Eight Below

Eight Below

The Real World Adventurer..

"In this life, only the fool who always start the questions of life, moreover start their life mission and purpose of money. And once beginner ask where they get money, then they will be shackled by the constraints/obstacles. And almost certainly the answer is simply no money, can not and will not be" (Rhenald Kasali - Professor of University of Indonesia)

Thursday, September 15, 2011

Ketika Aku Berada di antara Para Penderita Kanker..

Berawal dari ketertarikanku terhadap dunia kedokteran.. dahulu aku memiliki cita-cita untuk menjadi seorang dokter, dan diperjelas dengan banyaknya kasus terjangkitnya penyakit kanker pada keluarga besar dan kenalan-kenalanku, hingga dogiku pun juga menjadi korban keganasan penyakit ini.. demikianlah aku memimpikan untuk bisa menjadi seorang dokter internist (ahli penyakit dalam), spesialis kanker.. Namun, cita-cita itu tak terwujud.. bukan karena tak mampu, tapi juga karena pilihan hidup.. mungkin memang sudah takdirku..

Tahun demi tahun berlalu, namun ketertarikanku terhadap dunia kedokteran tak juga kunjung padam.. tertarik dengan dunia kedokteran, bukan berarti harus menjadi seorang dokter.. tak menjadi seorang dokter, bukan berarti aku tak bisa berkarya.. Oleh karena itulah aku menginginkan agar bisa terlibat di kegiatan yang berkaitan dengan upaya memerangi penyakit.. AIDS, TBC, Kanker.. aku mendapatkan akses untuk ikut bergabung dalam organisasi yang memberikan dukungan kepada para penderitanya..

Sabtu, 10 September 2011.. aku diundang untuk menghadiri pertemuan rutin CISC (Cancer Information and Support Center), yang biasa disebut dengan Cancer Club..

Tak seperti yang kubayangkan sebelumnya, kukira pertemuan itu akan dihadiri oleh orang-orang yang terlihat kurus dan lemah, seperti halnya para penderita kanker yang biasanya kuketahui demikian.. Suasana di Kantor CISC itu sangat berbeda.. selain didukung oleh gedungnya yang berupa rumah dengan interior layaknya tempat pesta yang mewah dan memberikan kesan elegan, yang membuatku terkejut adalah penampilan para hadirinnya.. Tampak rapi, cantik dan tampan serta menggunakan pakaian formal yang menurutku itu adalah pakaian untuk ke pesta.. ya, tak hanya sekedar batik biasa, bahkan gaun pun mereka gunakan.. sama sekali tak ada kesan bahwa itu adalah pertemuan untuk para penderita kanker..

Sekitar jam setengah sebelas, acara pun dimulai.. pembawa acaranya cukup cantik, masih keliatan muda dan menggunakan kostum gaun hitam yang elegan..

Acara diawali dengan kata sambutan.. lalu dijelaskan sekilas mengenai CISC.. kemudian perkenalan pendatang baru dan juga salam-salaman untuk keakraban.. lagi-lagi aku terkejut.. ada seorang ibu, usianya sekitar 60an yang duduk di bangku paling ujung di bagian depan, yang ternyata adalah seorang profesor yang menyandang 7 gelar Master dan 2 gelar Doktor.. wuih, sungguh luar biasa.. dia pasti tak pernah berhenti kuliah, begitu pikirku..

Kemudian acara dilanjutkan dengan paparan dari narasumber inti dari acara, yaitu dokter Santo, seorang dokter ahli bedah.. beliau biasanya memberikan paparan dalam pertemuan yang diadakan setiap hari Kamis Pk. 12.00 di Rumah Sakit Kanker Dharmais..

Judul dari paparannya adalah “Ikhlas”.. beliau bukan menjelaskan apa itu arti kata ikhlas, melainkan menerangkan aspek-aspek yang terkait yang membuat kita manusia bisa menjadi ikhlas.. Ikhlas sangatlah penting, terutama bagi para penderita kanker yang hadir dalam pertemuan itu.. aku rasa, bagi seseorang yang mengalami sakit keras semacam kanker, tentulah tidak mudah untuk berikhlas.. pastilah selalu ada rasa sedih dan frustasi yang setiap kala mereka alami..

Dokter Santo mengawali dengan menjelaskan mengenai otak.. Mind vs Brain.. Ibarat sebuah perangkat komputer, mind adalah softwarenya, sedangkan brain adalah hardwarenya. Mind beroperasi berdasarkan our believe system. Agar kinerja mind lebih positif, salah satu caranya adalah dengan meditasi. Kebahagiaan tak bergantung pada orang lain, tetapi dari diri kita sendiri.. tidak tergantung hal lain, kebahagiaan sejati ada dalam diri kita..

Kemudian penjelasan berlanjut mengenai brain.. Dokter Santo menunjukkan gambar anatomi otak, dimana otak terdiri dari otak kiri dan otak kanan.. setiap daerah otak memiliki fungsi spesifik masing-masing, dan memiliki kurang lebih 1 milliar neuron..





Yang membedakan orang cerdas dan tidak bukan jumlah neuron tetapi banyaknya sambungan antar neuron, yang disebut dengan sinaps. Begitu pula dengan perasaan, semakin tebal sinaps, semakin sering sedih.. Neuron adalah sel syaraf, sedangkan serabut syaraf disebut dengan akson.. semakin banyak akson, semakin cerdas.. dan semakin tebal akson, daya pikirnya semakin kuat.. Jika ingin mengurangi rasa sedih, harus mengurangi jumlah serabut, yaitu dengan meditasi.. lalu pertanyaanku, berapa banyak sinaps dan apson di otakku ini?? Bagaimana konversi dari jumlah sinaps dan akson tersebut menjadi angka pasti dari IQku yang 134 dan digolongkan ke dalam kecerdasan Superior?? Hmm.. aku jadi penasaran..






Dokter Santo kemudian memperkenalkan sebuah teknik untuk mengurangi hal-hal negatif, yaitu Tought Field Therapy (TFT).. Teknik ini semacam teknik akupuntur, dilakukan tapping pada titik-titik akupuntur.. Tapping pada bagian tertentu tubuh akan mempengaruhi sirkuit pada bagian tubuh tersebut..  dengan demikian untuk mengurangi hal-hal negatif, dapat dilakukan dengan memikirkan hal-hal negatif tersebut ketika tapping.. Tapping dilakukan di 8 titik tubuh, masing-masing sebanyak 7-10 kali tapping dan dianjurkan dilakukan secara berulang.. boleh bagian tubuh kanan ataupun kiri.. bermula dari di pelipis beurutan hingga bagian ujung bawah tangan..



Namun, dokter Santo menambahkan setelah tapping kedelapan titik itu, dilanjutkan dengan memutar bola mata ke kanan dan kiri, lalu memutar mata 360 derajat ke kanan, kemudian melantunkan lagu (tanpa kata-kata) "Happy Birthday to you"..

Diyakini dan telah dirasakan sendiri oleh dokter Santo, yaitu bahwa semakin sering dan rutin teknik TFT ini dilakukan, maka hal-hal negatif dalam diri kita akan semakin berkurang dan hilang..

Setelah sesi praktek TFT berlangsung, kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab singkat.. ada satu pertanyaan mengenai tekanan darah yang tiba-tiba tinggi, dan menurut dokter Santo, hal tersebut adalah karena ansietas tinggi, yaitu cemas..

Kemudian dokter Santo memberi demo teknik meditasi untuk meningkatkan hal positif.. demo ini berupa praktek langsung.. para hadirin diminta untuk memejamkan mata, dengan posisi tubuh relaks, kedua tangan di atas paha dan menempelkan kedua jari yaitu ibu jari dan telunjuk..




