Eight Below

Eight Below

The Real World Adventurer..

"In this life, only the fool who always start the questions of life, moreover start their life mission and purpose of money. And once beginner ask where they get money, then they will be shackled by the constraints/obstacles. And almost certainly the answer is simply no money, can not and will not be" (Rhenald Kasali - Professor of University of Indonesia)

Wednesday, November 30, 2011

Catatan Sang Peneliti: Hari Kedua di Kalimantan Tengah..

Hari Kedua di Pangkalan Bun.. (Senin, 31 Oktober 2011)

Pagi pun tiba.. Jam dinding menunjukkan pukul setengah 5 pagi, TV tetap menyala, tetap di saluran Sky Drama 1.. ini hari keduaku di Kalimantan.. Rencananya pagi ini aku mau ke gereja, mencoba mengikuti misa harian..

Udara sejuk membuatku malas bangkit dari tempat tidur, aku hanya tidur-tiduran sambil menonton TV.. lalu jam pun menunjukkan pukul 5, aku segera berberes dan mandi.. selesai mandi ternyata sudah jam 5 lewat 20.. karena kelamaan beres-beres, akhirnya aku tak keburu untuk ke gereja, sedangkan misa harian dimulai pada pukul 5.15 pagi.. yah, semoga saja besok aku bisa ke gereja..

Sesuai keinginanku kemarin, hari ini aku berniat untuk membeli Coto Manggala sebelum berangkat ke Balai.. kutunggu hingga jam setengah 9, sementara aku berberes menyiapkan untuk presentasi hari ini dan barang-barang yang perlu kubawa ke Balai..

Jam 7 pagi pegawai hotel mengantarkan makan pagi ke kamarku.. menu pagi ini nasi uduk dan telur mata sapi.. lengkap dengan teh manis hangat.. dan kupikir, Coto Manggalanya nanti buat makan siang saja ah..


Jam setengah 9 kurang, aku langsung pergi ke tempat dijualnya Coto Manggala.. Kali ini aku berjalan kaki lewat jalan sepanjang deretan hotelku.. sempat kulihat sebuah rumah panggung yang terbuat dari kayu, benar-benar khas kalimantan.. 


lalu aku melewati Pasar dan kemudian Hotel Tiara, lalu tibalah belokan jalan tempat warung Coto Manggala berada..

Kulihat penjualnya berbeda dengan ibu yang menjual Kerupuk Rebus kemarin.. tanpa menunggu lama, aku langsung memesan 1 porsi Coto Manggala, tanpa ceker karena aku tidak suka, dan dibungkus.. kuperhatikan memang benar ternyata yang dimaksud dengan Manggala itu adalah singkong, hanya saja dilengkapi dengan ceker ayam.. harganya hanya 4 ribu rupiah saja.. murah juga..


Sambil menunggu Coto Manggala pesananku dibungkus, aku bertanya kepada bapak yang ada di situ, dimanakah Bunderan Tugu Pancasila berada.. katanya cukup jauh dari situ dan beliau menawarkan untuk mengantarku, namun aku bilang aku naik angkot saja.. untuk rute angkotnya katanya ke arah pasar baru..
Selesai Coto Manggala pesananku dibungkus, aku segera berjalan ke jalan utama, sambil melihat kea rah belakang menunggu angkot berwarna kuning lewat.. aku pun menyeberang jalan dan kemudian berhenti untuk menunggu angkot..

Tak lama kemudian, tampak angkot kuning mendekat ke arahku, dan kuberhentikan angkot itu.. kutanyakan kepada sang sopir apakah lewat Tugu Pancasila.. dan katanya, tidak ada angkot yang langsung ke sana, harus ke pasar baru dulu lalu oper angkot yang arah tugu pancasila.. ok lah, dan aku pun naik ke angkot tersebut..
Dalam perjalanan menuju Pasar Baru, yaitu hanya lurus melalui sepanjang jalan sederet dengan hotel abadi, aku melihat sebuah masjid besar dan aku lalu berniat untuk memotretnya nanti setelah pulang dari balai.. dan tak lama kemudian tibalah aku di pasar baru.. saat itu aku kurang memperhatikan situasi di pasar tersebut, dan aku langsung diarahkan oleh sang sopir untuk berganti angkot menuju tugu pancasila..

Angkot tersebut juga berwarna kuning.. Tampaknya di Pangkalan Bun ini hanya ada 1 warna angkot yaitu kuning, walaupun rutenya berbeda.. Selain itu, angkot-angkot juga selalu sepi penumpang, seperti angkot yang baru saja kutumpangi tadi penumpangnya hanya aku seorang.. Namun, ongkosnya tetap 2.500.. mungkin sudah standar di sana.. bedanya angkot Pangkalan Bun dan Jakarta yaitu angkot Pangkalan Bun tidak mengenal ngetem.. walaupun penumpangnya hanya ada 1 orang, atau bahkan tidak ada penumpang sama sekali, angkot pun tetap berjalan dan jarak antar angkot yang satu dan berikutnya juga tak begitu jauh, cukup banyak armadanya..

