum ke Balai.. kami makan di tempat makan yang sama dengan kemarin, dekat dengan kantor Dinas Kehutanan..

Ketika makan itulah kami banyak berbincang-bincang.. aku memesan ayam goreng lalapan (tak berbeda dengan pecel ayam di Jakarta), dan Barri ingin mencoba sesuatu yang aneh.. dia memesan mie dengan ceker.. kemudian dia menanyakan kepada mbak pelayan, pentol itu apa.. dan mbaknya ketawa-ketawa tak jelas tanpa menjawab.. kami sempat menduga pentol itu adalah ranjau (alat kelamin sapi), dan Barri penasaran sehingga memesan mie ceker dengan pentol..

Setelah cukup lama menunggu, makanan pesanan kami pun tiba.. dan kami langsung memperhatikan pentol.. yang ternyata hanyalah bakso.. jiahh, begitu aja kok pake ketawa-ketawa si mbak.. ga da yang aneh kok dengan pentol alias bakso.. dan, kami pun segera makan sambil tetap mengobrol.. sambal ayam gorengku sangat pedas, sepertinya murni cabe tanpa tomat.. wuihh..

Ketika itu Mas’ud meng-smsku yang menanyakan posisiku dan Barri sedang dimana.. dan Mas’ud ternyata sudah di OF-UK (Orangutan Foundation United Kingdom) dan kemudian ke OFI (Orangutan Foundation International).. dia membantuku menanyakan kepada orang-orang di kedua NGO tersebut terkait dengan data yang aku perlukan untuk penelitian.. beruntung sekali aku dibantu banyak orang, ada Barri dan Mas’ud yang tak segan membantuku, padahal urusan penelitian mereka sendiri juga cukup ribet..

Selesai makan, kami segera bangkit berdiri dan membayar makanan.. tampaknya harga makanan kami tertukar.. aku bayar 14.000 dan Barri 12.000, harusnya sebaliknya.. tapi tak masalah, karena kan nanti pakai duit dari beasiswa (ga mau rugi :p), selain itu tadi yang membelikan materai juga Barri dan tidak mau diganti uangnya..

Kemudian, kami pun segera ke Balai karena sudah dipanggil-panggil Pak Taufik untuk tanda tangan dan mengambil SIMAKSI ku yang sudah jadi.. selain SIMAKSI aku juga mengcopy data dari pak Taufik terkait TNTP dan penelitian..

Tak mau membuang waktu, segera setelahnya kami langsung pergi ke Instansi pemerintah lainnya yang perlu dikunjungi melihat waktu yang sudah jam 2 siang yang berarti 1,5 jam lagi sebelum jam bubar kerja.. prioritas pertama adalah ekonomi pemda..

Dengan cepat tapi lagi-lagi tersendat rantai motor yang aus, kami bergerak menuju kompleks dinas, tepat di belokan jalan sebelah dan belakang Bank Kalteng.. nama Jalannya Sultan Syahrir.. sepanjang jalan adalah kantor-kantor pemerintahan dan juga rumah sakit daerah.. instansi-instansi yang perlu dikunjungi ada di situ semua selain di deretan jalan dekat balai.. melewati dinas pariwisata, kami berbelok ke kanan.. aku dan Barri melihat ke kanan dan kiri, mencari kantor ekonomi pemda, tapi yang kami temukan justru instansi-instansi lainnya.. dan untuk memastikan lokasinya, aku meng-sms pak Taufik menanyakan dimana kantornya berada.. dan ternyata ekonomi pemda merupakan bagian dari Sekda dan kantornya adalah di kantor Bupati.. kami pun segera memutar balik karena posisi gedung Bupati terletak tepat di belakang gedung Dinas Pariwisata..

Kompleks pemerintahan disitu luar biasa, tiap dinas memiliki lapangan tenis sendiri.. wuihh, enaknya.. Lalu di bagian ekonomi Sekda, kami bertemu dengan bapak-bapak bagian perkebunan dan kemudian diarahkan kepada ibu martina bagian ekonomi (pertambangan), ngobrol interview..