Tahapan selanjutnya diarahkan oleh dokter Santo, kira-kira seperti ini:
“Bayangkan papan tulis hitam di depan anda, di sebelah kanannya ada kapur putih. Anda ambil kapur itu lalu buatlah gambar lingkaran seukuran lebar bahu anda di papan tulis itu. Lalu tulis angka 3 di dalam lingkaran tersebut. Bayangkan di kiri anda ada sebuah penghapus. Anda ambil penghapus itu, lalu hapuslah angka 3 di tengah gambar lingkaran tersebut. Kemudian tuliskan kata relaks di sisi kanan. Rasakan relaks di seluruh tubuh dari ujung kepala, terus hingga ujung kaki. Semakin lama semakin relaks..

Kemudian tulis angka 2 di dalam lingkaran tersebut. lalu hapuslah angka 2 tersebut. Kemudian tuliskan kata relaks yang lebih tebal di sisi kanan. Rasakan relaks di seluruh tubuh dari ujung kepala, terus hingga ujung kaki. Semakin lama semakin relaks..

Lalu tulis angka 1 di dalam lingkaran tersebut dan hapuslah angka 1 tersebut. Kemudian tuliskan kata relaks yang paling tebal, setebal mungkin di sisi kanan. Rasakan relaks di seluruh tubuh dari ujung kepala, terus hingga ujung kaki. Semakin lama semakin relaks..

Bayangkan di depan anda ada sebuah ekskalator.. saya hitung 1, 2, 3 dan anda pun turun ke bawah dengan ekskalator.. semakin turun, semakin relaks.. dan sampailah anda pada tempat yang lebih nyaman..

Bayangkan di sebelah kiri anda ada sebuah toples.. Keluarkan semua emosi anda, dan masukkan ke dalam toples tersebut.. lalu tutup toples itu rapat-rapat..

Kembalilah ke posisi berdiri anda semula, bayangkan di depan anda ada sebuah jurang.. jurang yang sangat dalam.. berjalanlah ke tepi jurang itu, lalu buanglah toples itu.. emosi anda semakin jauh dan semakin jauh ke dalam jurang..

Lihatlah di kanan anda ada sebuah pintu.. dalam hitungan 1, 2 dan 3, silahkan anda masuk melalui pintu itu.. sampailah anda ke tempat yang benar-benar nyaman.. lorong putih terang dengan pintu-pintu berderet di temboknya.. pintu-pintu itu adalah pintu umur anda..

Lalui pintu-pintu itu, dan pilihlah usia dimana ada memori bahagia di dalamnya.. rasakan kebahagiaan itu.. rasakan semakin dalam.. tekanlah jari anda semakin kuat.. dan kini anda benar-benar bahagia..”

Teknik meditasi itu ditujukan pada modus frontal, yaitu bagian memori di otak.. dan.. aku jadi teringat dengan Romi Rafael, seorang mentalist yang sering muncul di TV.. teknik ini serupa dengan kata-kata yang biasanya dilucurkan oleh Romi ketika mempengaruhi mental seseorang, “anda berada semakin dalam, semakin dalam dan semakin dalam..”.. semacam itulah.. Kemudian acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab..

Sempat ada yang menanyakan kepada dokter Santo.. para pasien tentunya sudah memahami bahwa para dokter berusaha mengerti apa yang dirasakan oleh sang pasien dan berusaha membuat pasien tenang sebelum operasi.. lalu bagaimana dari sisi dokter sendiri ketika melaksanakan operasi pasien.. dan dokter Santo menjawab bahwa beliau biasa melakukan Hypnotherapy sebelum melaksanakan operasi.. yaitu memvisualisasikan ke dalam pikiran bahwa operasi itu akan berjalan dengan lancar, dan biasanya metode itu sangat ampuh..

Pada sesi tanya jawab itu, hingga akhir acara, aku mendapatkan banyak hal.. bukan hanya pengetahuan umum seputar kanker, tapi juga pelajaran mengenai hidup.. Mereka yang berada di situ sebagian besar adalah penderita kanker (survivor).. satu per satu mereka sharing.. dan kesimpulan yang dapat kuambil, mereka hidup berdampingan dengan hal-hal yang tak menyenangkan dan cukup berat bagiku, seperti operasi, kemoterapi, radiasi, obat-obatan dan pengobatan rutin lainnya.. Namun, hal-hal tersebut bukanlah penghalang bagi mereka untuk tetap semangat.. mereka tetap berkarya seperti layaknya orang yang sehat.. lalu bagaimana denganku, bahkan mungkin aku pun tak memiliki semangat sebesar semangat mereka, dan juga ketabahan hati sebesar yang mereka miliki.. 

Dalam pertemuan itu ternyata juga ada banyak orang penting, salah duanya adalah istri dan putri dari almarhum A.A. Baramuli, seorang politikus, pengusaha dan mantan jaksa. Dua orang tersebut adalah penderita kanker payudara, keduanya, seperti kata sang istri telah menjadi WTS atau Wanita Tanpa Susu.. Namun, yang menarik dari sharingnya adalah bahwa beliau menebarkan semangat kepada para penderita kanker lainnya yang hadir dalam pertemuan itu..

Kata-katanya yang paling kuingat adalah “Jika payudara itu harus pergi, biarkanlah dia pergi. Walaupun dia telah berjasa, memberi minum air susu kepada anak-anak kita, relakanlah. Dan walaupun si payudara itu pergi, kita masih memiliki banyak sekali organ tubuh yang tidak pergi. Dan kita bersyukur, kita masih punya mata, punya telinga, dan punya bagian-bagian tubuh kita yang lainnya.. kita masih kaya..”

Ya, itulah yang dinamakan dengan rasa syukur.. kebanyakan orang kurang mensyukuri apa yang dimilikinya.. bagi orang sehat, yang dikeluhkan adalah “aku kurang cantik”, “aku kurang gagah”, “aku kurang seksi”.. sedangkan bagi penderita kanker, mereka bertanya dalam diri mereka “apakah aku bisa melihat sinar matahari esok hari?”.. Kanker penyakit mematikan, dan juga tak bisa diprediksi.. Kuingat seorang teman papaku yang baik hati, yang membantuku membiayai kuliahku.. beliau yang rajin check-up tapi tiba-tiba divonis menderita kanker stadium 4.. dan tak lama kemudian beliau meninggal dunia.. begitulah kanker, bisa mengganas dalam sekejap..

Acara dilanjutkan dengan makan siang.. mereka semua sangat semangat.. selain semangat makan (dari awal acara sudah sibuk dengan makan snack, tak berhenti hingga makan siang), mereka juga semangat untuk berfoto (mengabadikan saat-saat bersama).. saat itulah mulai kuperhatikan satu per satu orang yang lalu lalang.. ada yang kakinya pincang, ada yang payudaranya rata karena sudah hilang, ada yang kakinya hilang sebelah karena diamputasi, dan sebagainya.. pertanyaanku pada diriku sendiri, apakah aku cukup bersyukur? Tubuhku masih lengkap, semuanya berfungsi dengan baik dan normal walaupun ada yang soak-soak dikit, tapi semuanya yang kumiliki di tubuh ini masih lengkap onderdilnya.. Sebagian besar dari para penderita kanker itu memang sudah berusia lanjut (ibu-bapak dan nenek-kakek), tapi ada beberapa orang yang kulihat masih muda.. sungguh beruntung aku yang masih muda ini masih sehat bugar, walau kadang soak karena penyakit ringan.. paling tidak aku masih lebih beruntung dari mereka..

Bukan hanya rasa syukur, tapi juga semangat mereka untuk menyemangati satu sama lain untuk tetap survive, itulah yang menarik.. awalnya aku sempat berpikir bahwa ini adalah perkumpulan para penderita kanker yang berduit, namun di akhir acara setelah makan siang, dijelaskan bahwa mereka ikut memberi dukungan finansial bagi para penderita kanker yang tidak mampu, sebagai contoh adalah mendirikan 4 rumah singgah yang mendekati rumah sakit tempat pasien berobat.. selain dukungan finansial, juga memberikan dukungan moral, emosional dan sosial.. cukup baik pikirku.. walau aku sempat berpikir, apakah mungkin semua itu benar-benar tulus dari dasar hati mereka? Ataukah hanya karena mereka terkena kanker dan tau bahwa usia mereka mungkin tak panjang lagi, maka mereka berusaha berbuat baik? Ya, itu memang pikiran yang buruk.. tapi bukankah hidup manusia memang seperti itu?