Kulihat angkot tujuan tugu pancasilanya kosong dan tidak tampak pengemudinya.. angkot itu diparkir di pinggir jalan.. dan kulihat angkot yang tadi kutumpangi menuju kea rah tanjakan yang sama dengan rute angkot tujuan tugu pancasila, dan kupikir kenapa sang sopir bukannya menurunkan aku di ujung jalannya saja, kalo begini kan nanggung.. karena ragu harus bertanya kepada siapa, akhirnya aku memutuskan untuk berjalan kaki..

Sempat kutanyakan kepada orang yang sedang berada di sekitar situ mengenai arah menuju tugu pancasila.. katanya lurus di tanjakan itu, lalu di pertigaan ke kanan sampai nemu lampu merah langsung ke kiri lurus aja.. sekitar 7 km..

Lalu aku pun berjalan kaki.. menanjak, cuaca cukup panas sehingga aku merasa cukup lelah.. di pertigaan aku berbelok ke kanan, seperti arahan orang yang tadi kutanyai.. sepanjang jalan mirip sekali, tak beda dengan jalan di dekat istana kuning.. kalau begini aku jadi buta arah..

Di dekat belokan kulihat tempat makan yang ada semacam bakulnya, dan ternyata itu adalah Soto Kwali.. tempat makan yang sempat di bicarakan di salah satu blog yang kubaca sebelum berangkat ke Kalimantan.. penasaran ingin mencoba, tapi tak punya waktu, jadi aku hanya bisa berharap suatu saat menyempatkan diri kesana..mungkin lain kali aku bisa mencobanya..


Kesalahanku yang baru kusadari kemudian adalah aku langsung berbelok ke kiri, bukan di lampu merah.. Ketika itu, aku melalui jalan yang jarang rumah.. sepanjang kiri dan kanan jalan adalah pohon.. 


dan kulihat ada beberapa orang yang berjualan hewan peliharaan seperti ayam, kelinci, burung, dsb.. dan sempat kutanyakan kepada seorang bapak yang berjualan hewan tersebut, apakah arah jalan ini benar menuju tugu pancasila dan katanya “benar, tapi jauh lho neng” dan kujawab “gapapa pak, sudah terlanjur jalan”.. lalu kulanjutkan perjalananku dengan berkeringat karena cuaca yang cukup panas..

Sampai di ujung jalan adalah pertigaan.. aku bingung harus ke kanan atau ke kiri.. lalu aku ke kiri dan menyeberang jalan, menanyakan kepada seorang bapak yang sedang menuntun motornya yang rusak.. kutanyakan untuk ke tugu pancasila lewat kiri atau kanan, dan jawabnya adalah dua-duanya bisa.. lalu kutanyakan lebih dekat mana, dan katanya ke kanan., dan lagi-lagi katanya “tapi jauh lho dek” dan kujawab lagi “gapapa pak”..

Aku meneruskan berjalan ke kanan.. yang muncul di pikiranku adalah “ternyata pangkalan bun luas juga, tak sesempit yang kukira” dan di sepanjang jalan itu suasananya seperti di pinggiran kota, tidak seperti di daerah sekitar hotel yang merupakan pusat kota..

Sebenarnya aku sudah sangat lelah, selain berkeringat juga terbebani beratnya tasku dikarenakan aku membawa laptop untuk presentasi di balai.. tapi apa daya, tak tampak satu angkot pun yang lewat.. dan aku berusaha berjalan lebih cepat.. selama perjalanan itu aku sempat melihat 2 ekor anjing sedang berteduh di bawah mobil.. warna hitam dan coklat muda agak putih berukuran sedang agak besar.. kupikir, di kota ini memang sangat jarang ditemui anjing ataupun kucing, kuingat-ingat selama 2 hari ini aku baru bertemu dengan total 4 ekor anjing dan beberapa ekor kucing.. heran kemana semua hewan-hewan itu..

Setelah berjalan cukup lama, tibalah aku di ujung jalan yang tak lain tak bukan adalah kuburan.. lagi-lagi pertigaan.. dan kutanyakan kepada orang yang ada di situ, jalan menuju ke tugu pancasila adalah ke kiri, lurus saja, dan katanya “jauh lho dek” dan untuk ketiga kalinya kubilang “gapapa, tanggung sudah terlanjur berjalan kaki”..

Alasanku tidak mau naik ojek adalah karena masih percaya dengan kata orang yang jarak ke tugu pancasila adalah 7 km.. bagiku 7 km harusnya tidak jauh karena aku sudah pernah berjalan kaki lebih dari itu.. tapi, entah mengapa, mungkin karena cuaca juga, aku merasa lelah sekali dan rasanya jarak ke tugu pancasila itu lebih dari 7 km.. perkiraanku aku sudah berjalan kaki sekitar 10 km.. tapi kok ga sampai-sampai ya?? Aneh..
 Setelah lama berjalan, aku akhirnya menyadari “tampaknya aku tersesat”.. aku pun segera sms Mas’ud dan dia ternyata tidak tahu jalan.. sempat aku melihat beberapa angkot kuning lewat, tapi karena aku berada di seberang jalan, tak mungkin aku menghentikan angkot tersebut..