Ternyata, dinas pemerintahan di kota itu masih belum lengkap.. Tidak ada dinas pertambangan dan mineral, sehingga segala urusannya digabungkan ke ekonomi pemda yang mengakibatkan pekerjaan dan segala urusannya pun menjadi tak terfokus.. permasalahan penambangan liar ini cukup terkenal hangat namun menjadi tak terurus atau terabaikan.. program yang dilaksanakan oleh ekonomi pemda hanyalah memberikan penyuluhan dan observasi dan itupun hanya beberapa bulan sekali dan berpindah-pindah desa sehingga hampir tidak ada gunanya.. Dari stafnya, aku mendapat daftar nama para penambang liar.. namun aku pun tak yakin bahwa itu data yang valid.. dari laporannya saja kubaca sama sekali tak berbobot..dan aku sempat berdebat karena ada data yang mau kucopy tidak diperbolehkan, tapi akhirnya kucatat saja inti-intinya..  inilah pemerintah Indonesia, kinerjanya kurang, kebanyakan makan gaji buta saja.. sungguh mengecewakan.. aku merasa tak mendapat begitu banyak informasi dari ekonomi pemda ini, justru masih lebih banyak dari dinas kehutanan.. padahal ekonomi pemda katanya yang mengurusi soal penambangan liar ini..

Kulihat jam, sudah jam 3an.. sudah tidak keburu untuk ke instansi lainnya.. dan Barri mengajakku langsung ke kantor OFI.. untuk NGO masih lebih rajin karena jam kerjanya sampai malam, apalagi ada pegawai yang menginap di kantornya, jadi tidak ada jam tutup..

Lokasi kantor OFI tak jauh dari hotel tempatku menginap.. waktu hari pertama ketika tiba di kota ini aku sudah pernah melewati gang menuju kantor OFI..

Kantor OFI lokasinya agak masuk ke dalam gang.. bangunannya terbuat dari kayu, dari lantai dan juga temboknya..


Orang pertama yang kutemui adalah pegawai OFI yang tinggal disitu.. Mas Ayan kalau tidak salah namanya.. kami banyak mengobrol, soal hewan-hewan, alam, kondisi lapangan dan TNTP juga soal buaya hingga aku akhirnya mengetahui kalo dia adalah orang asli dayak.. di kantor itu ada banyak hasil ukir-ukirannya.. bentuk orangutan dari beraneka jenis kayu dan akar.. juga ada gelang dari akar rumput.. benar-benar bakat alami.. hebat..


Sayangnya Mas Ayan ini tidak mau menjual hasil karyanya untuk berbisnis, padahal ukir-ukiran seperti itu biasanya bisa dijual dari range harga 150 ribu hingga jutaan rupiah.. katanya biasanya dia hanya berikan ke tamu-tamu yang datang secara cuma-cuma.. akupun mengambil 3 buah gelang dari akar rumput, dan kuberikan uang 20 ribu sebagai gantinya.. Mas Ayan sempat bilang “lho, kok jadi jualan?” dan kubilang “gapapa, anggap saja itu bonus”.. :D


Selain itu, aku juga banyak bertanya mengenai adat setempat.. ternyata Dayak Ngaju yang katanya adalah penduduk asli yang mendiami Kalimantan Tengah populasinya sudah tinggal sedikit dan nyaris punah.. yang banyak malah orang Jawa.. Mas Ayan sendiri adalah Dayak yang umum ada di Kalimantan, bukan Dayak Ngaju.. Bakat alami orang dayak Kalteng adalah mengukir dan menganyam, berbeda dengan dayak Kalbar yang terkenal dengan magicnya.. seperti kasus Sampit, yaitu Dayak vs Madura, itu adalah dayak Kalbar yang datang ke Sampit.. bakat lahir mereka adalah magic yang memang digunakan untuk membunuh.. keren sekaligus menyeramkan, mereka bisa menghilang dan menebas langsung kepala orang-orang Madura.. kata Mas Ayan, mereka memang sudah musuh bebuyutan dengan orang Madura sejak lama..

Setelah menunggu beberapa saat, datanglah orang yang dicari yaitu Mas Fajar.. dari dialah aku mengorek banyak informasi.. hingga file-file dari dinas-dinas lainnya pun diberikannya.. dan ternyata dia ikut hadir dalam presentasiku di Balai kemarin.. NGO memang lebih banyak tahu kondisi di lapangan dibandingkan dengan pemerintah.. mereka lebih bisa mendekati masyarakat dan lebih intensif pendekatannya.. dan darinya aku diberitahu bahwa data dari ekonomi pemda memang tidak valid alias cenderung palsu.. penambang liar tak semudah itu untuk didata, apalagi oleh oknum pemerintah dikarenakan masyarakat penambang sudah terlanjur punya pandangan negatif..