Pesan hidup yang dapat kuambil dari pengalamanku ini adalah kita memang harus selalu mensyukuri apa yang kita miliki.. dan kita juga harus membagi rasa syukur itu kepada orang lain, bukan sejak karena kita ketika itu mengalami malang (seperti terjangkit penyakit kanker) jadi baru sadar atau berusaha mengerti, tetapi kita harus berbagi sejak dikala kita mengalami untung (kaya dan sehat).. Banyak pelajaran yang kudapat hari itu.. semoga aku terus mengingatnya selama aku hidup..

Note: Artikel ini terlah diterbitkan di www.wikimu.com, Sabtu, 17-09-2011 13:19:41 (http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=19325)

Monday, September 12, 2011

Palembangku, Cintaku..

Kecintaanku pada travelling dan takdir yang membawaku pergi, bukanlah yang terutama.. Tetapi, kecintaanku pada seseorang yang lahir, dibesarkan dan sekarang kembali ke kota inilah, yang menumbuhkan kecintaanku pada bumi Sriwijaya..kota Palembang..

Ada Cinta di Palembang.. itulah kata-kata yang pertama kali terlintas di kepalaku.. ya, dari hati yang terdalam.. ^^

Aku teringat kembali akan kenangan empat tahun silam.. matanya yang polos selalu menatapku lekat-lekat di setiap kesempatan..begitu pula diriku, menatap tanah kelahirannya lekat-lekat, tanpa sejengkal jejak pun terlewatkan..

Takdir membawaku ke Palembang.. kota pertama tempatku menginjakkan kaki di pulau Sumatra..

Deg-degan dan tak sabar, itulah yang membuatku mencari banyak informasi mengenai kota ini beberapa minggu sebelum keberangkatanku ke sana..

Peta, petunjuk obyek wisata, lengkap dengan keterangan detailnya..semuanya kudapatkan berkat sang Maha Tau Mbah Google..


Tak sabar, namun ada sedikit ketakutan..maklum, saat itulah pertama kalinya aku pergi ke tempat yang jauh seorang diri..


Ketika akhirnya saat itu tiba, aku tak rela menutup mataku walau hanya sebentar demi melihat pemandangan di atas awan..


Rasa haru dan senang yang amat sangat bercampur-aduk..sejak di bandara hingga ketika aku melihat melalui jendela pesawat, pulau Sumatra dari berkilo-kilo meter ketinggian di atas awan.. Tak kuasa menahan rasa senangku, maka aku pun tersenyum..Ya, inilah pulau Sumatra..aku tidak sedang bermimpi dan aku akan segera menginjakkan kakiku di Palembang..begitu pikirku..


Ketika semakin mendekati Palembang, tampak garis panjang berkelok-kelok dengan indahnya…itulah Sungai Musi..Rasa senang yang tak terbendung meluap-luap ketika diriku merasakan bahwa aku semakin dekat dengan kota Palembang..

Pesawat pun akhirnya mendarat..tibalah aku di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II.. memang, tak sebesar bandara soekarno-hatta..namun, inilah bandara kota Palembang..Pintu gerbang kota.. Aku pun tersenyum.. “Selamat datang di Bumi Sriwijaya”..kata-kata itu terngiang di telingaku..

Menginjakkan kaki di Bandara, aku hanya mengambil sebuah foto pelat yang bertuliskan nama bandara, dan mampir sebentar ke toilet lalu langsung menuju pintu gerbang keluar..


Mencari taksi..itulah yang kulakukan untuk pertama kalinya..Terkejut, sungguh terkejut..sekelompok orang menawariku jasa Taksi.. Namun, tak satu pun kulihat mobil yang kutahu dari bentuknya adalah Taksi..

Kurang percaya pada tawaran di pintu gerbang itu, akhirnya aku berjalan mencari petugas bandara.. Kutemukan seorang cleaning service bandara.. dan kutanyakan apakah disini ada taksi blue bird.. Kembali ku terkejut, orang tersebut menanyakan balik kepada saya “Blue bird? Apa itu? Taksi gelap ya?” “Oh God, sbnrnya aku ini sdg berada di dunia mana?? Blue bird, taksi yang paling terkenal dan terpercaya di Jakarta, ternyata orang Palembang tak mengenalnya”. Ternyata benar kata dirinya waktu sebelum aku berangkat “di Palembang jarang Taksi. Adapun untuk borongan”.

Akhirnya, cleaning service itu memanggilkan supir taksi yang katanya dari taksi resmi.. datanglah orang tersebut..berkumis lebat, berambut pendek rapi, mengenakan kemeja berlengan panjang, celana bahan dan sepatu fantovel..

Akhirnya kami berbincang-bincang mengenai tempat-tempat yang ingin aku tuju.. tawar menawar terjadi.. Argo? Taksi Palembang tak mengenal argo..yang ada adalah tarif berdasarkan kesepakatan antara penumpang dengan supir taksinya.. 200rb..itulah digit pertama yg keluar dari mulut sang sopir.. Terkejut krn harganya terlalu mahal, akhirnya kutawar-tawar, namun tetap memperoleh harga standar sopir taksi Palembang, yaitu sepakat 150rb..wuih, jauh lebih mahal tentunya jika dibandingkan dengan tarif taksi di Jakarta..tapi, ya sudahlah, toh aku tidak menggunakan uangku sendiri..

Kemudian, aku berjalan mengikuti sang sopir ke mobilnya.. sebenarnya aku agak takut, tapi aku sok pede agar tidak memperlihatkan kekhawatiranku..masalahnya, aku tidak tahu apa-apa mengenai kota ini..yang kutahu hanyalah informasi dan foto-foto dari internet..juga.. sekilas info dari si dia yang berada di Palembang..

Tibalah di depan mobil yang dibilang “Taksi”.. aku pun terkaget-kaget lagi.. Taksi yang kulihat bukanlah Taksi seperti layaknya Taksi di Jakarta..yang kulihat adalah mobil Kijang..mobil pribadi…

Agak khawatir, namun aku berusaha mempercayai sang sopir, dan tampaknya dia orang baik-baik.. Mobil pun berjalan..jalur ke luar bandara menuju ke dalam kota Palembang sama sekali berbeda dengan di Jakarta..jalan tersebut hanyalah jalan kecil dan pendek..tidak perlu waktu lama, mobil yang kunaiki sudah memasuki dalam kota Palembang..

Pemandangan yang tampak di depan penglihatanku awalnya adalah jalan penuh debu dan gersang, yang mengingatkanku pada suasana jalan di pandeglang..


Namun, semakin memasuki kota, jalan yang kulalui pun semakin modern dan di sisi kanan jalan tampak semakin banyak bangunan..

Selama perjalanan, dengan polosnya aku mengakui bahwa diriku baru pertama kali menginjakkan kaki di Pulau Sumatra..dan aku dengan lagak norak, memotret setiap sudut jalan yang kulalui dari balik kaca mobil..sayangnya, aku tak membawa handycam..sehingga aku tak mendapatkan rekaman langsung suasana kota Palembang..

Sungguh beruntung, aku mendapat seorang supir taksi yang baik dan ramah.. Dengan ikhlas, beliau menceritakan apapun yang diketahuinya dari kota Palembang.. perkembangannya, obyek wisatanya, berbagai bentuk peristiwa, hingga mengenai dirinya pribadi.. beliau juga sempat menunjukkan kepadaku Rumah Sakit Katolik Charitas dan juga Martabak Har..

Sungguh nyaman, itu lah yang kurasakan selama berada di sana..

Memang, Palembang tidak punya pemandangan alam yang indah..namun, entah kenapa terbesit suatu kehangatan yang kurasa mungkin tak akan pernah kulupakan..

