Eight Below

Eight Below

The Real World Adventurer..

"In this life, only the fool who always start the questions of life, moreover start their life mission and purpose of money. And once beginner ask where they get money, then they will be shackled by the constraints/obstacles. And almost certainly the answer is simply no money, can not and will not be" (Rhenald Kasali - Professor of University of Indonesia)

Friday, December 23, 2011

Catatan Sang Peneliti: Hari Kesepuluh di Kalimantan Tengah..

Hari kedua di Sampit dan akhirnya bisa pulang ke Jakarta.. (Selasa, 8 November 2011)

Tanpa weker dan tanpa melihat jam, aku terbangun dengan sendirinya di pagi hari.. masih dengan setengah sadar, aku berusaha untuk membuka mataku.. satu hal yang membuatku terbangun seperti habis bermimpi buruk adalah suara yang kudengar sejak semalam.. kedengarannya seperti suara gelak tawa, tapi tampaknya bukan.. entah suara apa itu, kadang muncul dan kadang hilang, tapi terdengar dengan sangat jelas..

Sehabis mandi, aku memutuskan untuk berjalan-jalan ke luar hotel.. ingin melihat Sampit di pagi hari seperti apa, terutama suasana di sekitar hotel, sekalian mencari makan pagi.. Hotel Borneo Putra ini tampaknya tak menyediakan sarapan, berbeda dengan Hotel Abadi.. padahal hotel ini memiliki ruangan restoran dan café walaupun tampak sepi-sepi saja..

Hotel Borneo Putra, ternyata terdiri dari 2 hotel.. 


tempatku menginap adalah Hotel Borneo Putra 2, berciri khas Kalimantan dengan ukir-ukiran di beberapa bagian bangunannya..  


sedangkan di seberangnya adalah Hotel Borneo Putra 1 yang tampak lebih mengenaskan.. menurutku, itu tak seperti bangunan hotel.. banyak kaca jendelanya yang rusak, bangunannya tak terawat.. tampak seperti rumah tua yang tak terpakai..


Suasana di kota Sampit, tak begitu menyenangkan.. aku melihatnya seperti di daerah Glodok Jakarta.. tampak kusam.. aku jadi merasa tak nyaman untuk berjalan-jalan jauh dari hotel..


Awalnya aku mencoba ke bagian kiri hotel, tapi nyaris tak ada orang yang lewat.. tampak sepi mencekam seperti kota yang ditinggalkan oleh penduduknya.. aku tak bisa membayangkan ketika kasus Sampit terjadi dulu, suasananya mencekam seperti apa ya? Suku Dayak vs. Madura, sungguh pertempuran yang penuh dengan kekuatan magis..


Akhirnya, aku menghentikan langkahku dan berbalik ke arah kanan hotel.. di situ tampaknya masih lebih mendingan karena masih cukup banyak kendaraan yang lewat..


Tepat di sebelah hotel, kulihat sebuah bangunan dengan lubang-lubang di dindingnya.. ternyata di Sampit ini juga banyak terdapat burung walet, tapi tak sebanyak seperti di Pangkalan Bun..


Lalu aku meneruskan perjalanan, ke jalan raya yang tak jauh dari hotel.. tampak banyak pertokoan di sekitarnya, dan juga pasar.. 



aku pun berjalan menuju pasar, bermaksud mencari makanan untuk sarapan.. 


dan, kutemukan satu-satunya warung nasi yang buka.. aku sedang tak minat makan bakso ataupun mie.. 


di warung itu aku membeli nasi kuning porsi besar,  ikan berukuran besar dan ati ampela, harganya hanyalah 10 ribu saja.. murah juga pikirku..