Di kantor OFI, bersama mas Fajar aku memperoleh selain banyak data juga banyak solusi untuk penelitianku di lapangan.. saat itu yang paling banyak kulakukan adalah bertanya-tanya untuk mempelajari wilayah penelitian.. sambil melihat peta yang ada di dinding-dinding kantornya..


dan kuperiksa tulisan di SIMAKSI milikku.. isinya aku berhak untuk memasuki kawasan Taman Nasional Tanjung Puting di SPTN I yaitu meliputi Resort Pembuang Hulu, Resort Sungai Kole dan Resort Telaga Pulang.. 


yang kupikirkan entah kenapa adalah jalan-jalan.. kata Mas Fajar, aku memang harus menyempatkan diri untuk jalan-jalan ketika di sana.. karena kesempatan itu cukup langka.. jika menjadi turis, butuh biaya yang mahal.. 10 juta mungkin hanya cukup untuk seminggu..

SPTN I meliputi Pondok Ambung (stasiun penelitian hutan tropis) dan juga Camp Leakey (pusat rehabilitasi orangutan).. baguslah aku bisa mampir ke sana nanti.. kedua tempat itu adalah lokasi penelitian Mas’ud nantinya.. besok kami ber-3 pergi ke lapangan, dengan waktu, cara dan rute masing-masing.. Sebenarnya aku penasaran juga dengan tanjung harapan, yang ada wisma tamunya.. namun itu ternyata hanyalah hutan saja dengan jalur tracking sepanjang 22 km yang menembus ke Buguru I dan II dan termasuk SPTN II, bukan SPTN I.. tapi kata mas Fajar, aku bisa saja kalau mau ke sana karena sebetulnya aku tak perlu SIMAKSI, kan bersama dengan petugas dan pegawai dan aku juga bukan turis, jadi aku lebih bebas untuk ke resort manapun yang aku mau..

Aku cukup deg-degan dan tak sabar untuk segera ke kawasan TNTP.. Aku ngobrol dengan Mas Fajar cukup lama hingga sekitar jam 7 malam.. sore hari di Pangkalan Bun terasa seperti sudah larut malam, makanya aku merasa agak tidak nyaman untuk berlama-lama lagi di kantor OFI.. Barri sudah kusuruh pulang duluan, karena besoknya subuh-subuh dia sudah pergi ke Kumai menunggu kapal untuk ke Sungai Cabang, mengingat lokasi penelitiannya yang di ujung kawasan TNTP yang berbatasan langsung dengan laut Jawa, dan juga arus laut yang sangat kencang katanya, jadi tak bisa sembarangan berlayar di sana dan harus memperhatikan waktu-waktu tertentu ketika arus agak sedikit lebih tenang.. butuh 4 jam untuk ke sana.. wow, Barri, semangatlah! Mungkin aku tak akan bisa mampir ke sana karena terlalu jauh..

Malamnya, aku diantar pulang ke hotel oleh Mas Ayan.. sebelumnya aku diantarkan dulu ke dekat pasar untuk membeli souvenir, nama tokonya “toko souvenir Kalimantan”.. yang kubeli adalah gantungan-gantungan kunci beraneka ragam bentuk yang terbuat dari kayu, getah dan juga batu aji (batu khas kalimantan), hingga menghabiskan 50 ribu.. 1 gantungan kunci dijual 5ribu, dan kulihat gelang yang serupa dengan yang dibuat Mas Ayan dijual juga disana.. bodohnya, aku lupa membeli untuk oleh-oleh, jadi yang kubeli itu hanya terbatas untuk koleksi di rumah saja.. >.<


Lalu tak jauh dari hotel, di depannya,Mas Ayan mengantarkanku ke 1 toko souvenir lagi.. tapi ternyata isinya sama saja.. malah lebih bagus yang sebelumnya karena gantungan burung Enggangnya sesuai dengan warna burung aslinya, bukan pelangi seperti yang dijual oleh toko yang kedua itu..