Jalan-jalan kulalui..kulihat cukup banyak angkutan umum yang beroperasi di Palembang..mulai dari yang berbentuk mobil (metro mini) hingga bis trans yang dinamakan “trans musi”, semacam bus transjakarta busway, hanya saja tidak memiliki halte yang sebesar dan sebagus di Jakarta dan bisnya pun berukuran mini..

Yang ku heran, kendaraan angkutan umumnya tak ada satupun yang terlihat masih baru kecuali trans musi..semuanya sudah penyok di banyak bagian bodynya dan catnya luntur tak jelas..

Selama di perjalanan, sempat beberapa kali aku merasakan kemacetan..benar seperti kata si dia, Palembang yang sekarang sudah seperti di Jakarta..macet di sana sini..Namun, macet yang kurasakan di Palembang tak separah kemacetan yang biasa terjadi di Jakarta..Perjalananan berlanjut, dan kutemukan kemacetan berpusat di daerah-daerah yang berdekatan dengan pasar, seperti kata dirinya..

Dalam kemacetan itu, aku sempat melewati Bank Indonesia.. dan dengan semangat sambil menatapnya lekat-lekat, aku memperhatikan jalan di samping Bank itu.. itulah jalan Veteran, tempat si dia tinggal.. kulihat jalannya cukup lebar, namun penuh dengan ruko minimalis.. aku senang karena akhirnya, yah.. paling tidak bisa mengenal kota kelahiran dan tempat tinggalnya, tempatnya lahir dan dibesarkan walau hanya sedikiitt saja..^^


Tak lama setelah melewati kemacetan, kulihat banner bertuliskan ucapan selamat datang di kota Palembang..


Berbelok ke sisi kanan jalan, kulihat sebuah jembatan merah menjulang tinggi di depan mataku, itulah Jembatan Ampera..Di sisi kanannya, berdiri Masjid Agung Palembang..

Aku kembali gembira..Obyek-obyek yang sebelumnya hanya kulihat di foto, akhirnya kulihat secara langsung..

Kembali berbelok ke kanan, tepat di depan Jembatan Ampera..inginku, melihat Jembatan tersebut dari samping dan mendekatinya mencari tempat yang tepat untuk berfoto..

Dalam perjalanan itu, aku melewati Masjid Agung di sisi kanan, dan Monpera di sisi kiri.. Tak jauh melangkah ke depan, terlihatlah sebuah bangunan putih berbentuk kotak, itulah yang disebut dengan Menara Air.. Sang supir Taksi sungguh baik, beliau berusaha memperlambat mobilnya tanpa ku minta, memberikanku kesempatan untuk memotret gedung tersebut dari dekat..


Segera setelah aku bilang “ya, sudah”, Sang supir pun langsung kembali menjalankan mobilnya, berbelok ke arah kiri.. dan beliau menunjukkan kepadaku bahwa yang kulihat di sisi kiriku itu adalah benteng Kuto Besak.. ahh, masa iya.. yang kulihat bentuknya tak begitu jelas.. mungkin karena ukurannya yang terlalu besar jika dilihat dari dekat, dan juga terhalang oleh pepohonan dan tanaman merambat..

Mobil pun berjalan lambat hingga ke ujung jalan.. dan kulihat sebuah restoran bertuliskan “River Side”.. hmm.. awalnya aku tak menyadarinya karena terlalu bersemangat untuk ke Jembatan Ampera.. Sang supir menghentikan mobilnya di depan restoran itu.. Sebenarnya beliau bermaksud memarkirkan mobilnya di dalam kompleks lapangan parker Benteng Kuto Besak.. namun, saat itu mobil tidak diperbolehkan masuk, dijaga oleh beberapa orang satpol pp..

Lalu aku pun turun dari mobil, mendekati satpol pp itu sambil memotret-motret Jembatan Ampera dari kejauhan.. para satpol pp itu menanyakan kepadaku, aku mau apa.. dan aku bilang aku mau memotret Jembatan Ampera dan kubilang bahwa sore itu juga aku akan kembali ke Jakarta.. mula-mula mereka tak mengijinkanku masuk dikarenakan ada acara ulang tahun satpol pp.. namun, begitu melihatku yang sangat antusias memotret-motret sekeliling, dari Benteng Kuto Besak hingga plang tanda lokasi obyek wisata, maka mereka pun akhirnya mengijinkanku untuk masuk.. katanya, boleh masuk asal jangan sampai di tempat yang ada tendanya ya..




Terlalu senang mendengar kata-kata itu.. aku pun tersenyum lebar sambil berlari-lari kecil mendekati Jembatan Ampera.. tak lupa mengucapkan terima kasih kepada pak satpol pp itu..

Aku berjalan mendekati Jembatan, yang ternyata cukup jauh.. lapangan parkir itu sungguh luas.. sudah cukup jauh aku berjalan, namun Jembatan Ampera itu masih saja terlihat kecil.. cuaca saat itu sungguh panas.. aku merasa sedikit lelah dan akhirnya kuhentikan langkahku di tengah-tengah lapangan parkir itu..

Dari jarak pandang mataku, aku bisa melihat tulisan dan pintu masuk Benteng Kuto Besak di sisi kiriku, Sungai Musi di sisi kananku dan Jembatan Ampera di depanku.. 


Wahhh.. inilah Palembang.. walau capek dan kepanasan, tapi aku sungguh merasa senang.. apalagi ada seorang satpol pp yang ramah yang bersedia memotret diriku sebanyak dua kali, yaitu membelakangi Jembatan Ampera dan membelakangi Benteng Kuto Besak..



Merasa tak sanggup lagi untuk melanjutkan perjalanan, dan juga terhimpit oleh waktu, aku pun segera kembali ke mobil..Di mobil, keringatku pun bercucuran.. kemudian sang supir langsung melanjutkan perjalanan.. mengendarai mobilnya melewati rumah-rumah kuno, yang katanya adalah kota tuanya Palembang.. lalu berputar balik ke arah Masjid Agung..

Mobil diberhentikan di seberang jalan Masjid.. aku pun turun dan menyebrangi jalan untuk mendekati Masjid itu dan memotretnya.. kulihat air mancurnya tak seindah yang ada di Google.. mungkin juga karena saat itu masih terang.. kota Palembang baru terasa indahnya ketika malam hari.. banyak lampu berwarna-warni yang menerangi kota itu.. sayangnya, aku tak akan bisa menikmatinya.. pesawatku kembali ke Jakarta di sore hari.. :(


Lalu kusebrangi jalan lagi ke sisi satunya, dan kulihat dari dekat sebuah bangunan semacam tugu.. namanya adalah Monpera (Monumen Perjuangan Rakyat)..


Tak lama memotret, lalu aku segera kembali ke mobil.. waktu terasa mencekikku.. padahal aku masih ingin berlama-lama di sana..

Dan, tiba saatnya untuk segera ke hotel.. Mobil berjalan cepat, begitu pula dengan waktu.. aku melewati rumah-rumah, jalan berliku-liku.. dan hingga akhirnya kulihat jalan yang agak lebar, di depannya ada Stadion Gelora Sriwijaya yang sedang dibangun.. dan di sampingnya ada rumah makan mie celor.. ahh, ingin rasanya mencoba.. kata sang supir, di tempat itulah mie celor terenak dijual..

Namun mobil terus melaju terasa cepat.. dan aku pun tiba di Hotel Horison.. hotel itu tak jauh dari Stadion.. dan sejalur dengan jalan Veteran.. andai saja aku bisa ke tempat itu dan berkunjung ke rumahnya.. hikz..


Pukul 9 tepat, aku sudah siap dengan pakaian rapi, mendampingi bos dari kantor lamaku untuk mengadakan Training yang sebenarnya sudah berlangsung sejak dua hari yang lalu.. Aku menyesalkan hal itu.. tiga hari di Palembang, itu pasti jauh lebih baik daripada hanya 11 jam saja..

Satu jam, ya.. hanya satu jam waktu yang kupunya untuk berjalan-jalan keliling Palembang.. dan seketika waktu menunjukkan pukul 9, aku hanya bisa menghabiskan waktuku di dalam Hotel..