Ketika aku kembali ke hotel, kutemukan di meja depan kamarku secangkir kecil teh hangat dan juga roti tepung.. rotinya benar-benar hanya tepung tanpa isi dan jelas sekali itu roti murahan yang biasa di Jakarta dijual dengan harga Rp 500.. 


uhh, hotel ini memang ga bonafit.. di dalam kamarnya juga tak disediakan minum air putih ataupun gelas, hanya ada buku menu untuk memesan.. itu juga aneh, pemesanan melalui telepon, tetapi di dalam kamar tak tampak ada telepon.. ckckck


Ketika sarapan, aku mendengar suara gelak tawa itu lagi.. suara yang membuatku serasa mimpi buruk ketika tidur tadi malam.. setelah kuhabiskan makananku, aku segera keluar untuk mencari sumber tawa itu.. berkali-kali, masih belum ketemu.. hingga akhirnya aku menemukan sebuah kandang di dekat tangga tengah.. ternyata, dari situlah sumber suaranya.. si ayam kate yang tertawa.. bawelnya bukan main.. 


selain si ayam juga ada burung-burung yang dipelihara dalam kandang yang sama..


Aku menghabiskan waktu hanya di dalam kamar, menonton film di saluran TV Sky Drama 1 (Skynindo).. akhirnya, serial film Endless Love Taiwan pun selesai.. film yang menarik dan mengharukan, aku juga suka soundtracknya.. dinyanyikan oleh Wilber Pan, yang bermain sebagai salah satu tokoh utama di film itu, yang juga adalah salah satu artis favoritku ketika aku masih SMP dulu..



Jam 12 siang, aku keluar hotel, ke pasar lagi untuk mencari makan siang.. kutemukan sebuah warung yang menjual rujak cingur.. 


wahh, di Kalimantan pun ada makanan khas Surabaya.. asyikk.. aku pun langsung memesan satu porsi rujak cingur, dengan cabe 1, dibungkus..  harga rujak cingurnya hanya 8 ribu saja.. murah juga..

Setelah membeli rujak cingur, aku berjalan semakin ke arah belakang pasar.. dan kutemukan sebuah toko souvenir Kalimantan.. lalu, aku pun membeli kekurangan souvenir untuk oleh-oleh di toko itu.. tapi lagi-lagi aku salah perkiraan jumlah, tetap saja kurang.. harga souvenir di toko itu lebih murah, hanya setengah dari harga di Pangkalan Bun.. aku jadi merasa rugi sudah beli banyak di Pangkalan Bun.. :(


Kemudian setelahnya, aku mencoba berjalan-jalan ke arah yang lebih jauh.. kutemukan gerobak yang menjual usus goreng..ahh, mauuu.. tapi harus beli 1 kg seharga 10 ribu.. kupikir, aku tak akan menghabiskannya saat ini, dan aku juga malas membawa-bawanya pulang karena bawaanku sudah cukup berat.. akhirnya, aku tak jadi membelinya..

Aku berputar ke sana kemari mencari semacam minimarket seperti indomaret atau alfamart, di tengah hiruk pikuk kendaraan yang lewat di jalan raya..  


dan, setelah beberapa kali berputar bolak balik, aku baru tersadar bahwa tempat yang kukira department store ternyata adalah swalayan, tepat di sebelah tempat gerobak penjual usus goreng berada..


Puas karena sudah membeli persediaan cemilan dan minuman, aku pun kembali ke hotel..

Di dalam kamar hotel aku berusaha menghabiskan makan siangku sambil menonton TV.. si ibu penjual rujak cingur memberiku porsi besar dengan cingur yang banyak hingga membuatku enek karena kebanyakan..


Kulihat jam, sudah semakin mendekati jam dijemput oleh mobil maskapai.. katanya jam 2 mobil akan datang menjemput dan mengantar kami ke bandara..