Dan kemudian aku kembali ke hotel, hanya meletakkan tas dan sedikit berberes-beres, lalu keluar lagi ingin mencari tempat fotocopy.. aku baru ingat kalau aku belum memfotocopy kuesioner yang akan digunakan untuk penelitian di lapangan besok.. dan baru kali ini aku keluar hotel malam-malam.. akhirnya, bukan tempat fotocopy yang kutemukan melainkan warung-warung makan di terminal depan seberang hotel.. dan, semua warung itu menjual makanan yang sama yaitu seafood dan ayam goreng.. hingga spanduknya pun sama, hanya berbeda nama warungnya saja.. apa-apaan ini?? Begitu pikirku.. 


aku pun lalu memutuskan untuk makan pecel ayam di salah satunya.. dan ternyata kurang sedap, nafsu makanku hilang, dan sisa makananku kuminta untuk dibungkus saja.. pikirku bisa untuk besok pagi.. heran makanan di kalimantan kok ga ada yang enak ya.. :(

Aku lalu kembali ke hotel.. namun, baru saja masuk kamar, aku mendapat sms dari Mas’ud, katanya dia mau datang ke hotel bersama orang OF-UK untuk ngobrol denganku.. Tak lama kemudian mereka pun datang dan aku segera turun ke lobi..

Orang OF-UK itu aku lupa siapa namanya, Adit mungkin.. dia datang bersama Mas’ud dan Ari.. awalnya kami ngobrol di parkiran dan lalu masuk ke lobi untuk ngobrol lebih lanjut..

Aku cukup dilema karena bingung untuk besok ke lapangan mau lewat jalur darat atau sungai.. Dari pihak Balai menyuruhku pergi bersama Pak Sahidin, sang Polisi Hutan melalui jalur darat selama sekitar 4 jam perjalanan dengan motor dan memutar melewati perkebunan kelapa sawit.. Menurut Mas Fajar dan juga orang OF-UK, jalan darat lebih berat dan lama dibandingkan dengan jalur sungai, apalagi aku baru pertama kali ke sana akan lebih baik jika lewat jalur sungai dan mengenal medannya terlebih dahulu..

Jika mau lewat jalur sungai, aku bisa ikut Mas’ud besok  berangkat ke Kumai lalu menggunakan Speed boat milik OF-UK diantarkan sampai Pos Natai Tengah.. aku hanya perlu mengganti uang bensin sekitar 150 ribu, dan lama perjalanannya hanya sekitar 1,5 – 2 jam, tapi tetap penuh waspada karena jalur sungai rentan bahaya juga karena ada buaya.. di Pos Natai Tengah ada saudaranya Mas Fajar yang dulunya adalah penambang liar, dan bisa mendampingiku selama di lapangan.. 

Bingung luar biasa, aku mendiskusikannya juga dengan mengirimkan sms ke Pak Taufik.. Sebenarnya aku ingin naik speed boat saja, jalur sungai pastilah akan lebih seru.. tapi Pak Taufik mengatakan jika mau lewat jalur sungai, pihak Balai tidak mau bertanggung jawab jika terjadi apa-apa.. jika lewat jalur darat, nantinya aku akan didampingi oleh Pak Udin yang adalah tokoh masyarakat penambang liar sehingga lebih aman katanya.. Dan dengan berat hati, terpaksa aku menuruti kata Pak Taufik, dan memberitahu Mas’ud bahwa aku batal ikut dengannya besok..Namun aku meminta Pak Taufik agar diperbolehkan dan diantarkan ke Pondok Ambung di hari ke-3 nya..

Setelah urusan keberangkatan besok beres, aku pun segera tidur.. hingga jam 9 malam aku masih belum bisa tidur.. tak tenang rasanya.. malam ini adalah malam terakhirku di hotel, dan besok pagi-pagi aku harus check out.. aku tak tahu kondisi di lapangan nantinya akan seperti apa, aku cukup khawatir.. besok pagi aku juga ingin ke gereja untuk terakhir kalinya, tapi entah bisa atau tidak.. perasaanku sungguh gelisah, antara takut dan khawatir tapi juga senang karena akhirnya aku akan bisa melihat langsung Taman Nasional Tanjung Puting yang selama ini hanya kulihat foto-fotonya di internet.. Hari ketiga ku di Kalimantan kututup dengan tertidur walaupun tak bisa benar-benar pulas..

No comments:

Post a Comment