Sedih, sesak.. itulah yang kurasakan.. tak punya kesempatan untuk bertemu dirinya.. padahal, aku sudah begitu dekat.. sudah melintasi Pulau dan lautan.. tapi.. aku tetap tak bisa bertemu dengannya.. andai saja aku bisa lebih lama berada di sana.. hanya itulah yang ada di pikiranku.. 

Yang sedikit kunikmati ketika menghabiskan waktu di hotel hanyalah ketika saat makan.. makanan di hotel Palembang tak selezat makanan di Jakarta.. walaupun temanya Barat.. dan yang menarik perhatianku adalah Pecel Maos, pecel khas Palembang.. ah, akhirnya aku bisa merasakan makanan Palembang..


Waktu pun berlalu dengan cepatnya.. aku berkali-kali sempat tertidur di sofa.. tak terasa tibalah saatnya untuk pulang.. sebelum pulang, aku meminta kepada bosku untuk menyempatkan waktu sedikit saja mampir membeli martabak Har.. syukurlah permohonanku dikabulkan.. walaupun martabak Har nya bukan yang terkenal, seperti yang kulihat paginya yang ditunjukkan oleh Sang supir Taxi.. tapi ya sudahlah, yang penting aku bisa mencicipinya..



Aku lalu turun dari mobil, memesan dua porsi untuk dibungkus.. tampaknya penjual martabak itu tak bisa berbahasa Indonesia.. entah dia berbicara apa kepadaku, yang penting dia tau kalau pesananku adalah dua..
Sungguh membuatku terheran-heran.. martabak itu hanyalah tepung yang diisi telur yang tanpa dikocok.. tanpa bumbu apapun.. dan selesai, martabak itu jadi dan siap dibungkus.. 


Aku bingung bagaimana rasanya, pastilah tawar.. lalu si penjual memberikan sebungkus plastik bumbu, yang kutau katanya semacam bumbu kari..


Hanya hitungan menit, dan aku pun kembali ke mobil.. Tak lama kemudian, kami tiba di bandara.. ah, waktuku semakin sempit.. satu jam lagi aku meninggalkan kota ini.. semakin sedih rasanya..

Di Bandara aku hanya membeli kerupuk bertuliskan kerupuk kemplang.. tapi kata penjualnya bukan itu, aku lupa namanya.. yang pasti bahannya terbuat dari ikan..


Aku menunggu di ruang tunggu bandara dengan sedih.. termenung.. lalu saat untuk naik ke pesawat pun tiba.. memandang sedih ke arah luar gedung, memandang Palembang untuk terakhir kalinya.. aku pun masuk ke dalam pesawat..


Sambil menunggu take-off, aku mendengarkan lagu dengan headset dari handphoneku.. Ada Cinta.. ya, itulah yang selalu kurasakan.. atas kota ini dan atas semua kenangan akan dirinya..

Dan, tibalah saatnya pesawat diberangkatkan.. aku terdiam, dan tanpa sadar aku pun meneteskan air mata.. Selamat tinggal Palembang.. entah kapan ku dapat kembali lagi ke sana.. jika takdir mengijinkan, aku pasti kembali.. untuk bertemu dengan dirimu..

Notes: 3 Maret 2011, hari itu adalah weekday, aku membolos dari kantor baruku.. dan saat itulah untuk pertama kalinya aku menginjakkan kaki di Palembang.. 

Trip to Pari Island at Thousand Island..Part 7

Still Day 2 (The Last Part): Pantai Pasir Perawan (lagi)..
Setelah melewati rumah-rumah penduduk, akhirnya kulihat (lagi) padang rumput yang luas, jalan menuju ke Pantai Pasir Perawan.. 


Suasana sudah mulai gelap.. matahari sudah mulai tenggelam.. dan, lagi-lagi kami berjalan ke sisi kiri pantai.. sedangkan sisi kanan pantai belum kami sentuh sedikitpun, namun waktu itu tak sempat terpikir olehku karena aku sudah cukup lelah..Kulihat ada Kastil Pasir di dekat pohon.. Rajin juga yang membuatnya..


Lalu kami melihat segerombolan pemuda berjalan di air mendekati getek.. dan kemudian Widhagdo member aba-aba “yak, siap, ketika mereka naik ke getek itu, kita terika 2000!” dan kami pun menunggu para pemuda itu naik ke getek.. tepat ketika mereka naik, teman-temanku serempak berteriak :”2000..2000!!” dengan gaya seperti anak kecil menyoraki orang lain.. hahaha..

Kami kemudian berjalan semakin ke kiri pantai, tempat ditambatkannya perahu-perahu kecil.. kami tak bisa masuk ke dalam air, tak boleh basah-basahan lagi karena persediaan baju kami sudah habis (hanya sisa untuk pulang ke Jakarta besok)..


Kami pun bermain-main di perahu-perahu itu.. berfoto-foto sambil menunggu matahari semakin terbenam..


Berusaha menikmati suasana di malam terakhir, namun tetap saja ada salah satu dari kami yang sibuk dengan BBnya.. mungkin benar jika dibilang bahwa BB membuat seseorang menjadi autis (karena membuat lupa dengan sekelilingnya).. :p


Ketika aku sedang naik-naik di atas perahu yang tertambat di pantai, aku sempat memotret Sarma yang kulihat sedang duduk sendiri sambil bermain sesuatu, mungkin pasir atau karang.. foto itulah yang menjadi hasil foto favoritku.. suasana sunset didukung kostum Sarma yaitu gaun tidur membuat foto itu semakin terasa indahnya.. itu menurutku..hehe


Sunset hari itu tak begitu bagus.. beruntung kami sempat menyaksikan Sunset yang lebih bagus di hari kemarin.. Tak lama bermain di pantai, kami pun memutuskan untuk kembali ke homestay setelah berfoto bersama di bawah sebuah pohon yang ada tempat duduknya..


Lalu kami berjalan meninggalkan pantai.. Namun, ketika melewati pondok duduk beratap jerami, Widhagdo menghentikanku dan membiarkan teman-teman yang lainnya terus berjalan pulang ke homestay bersama mas Edi.. dan ternyata, Widhagdo minta difoto.. -__-“  dan kami pun menunggu hingga pantai itu semakin sepi karena itulah background view yang diinginkan Widhagdo, tanpa pemeran figuran.. lalu aku pun juga difoto, namun aku sudah tak begitu mood sehingga aku bingung harus berpose bagaimana.. aku pun diam saja.. kemudian kami kembali berjalan pulang ke homestay.. tapi sebelumnyam aku sempat melihat padang rumput berwarna-warni di dekat pantai itu terlihat lebih indah, sehingga aku minta difoto di sana sekali lagi.. dan kami lalu kembali ke homestay..



Sekembalinya ke Homestay..
Sesampainya di homestay aku agak heran karena tak ada satu pun yang menanyakan mengapa aku dan Widhagdo tertinggal.. dan kemudian, ketika aku masuk ke dalam, ternyata teman-temanku itu sedang asyik menyantap kerang remis yang tadi siang diambil di Pulau Tikus.. kerang itu dimasakkan oleh Pak Udin, dengan bumbu yang unik.. aku diberitahu teman-temanku.. aku tak ikut mencoba, karena terus terang aku kurang begitu suka makan kerang dan aku juga tak suka makan dari 1 mangkok beramai-ramai (yang secara tak langsung sama artinya dengan bertukar air liur).. >.<


Ahh, aku teringat perkataan Pak Udin tadi siang.. ketika itu beliau menanyakan mau ayam atau ikan untuk barbeque dikarenakan ikan baronangnya sisa 6 ekor.. dan akhirnya kami memutuskan untuk berbagi dengan tetangga homestay sebelah, yaitu masing-masing 3 ikan baronang dan seekor ayam.. lalu setelah itu Pak Udin mengatakan akan membuat api unggunnya di tepi pantai, bersebelahan dengan tetangga sebelah.. katanya maksudnya beliau ingin kami bisa akrab dengan mereka, siapa tau ada yang jodoh.. haha,. Maklum, rombonganku sebagian besar adalah wanita dan laki-lakinya hanya 2 orang.. sedangkan tetangga sebelah justru sebaliknya, wanitanya hanya 2 orang.. mereka ber-8 dan kami ber-7.. mungkin memang harus mengakrabkan diri.. tapi sayang ga da yang cakep (laki-lakinya).. :p lalu terpikir olehku, disini pemandangan alamnya memang indah, tapi pemandangan orangnya tidak.. kebalikan dari Pulau Tidung yang pemandangan alamnya kalah, tapi pemandangan orangnya sungguh segar.. hahahaha