Aku berkali-kali keluar ke depan hotel untuk mengamati langit, ada beberapa awan hitam.. aku takut kalau-kalau hujan lagi, aku tak akan bisa pulang ke Jakarta (lagi).. aku juga sempat melihat seekor kucing yang berjalan dengan tergolek ke kanan dan kiri.. kuperhatikan, ternyata kakinya tak normal, mungkin kena polio sehingga berjalannya pun jadi tak benar dan sering kali terjatuh.. kasihan kupikir.. kudekati, kucing itu tampak ketakutan dan kemudian kabur masuk ke dalam Hotel Borneo Putra 1.. aku khawatir kucing itu akan tertabrak karena tak bisa berjalan dengan benar..

Saat kembali ke kamar, aku mengamati kerupuk Amplang yang kubeli di bandara.. ternyata, biarpun belinya di Sampit, tetapi tulisannya adalah khas Kumai, Pangkalan Bun.. jiahh.. kalau begitu bisa dibeli ketika di Pangkalan Bun.. sayangnya, aku terburu-buru nyaris ditinggal pesawat ketika di Pangkalan Bun kemarin, jadinya tidak sempat berputar-putar di bandara Iskandar..


Satu setengah jam sebelum dijemput, aku sudah siap.. bingung mau melakukan apa, mau nonton Tv juga speakernya tiba-tiba rusak menjadi tak bersuara, aku pun akhirnya berfoto-foto saja.. kemudian 45 menit sebelum waktu dijemput, aku sudah siap di depan hotel dengan barang-barang bawaanku.. aku menunggu sambil mendengarkan lagu..


Daripada bengong, aku mengamati sekeliling.. ternyata ukir-ukiran pada bangunan hotel ini sangat menampakkan khas dayak.. ada yang seperti bentuk tameng.. 


lalu di bagian atapnya berbentuk burung Enggang..


Jam 2 lewat sedikit, mobil yang digunakan untuk menjemput pun akhirnya datang.. aku segera memanggil keluarga yang waktu kemarinnya naik mobil bersama denganku untuk segera keluar hotel..

Di mobil, aku duduk di depan, di sebelah sopir.. kami melewati jembatan yang sama seperti yang kami lewati kemarin malam.. dan tampak jelas suasana sungai itu.. pak sopir menjelaskan bahwa itu namanya adalah Sungai Kahayan.. ahh, itu sungai yang kutahu informasinya dari internet.. ternyata yang itu toh.. sayang sekali aku tetap tak bisa memotretnya..

Tak lama kemudian, kami pun tiba di bandara.. di depan pintu masuk penuh dengan orang, kupikir ada apa dan ternyata pintu masuk bandara belum dibuka..



Sambil menunggu, berdiri dengan menggendong ranselku yang super berat, aku mengamati sekitar.. awan di kota Sampit cukup bagus, tapi tak selebat dan dekat dengan daratan seperti di Pangkalan Bun..



Setelah menunggu cukup lama, pintu bandara pun dibuka.. dan kami para penumpang berebutan untuk masuk ke dalam bandara.. lalu kemudian aku dengan cepat membeli kerupuk lagi di kios yang sama seperti kemarin, kali ini membeli banyak dengan total harga 100 ribu.. 


Setelahnya, aku langsung masuk ke ruang tunggu.. seketika tempat duduk di ruang tunggu pun penuh.. sore itu ada 3 jenis penerbangan.. yaitu 2 penerbangan ke Surabaya dengan pesawat Kalstar dan Merpati, dan 1 penerbangan ke Jakarta dengan pesawat Kalstar.. jadwal penerbangannya hanya selisih sekitar setengah jam antar pesawatnya..

Deg-degan menunggu pesawat, was-was melihat langit, takut akan hujan lagi.. agak mundur dari jam yang ditentukan, pesawat Kalstar tujuan Jakarta pun datang.. akhirnyaaa… aku dengan segera berjalan menuju pesawat.. ditemani seorang ibu yang tiba-tiba saja mengajakku ngobrol..