Sambil menunggu malam, yaitu saat barbeque, kami berempat yaitu aku, davin, sarma dan evelyn memutuskan untuk bermain capsa.. awalnya kami duduk di ruang tamu, tapi ternyata pencahayaannya tak cukup terang, apalagi kartu yang kami pakai milik Sarma itu bening sehingga lebih sulit melihatnya dalam kegelapan.. kami pun mencari ruang yang lebih terang dan juga ada space cukup luas.. akhirnya kami bermain di kamar yang tak terpakai.. kali itu entah kenapa aku sedang sial.. kalah 4 kali berturut-turut.. >.< padahal biasanya aku hampir tak pernah kalah, dimanapun aku bermain, aku termasuk jagoan capsa.. Lalu permainan pun dihentikan ketika tiba saatnya untuk barbeque..

Api ungun telah disiapkan, dan ternyata milik kami tepat di halaman belakang homestay yang luas.. sedangkan milik tetangga sebelah benar-benar di tepi pantai yang benar-benar gelap.. wah, ini c mana bisa saling beramah-tamah.. :(  tapi melihat api unggun saja sudah membahagiakan.. mengingatkanku ketika jaman sekolah saat aku masih aktif menjadi misdinar gereja Stella Maris Pluit, juga ketika mahasiswa saat masih aktif di UKKT (Unit Kerohanian Katolik Trisakti).. dimana setiap kali diadakan retret ataupun rekoleksi di puncak, selalu ada acara api unggun di malam terakhir menginap.. ahh, jadi kangen.. andai saja bisa kembali ke masa-masa itu..


Saat itu bahan makanan yang akan dipanggang sudah tersedia di kursi bamboo.. ada ayam seekor, cumi dan juga ikan baronang.. ayamnya seekor tapi tanpa kepala dan jeroan, tapi masih lengkap dengan kakinya.. ternyata itu adalah ayam kampung jago.. aku membayangkan, jangan-jangan itu ayam yang sering berkeliaran di belakang homestay.. oh tidak.. sejak saat itu, akhirnya aku tak berminat untuk makan ayam..


Panggang-panggangan barbeque kami dibantu oleh beberapa orang mas-mas.. mereka membantu mengoleskan bumbu dan juga membakarkan ayam dan ikan.. kami hanya tinggal menunggu makanan itu matang..


Di dekat kami ada seekor kucing betina, yang tadi siang kulihat juga tiduran di belakang homestay.. Kucing itu cukup jinak.. pendiam lebih tepatnya.. kata Davin, kucing senang berada di dekat tempat yang hangat.. contohnya api unggun itu.. Aku dan Davin kemudian berfoto bersama kucing itu.. di foto itulah tampak dengan jelas kulitku yang benar-benar sudah rata terbakar matahari hingga warnanya serupa dengan warna bajuku.. 
-__-“
Makanan akhirnya matang.. karena malas makan di dalam, akhirnya kami menarik sebuah meja kecil di dapur ke belakang homestay..


Dan.. kami pun makan.. lebih tepatnya, teman-temanku makan, karena ketika itu aku agak bermood buruk (mulai galau lagi) sehingga belum ingin makan dan aku hanya duduk sambil bermain hp.. ditambah lagi ketika itu ada si kucing datang mendekat, dan ternyata Synthia tak suka kucing hingga akhirnya dia melempari kucing itu dengan sandal.. hal itu terus terang membuatku marah, tapi kupendam dan berusaha bicara baik-baik.. aku paling tak suka jika orang bersikap kasar ataupun jahat terhadap hewan.. akibatnya, bete-ku semakin menjadi-jadi, dan aku semakin tak nafsu makan.. Tapi pada akhirnya kupaksa makan walau hanya sedikit, aku hanya mengambil ikan dan sedikit cumi juga tahu dan sambal, aku tak mau makan ayam.. semat kuberikan sebagian ikanku pada si kucing, namun ternyata dia tidak suka dan lebh memilih ayam walaupun kelihatannya sulit sekali mengunyahnya..

Menurut pengalaman teman-temanku yang mencoba makan ayam, ayam itu benar-benar keras, padahal sudah direbus.. jangankan menelannya, menggigitnya pun sulit.. lalu ada salah satu temanku, aku lupa siapa, mengatakan sesuatu yang intinya seperti ini “dasar ayam jago, ga hidup ga mati tetep aja ga mau kalah.. sampe mati pun ga mau dimakan ma kita.. kita kalah..”

Aku makan dalam diam.. sempat ada si kucing mendekat lagi, untungnya Synthia tak melihatnya.. sempat kupotret kucing itu.. dan setiap kali blitz menyala, dia selalu memejamkan matanya.. sensitif terhadap cahaya rupanya..


Ketika selesai makan, aku langsung masuk ke dalam.. barbeque malam itu tak berlangsung menyenangkan.. tak berkesan, apalagi ditambah dengan faktor bete.. ahh, kapan ya aku bisa merasakan acara api unggun yang benar-benar berkesan seperti saat-saat dulu?? :(

Malam itu malam Idul Fitri, suara taraweh terdengar kencang dan berisik sekali.. kata Evelyn, malam ini kita ga mungkin bisa tidur lagi.. akhirnya kami bermain capsa lagi, dengan personil yang sama, melanjutkan sesi tadi sore.. aku, Sarma dab Evelyn sama rata mengalami kekalahan, hanya Davin yang tak pernah kalah.. lalu Evelyn memutuskan untuk berhenti bermain dan pergi keluar untuk merenungkan kekalahannya.. -__-“

Kami pun melanjutkan permainan bertiga.. targetku adalah membuat Davin kalah berkali-kali.. dan akhirnya berhasil..di saat terakhir permainan, Davin kalah total 7 kali.. hahaha.. ternyata begitu strateginya.. dengan jumlah pemain 3 orang, dia tidak bisa menebak kartu yang disimpan untuk pemain ke-4.. dengan demikian strateginya pun menjafi kacau.. hahaha.. dari Sarma digantikan Evelyn, hingga aku kalah 10 kali, tak apalah yang penting aku puas karena Davin akhirnya kalah berkali-kali..hahaha

Puas dan capek bermain, waktu menunjukkan jam setengah 1 pagi, aku menggeser ranjang ke ruang tengah.. Widhagdo dan Tjitra sudah tertidur di depan TV dengan posisi tidur yang sudah tidak bisa dipindah, sedangkan Synthia bangun dan pindah ke kamar bersama Sarma.. posisi tidur kali ini sudah diubah berdasarkan rapat tadi siang.. ruangan juga sudah bersih setelah disapu oleh Evelyn.. Davin tidur di posisi Synthia tadi tidur.. sedangkan aku dan Evelyn tidur di 1 ranjang yang tadi kukeluarkan dari kamar.. dan kami pun tidur tanpa bersempit-sempit lagi seperti malam sebelumnya..

Aku tidur sambil menggunakan headset, mendengarkan lagu.. walaupun kupingku sudah mulai panas pun aku berusaha tak melepasnya.. setelah mendengar cerita Evelyn bahwa malam sebelumnya dia mendengar suara-suara sesuatu, aku jadi sedikit takut.. apalagi posisi tidurku pun tak menguntungkan.. paling ujung, depanku adalah ruang tamu, belakangku adalah dapur dan kananku adalah kamar.. dikelilingi 3 ruangan tak berpintu sungguh menyeramkan.. aku berusaha tak membuka mataku sedikitpun.. malam itu aku sungguh menderita, bukan karena tempat tidur yang sempit, melainkan karena seluruh kulit di tubuhku perihnya luar biasa.. aku ingin tidur dengan posisi menyamping tak bisa, sungguh perih ketika kulit ini menyentuh kain.. akhirnya aku hanya bisa tidur terlentang.. akibatnya, tidurku tak bisa nyenyak lagi karena badanku pegal-pegal.. tak bisa berganti posisi dan gaya tidur.. .T.T


Day 3: Bukit Matahari (lagi)
Pagi pun tiba, lagi-lagi aku yang bangun paling dulu.. kulihat Widhagdo kemudian bangun karena berusaha mematikan weker hp.. kubilang padanya bahwa sudah jam 5, kalau mau liat Sunrise harus segera bangun.. dia bilang iya dan lalu tidur lagi, katanya 5 menit lagi..

Aku pun bangun, diikuti Evelyn dan juga Davin.. aku mencuci muka dan gosok gigi, begitu pula dengan mereka.. saat itu Widhagdo sudah bangun dan langsung menghilang entah kemana..

Kemudian, aku dan Davin pergi ke Bukit Matahari.. tak kami temui ataupun lihat ada Widhagdo ke sana.. entah kemana lagi dia.. Sunrise pun tak kelihatan, rupanya cuaca masih berawan..

Davin kemudian mengajakku ke ujung tebing, di sana pada saat berangkat snorkeling di hari sebelumnya kami sempat melihat anak-anak kecil bermain di batuan di pinggir tebing yang sudah terendam air.. oleh karenanya, kami mencoba ke sana.. tapi akhirnya hanya di ujung tebing, tak berani ke batuan itu karena masih pasang dan malas bermain-main air.. Kami hanya duduk dan bergantian berfoto..


Kami kemudian berjalan ke dermaga.. aku lalu meminta Davin untuk memgangi spanduk Kimia Farma karena aku ingin memotret peta Pulau Seribu yang tercantum di dalamnya.. Davin melihat peta itu dan sempat memprotes, “Pulau Nyamuk aja ada dip eta, masa Pulau Tikus ga da.. Tikus kan lebih gede dari nyamuk”, katanya.. hahaha.. benar juga..


Dan Evelyn datang, lalu kami berjalan-jalan.. pertama ke tempat plang Pulau Pari, menuntaskan keinginan berfoto di sana.. Lalu meneruskan berjalan-jalan di sisi lain dermaga, pantai yang kami lalui ketika ke Pantai Pasir Perawan.. pagi itu baru terlihat tak indahnya tempat itu yang ternyata banyak sampah dan terawat, padahal di sana ada kumpulan bibit mangrove.. Davin sempat menginjak kotoran manusia yang tampaknya seperti pasir tapi lengket dan ketika dibersihkan barulah tercium baunya.. huekkk..


Kemudian kami meneruskan perjalanan ke dermaga, menelusuri jalan panjang di samping dermaga..


Melihat-lihat sekeliling, dan aku melihat langit.. ada awan cumulus, yaitu awan yang berbentuk seperti sisik ikan, yang menandakan bahwa di laut sedang banyak ikan..waktunya panen ikan.. Ketika melihat awan itu aku jadi teringat ketika aku masih SD, aku sudah tertarik dengan pelajaran fisika SMA tentang jenis-jenis awan.. salah satunya awan cumulus tadi.. aku juga teringat cita-citaku dulu menjadi peneliti NASA.. cita-cita yang sangat tinggi.. dan kusadari aku yang sekarang tak memiliki semangat seperti aku yang dulu, aku yang memiliki impian-impian yang luar biasa..


Selama di samping dermaga itu, aku menemukan beberapa spot bagus untuk berfoto..

dan kemudian kami kembali ke homestay, sambil mengamat-amati sekeliling..



Hari Terakhir di Pulau Pari..
Sesampainya di homestay, aku belum melihat Widhagdo.. lalu kami pun beramai-ramai membuat pop mie.. dan tak lama kemudian Widhagdo kembali, kutanyai dia pergi kemana dan dia hanya senyum-senyum saja.. Kami pun berbagi pop mie, dan semuanya kebagian makan.. Persediaan pop mie yang lebih pun dihabiskan hari itu juga.

Kemudian Pak Udin datang untuk bersalam-salaman, bersama dengan mas Edi dan kami pun mengobrol di belakang homestay.. saat itu ada anak Pak Udin datang.. Sarma dan Widhagdo merayunya dengan iming-iming uang 5ribu agar anak itu mau bersalaman.. haha..

Pak Udin kemudian memberitahukan bahwa dari Pulau Pari akan disediakan 1 kapal kecil untuk kami kembali ke Jakarta, lagi-lagi bersama tetangga homestay sebelah.. dan kapal itu berangkat jam 11.. yah, berarti kami hanya punya waktu sedikit lagi di Pulau Pari ini.. jika ikut kapal regular, yaitu KM Cinta Alam yang kami tumpangi ketika berangkat ke Pulau Pari dari Jakarta, kami bisa tetap di pulau ini hingga jam 1.. Namun katanya sudah ada yang memesan homestay ini sehingga mau tak mau kami harus keluar jam 11.. Transaksi bayar-bayaran pun diselesaikan saat itu juga.. sempat ada salah hitung, dan Pak Udin mengembalikan 100ribu kepadaku.. Pak Udin dan mas Edi juga sempat berbincang-bincang lagi, mereka berpendapat bahwa kami sungguh bersahabat.. “ya tentu saja, kami yang paling heboh di pulau ini..biang ribut..”, pikirku..haha

Di dalam homestay, dekat WC ditemukan dua ekor serangga yang ternyata adalah Kumbang Kelapa.. pertama kali yang menemukan adalah Tjitra.. Kumbang itu tampaknya sudah lemas.. dan kemudian segera kubawa keluar.. bingung mau kuletakkan dimana, akhirnya kuletakkan di pasir dekat pot tanaman.. Namun tak lama kemudian ketika kulihat kembali, kumbang-kumbang itu diserbu semut ranggang merah.. refleks langsung kutiup-tiup hingga semut-semut itu pergi.. untungnya belum terlambat, dan dibantu oleh Tjitra, aku memindahkan kumbang-kumbang itu ke atas tanaman yang kutumpuk dengan daun-daun lebar agar kumbang-kumbang itu terlindung.. berkali-kali kulihat si kumbang terbalik badannya setiap kali mencoba untuk berjalan.. dan kukembalikan ke posisi semula..


Lalu kami pun mandi-mandi, beres-beres.. sempat juga bersantai-santai di kasur sambil nyemil.. dan kuingat waktu itu Widhagdo menguasai Vaseline dan mengoleskannya secara berlebihan ke seluruh tubuhnya hingga ke wajah.. hingga berebut cermin dengan Synthia.. “wew, cowok centil!” begitu pikirku, karena aku yang wanita saja tak menggunakan lotion, padahal kulitku sudah terbakar habis hingga benar-benar merah.. sedangkan dia kan sudah item, mau diapain juga kulitnya tetap item.. aku juga ingat waktu Widhagdo masuk ke kamar mandi untuk mandi, Synthia mengatakan “udah do, kamu itu mandi atau ga mandi tetep aja bau”..hahaha, dia masih lebih tega dariku.. :p Aku sempat membersihkan sandalku yang ternyata juga bernasib sama dengan  Davin, terkena kotoran manusia.. baunya amit-amit..huekk.. >.<

Setelah semua selesai berganti baju, memakai jeans, kami pun pergi mencari bakso.. dan ternyata baksonya berjualan tak jauh dari homestay kami.. semuanya makan bakso dan minumnya teh botol Sosro.. kecuali Evelyn yang minum aqua gelas..

Ketika makan, ada anak kucing yang bermain-main dengan kaki Widhagdo yang dikiranya tikus yang bersembunyi di lubang.. dan Widhagdo pun sengaja memainkan jari kakinya.. anak kucing itu sungguh lucu.. ^^ Selain memperhatikan kucing, aku juga mengamati bebek-bebek yang sedang mencari makan di sekeliling kami.. sungguh unik, dan banyak menimbulkan pertanyaan.. hoh..