Ketika sampai di pintu masuk pesawat, kulihat si mas petugas informasi yang waktu itu melayaniku.. dia tersenyum kepadaku ketika si ibu yang bersamaku berkata kepadanya “akhirnya si eneng bisa pulang ke Jakarta”.. iyaa, aku senang akhirnya bisa kembali ke Jakarta.. tapi aku juga senang bisa mampir ke Kalimantan ini dan bertemu orang-orang yang ramah seperti kalian.. ^^

Dan, pesawat pun lepas landas.. meninggalkan kota Sampit.. meninggalkan Kalimantan..


Pesawat saat itu sangat penuh dengan penumpang.. aku duduk di samping jendela.. dan di sebelahku ada seorang ibu dan bapak.. di tengah perjalanan, aku jadi banyak mengobrol dengan si ibu..

Kulihat awan sore hari sungguh indah.. Ada awan yang bergumpal hingga menyerupai bukit pasir..


Semakin sore, warna langit semakin berwarna oranye, semakin indah.. aku menikmati pemandangan itu sambil berharap tidak hujan…



Perjalanan pulang ke Jakarta entah kenapa terasa lebih lama.. pesawat juga banyak berbelok, naik dan turun hingga membuatku menjadi pusing dan mual.. aku tak tahu apa yang sedang terjadi..

Kemudian, setelah beberapa lama, akhirnya terlihat laut Jawa.. terlihat titik-titik cahaya dari kapal-kapal yang berlayar.. aku senang, pulau Jawa sudah dekat.. Akhirnyaaa, aku sudah semakin dekat dengan rumah..

Suasana di luar pesawat semakin gelap, hari semakin malam.. 



Pesawat kemudian mendarat.. ternyata, Jakarta sedang hujan deras.. pantas saja tadi pesawatnya banyak berbelok dan naik turun..

Aku tersenyum lebar.. I’m home!!! Ingin rasanya segera keluar pesawat tapi tak bisa.. penumpang sempat antri lama di dalam pesawat karena hujan deras, menunggu disediakan payung oleh petugas bandara..


Aku pun tersendat, menjadi yang paling terakhir turun dari pesawat karena tasku kuletakkan di bagasi yang agak jauh di belakang tempat dudukku.. tapi aku senang, aku jadi tampak seperti punya banyak kenalan.. ada beberapa orang yang berpamitan kepadaku.. hehe

Turun dari pesawat dengan menggunakan paying yang disediakan.. kemudian naik ke bandara.. dari jendela bandara kulihat pesawat yang tadi kunaiki.. Kalstar Aviation, dan baru kusadar kata “Kal” itu dari kata “Kalimantan”.. memang pesawat yang awalnya khusus disediakan untuk transportasi di Kalimantan..


Aku berkata kepada diriku sendiri, “Welcome back to Jakarta!!”.. tak kupercaya, akhirnya aku bisa pulang.. sempat kukira aku tak akan bisa kembali dari Kalimantan.. haha

Bandara Soekarno-Hatta.. memang jauh berbeda dengan bandara Iskandar di Pangkalan Bun ataupun bandara H.Asan di Sampit.. Bandara ini ternyata luas juga ya.. aku baru menyadarinya ketika rasa pegal di punggungku karena menggendong tas ransel yang berat semakin terasa..

Di depan bandara.. aku mencari taksi Blue Bird.. herannya, Taksi itu nyaris tidak ada hingga akhirnya aku terpaksa naik Silver Bird yang sedikit lebih mahal..

Sesampainya di rumah, aku sangat senang.. kini aku sudah sungguh-sungguh pulang, berada di Jakarta.. namun, tampaknya nyawaku masih tertinggal setengah di Kalimantan.. ^^


See also: Travelling Guide: Tanjung Puting National Park
(http://allaboutmeliebe.blogspot.com/p/tanjung-puting-national-park-central.html)

1 comment:

  1. swalayan bintang, swalayan kusuka.. ouhhh jadi kangenj suasana itu...

    ReplyDelete