Dan kemudian selesai makan, aku yang membayar karena sisa uang bersama sebesar 100ribu yang diberikan oleh Pak Udin itu aku yang memegangnya.. aku ingat harga baksonya 7ribu x 7 mangkok = 49ribu, lalu the botol 3ribu x 6 botol = 18ribu, tambah aqua gelas Rp 500.. total semuanya adalah Rp 67.500.. sisa uang kami adalah Rp 32.500 yang akhirnya digunakan untuk tambahan uang kapal yang awalnya dikira 30 ribu dan ternyata 35ribu.. ok, jadi total yang dihabiskan untuk liburan ini adalah 390ribu per orang.. masih di bawah 400ribu, ok lah..

Lalu kami berfoto di bagian depan homestay bersama Pak Udin..



dan kembali ke belakang homestay, mengobrol sambil menikmati cemilan keripik pisang dan semacam keripik dari tepung yang dipelintir..

Kami mengobrol hingga kapal yang akan membawa kami ke Jakarta sudah siap.. kami pun bergegas membawa barang-barang kami.. ketika keluar di belakang homestay, kami pun serempak berkata “liburan tlah usai!”.. sedih juga rasanya.. sebagian besar dari kami masih libur hingga akhir minggu, namun Widhagdo dan Synthia kembali masuk kerja langsung besoknya.. Aku sempat menengok Kumbang Kelapa yang kuletakkan di atas daun untuk terakhir kalinya, masih ada rupanya, dengan agak khawatir dan sedih, terpaksa aku meninggalkan kumbang-kumbang itu.. entah kumbang-kumbang itu masih bisa bertahan hidup atau tidak..
Kami berjalan ke dermaga, dan langsung naik ke kapal.. bagian depan sudah diisi oleh anak-anak homestay tetangga, dan kami pun langsung ke bagian belakang dimana sudah disediakan tikar yang tergelar.. kapal khusus hanya untuk 2 rombongan.. wah, keren juga.. padahal bayarnya standard.. dan kapal itu terasa cukup luas bagi kami ber-15 walaupun ukurannya lebih kecil dari kapal reguler.. :D


Kapal pun bergerak meninggalkan Pulau Pari.. dan pulau itu semakin terlihat kecil.. ada rasa sedih juga..


Kapal yang kami tumpangi adalah kapal motor, yang sempat kulihat dan kutanyakan itu kapal apa ketika di Bukit Matahari bersama Davin.. dan aku duduk di bagian belakang yang terbuka, dekat dengan motor kapal sehingga berkali-kali terciprat air laut dari luar.. perih rasanya ketika mengenai kulitku..

Lalu kami pun berfoto ria, minta tolong anak homestay tetangga.. seorang laki-laki yang waktu dari Pulau Tikus berada di bagian belakang kapal bersama rombongan kami, yang tersenyum-senyum melihat tingkah laku kami.. Setelah memotret dia menanyakan ‘ada yang mau foto sama saya ga?” dan kami pun hanya tertawa dan berterima kasih.. Nah, itu cowok yang kata Tjitra lumayan, walaupun kesannya kurang macho.. lalu kubilang kalau cowok itu kulihat merokok ketika di kapal dari Pulau Tikus.. maklum, aku paling tak suka dengan orang yang merokok.. seganteng apapun pasti aku langsung ilfil dalam sekejap dan untuk sampai kapanpun..


Berusaha menikmati perjalanan pulang, kami pun bermain kartu yang bisa untuk beramai-ramai, yaitu kartu minuman atau kalau di Jakarta disebut dengan cangkok atau cangkul..

Setelah permainan selesai dengan hebohnya, mereka (teman-temanku) pun tewas, mual karena gelombang laut mulai mengganas.. dengan kapal kecil goyangan itu lebih terasa..

Pernah ada suatu ketika gelombangnya benar-benar kencang hingga kapal kami terombang-ambing ke kanan ke kiri dengan tak beraturan, dan kulihat air laut hampir sejajar dengan jendela kapal.. Kapal ini berbeda, karena jenisnya kecil, jadi ruangan untuk penumpanganya hanya ada di bawah, di belakang nahkoda, tidak ada yang di atap.. dan gelombang laut itu sungguh menakutkan.. Evelyn yang tadinya tidur hingga terbangun dan berdoa.. Lagi-lagi, hanya akulah yang tak merasa mual, dan tak tidur.. aku heran teman-temanku semua mual, padahal mereka sudah minum antimo.. aku yang tak minum malah tak mual sama sekali.. aneh.. kata Widhagdo, itu karena ada naga di perutku, makanya tak ada sisa makanan sedikitpun yang bisa dikeluarkan, sehingga tak mungkin mual apalagi muntah.. -___-“ ada-ada saja.. tapi mungkin benar, aku bukan cacingan, tapi naga-an.. hoho

Untunglah perjalanan laut itu berjalan lancar dan kami pun semakin dekat dengan Jakarta.. sudah kulihat dari kejauhan Apartemen Regatta the Icon yang terdapat di Pantai Mutiara.. itu berarti kami sudah dekat dengan pelabuhan Muara Angke..


Tak lama kemudian, kami pun tiba di pelabuhan Muara Angke..


Dengan susah payah kapal kami berputar dan parkir di samping kapal-kapal yang berlabuh.. rombongan kami tertinggal di kapal akibat keasyikan ngobrol.. begitu sadar, rombongan homestay tetangga sudah tidak ada, sudah dari tadi keluar.. lalu kami pun keluar.. aku yang pertama, dan aku ke depan kapal untuk memotret kapalnya, tapi agak sulit karena aku berdiri di pinggir kapal lain..


Dan aku melonjak kaget karena ada suara toa yang menyatakan kami harus bergegas turun dari kapal.. ternyata kami disambut oleh orang-orang angkatan laut dan dibantu untuk turun (dipegangi).. wah, jadi tersanjung..kami seperti orang penting saja.. wkwkwkwk.. ditambah lagi, yang bertugas membantu kami turun itu kata Evelyn lumayan ganteng.. haha


Kami pun keluar dari pelabuhan, dan di depan pintu luar dermaga kami sempat bingung memutuskan akan kemana.. mau makan atau langsung pulang.. sambil menunggu Synthia yang pergi ke toilet..


Dan akhirnya kami memutuskan berjalan kaki ke Pizza Hut (tempat favorit untuk makan setiap pulang dari Pulau Seribu) di ujung Muara Karang.. dan sesampainya disanaa.. Pizza Hutnya tutup.. T.T .. lebaran membuat kami kelaparan.. sempat terpikir mau ke Citraland, tapi terlalu jauh untuk Davin yang rumahnya di Muara Karang, harus bolak balik.. Akhirnya kami naik B01, bayar 2ribu per orang ke Pluit Village dan makan di sana.. kulihat banyak juga toko yang tutup..

Selesai makan kami pun pulang dengan menggunakan busway.. selama di perhentian-perhentian busway kulihat banyak orang yang serupa dengan kami.. maksudnya sama-sama membawa barang banyak, sama-sama masih mudah, dan sama-sama berkulit merah terbakar.. dan kesimpulanku, mereka pasti dari Kepulauan Seribu, hanya saja pergi makan di tempat yang berbeda dengan kami… Lalu aku dan teman-temanku pun berpisah, kembali ke rumah masing-masing.. 

Ya, benar, Liburan telah usai.. :( tapi liburan kali ini cukup menyenangkan, terutama puas dengan tempatnya.. :) Semoga di liburan berikutnya kami bisa bersenang-senang bersama lagi.. ^^

Notes: Mohon maaf jika ada kata-kata yang salah, menyinggung, ataupun kurang berkenan.. :) Sekian untuk Catatan Perjalananku ini.. ^^

See also: Travelling Guide: Pari Island at Thousand Island
(http://allaboutmeliebe.blogspot.com/p/travelling-notes.html)