Bodohnya, aku tetap berjalan kaki hingga kulihat Bank Kalteng yang tampak tak asing karena pernah kulewati ketika kemarin naik Taksi dari bandara.. kupikir, harusnya bunderan tugu pancasila tak jauh dari situ..

Tak lama kemudian, kulihat jam sudah hampir jam 10.. lalu ada telpon dari Pak Taufik yang menanyakan aku berada di mana.. dan kukatakan bahwa aku pun tak tahu jalan, namun aku baru saja melewati Bank Kalteng..dan aku hanya seorang diri, tidak bersama siapapun..

Baru berjalan beberapa jauh, tiba-tiba ada pengendara motor yang berhenti di sampingku sambil senyum-senyum dan kemudian memanggilku “Gracia ya?” jawabku “iya, siapa ya?” dan ternyata itu adalah Pak taufik.. setelah bersalaman dan diberikan helm, aku pun langsung naik ke motornya..

Pak Taufik kemudian mengemudikan motornya, berputar balik karena aku berada di jalan yang berlawanan arah, dengan cepat menuju ke Balai.. ternyata jauh juga jarak dari tempatku terakhir berjalan kaki hingga tugu pancasila.. ketika itu Pak Taufik bercerita bahwa smsnya yang mengatakan aku manja dan bla bla bla itu ternyata disengaja untuk mengetes apakah aku memang punya tekad yang kuat atau tidak..dan katanya tidak mungkin jika aku tidak diurusi atau dibiarkan di sini..

Akhirnya, kulihat bunderan tugu pancasila.. seperti kata Mas’ud, Mess arahnya ke kiri bunderan tugu pancasila, sedangkan Balai ke kanannya.. di dekat bunderan tugu pancasila terdapat monumen pesawat, tempat penerjunan pertama.. di kota ini semuanya disebut bunderan karena memang banyak yang bunder-bunder tamannya..haha..

Berbelok ke kanan, masuklah ke daerah yang asri.. sepanjang jalan, di kanan-kirinya kulihat gedung-gedung pemerintahan.. dari Bappeda, Dinas Kehutanan, Keamanan, BLH, dsb.. tampaknya daerah itu memang dikhususkan untuk pusat gedung pemerintahan daerah.. jalan ke balai ternyata cukup jauh.. lalu kulihat sebuah rumah mewah dengan halaman yang luas, dan ternyata itu adalah rumah Bupati.. selang 2 rumah dari situ adalah kantor Balai Taman Nasional Tanjung Puting.. Akhirnya.. aku tiba juga di balai, ga jadi ke mess d.. yang berarti ga jadi buka internet.. :(

Kemudian sesampainya di dalam kompleks gedung Balai, aku segera turun dan masuk ke dalam.. tapi sempat bingung karena tak tahu harus kemana.. dan kulihat seorang pemuda yang sedang duduk-duduk bersama yang lain sedang senyum-senyum melihatku yang kebingungan.. dan dia lalu bertanya kepadaku “mau presentasi ya?” jawabku “iya”.. “masuk aja langsung ke dalam” lanjutnya sambil menunjuk ke ruangan tengah.. tapi aku tak langsung masuk ke dalam, aku menunggu pak taufik.. dan, akhirnya aku ingat, pemuda itu adalah Barri, salah satu dari penerima beasiswa penelitian, aku sempat melihat rupanya di facebook..

Saat itu aku menerima sms dari Mas’ud yang menanyakan posisiku dimana, dan kubilang bahwa aku sudah sampai di Balai, tadi dijemput Pak Taufik..

Pak Taufik pun masuk ke gedung dan menyarankan aku untuk segera masuk ke ruangan tengah.. kuiyakan dan aku pun masuk ke ruangan tersebut, bersama dengan Barri..

Dan ternyata, sudah banyak orang yang menunggu di dalamnya.. ternyata mereka berkumpul untuk menungguku presentasi.. aku pun jadi deg-degan karena tak menyangka aku akan disidang seperti itu..
Sambil menyalakan laptop untuk presentasi, aku mengamati sekitar.. orang-orang yang ada di ruangan itu dan juga suasananya.. lalu datanglah seorang pemuda lagi, duduk di sebelahku dan Barri dan ternyata itu adalah Mas’ud.. rambutnya tampak beda, lebih pendek dibanding yang difoto yang kribo mengembang.. hoho

Dan kemudian, presentasi pun dimulai.. entah mengapa rasanya aku jadi gugup.. bicaraku pun tersendat-sendat.. selain itu, tak seperti bayanganku yang akan berjalan mulus.. nyatanya terlalu banyak sanggahan dan saran juga kritik, kebanyakan berkaitan dengan keterbatasan waktuku untuk penelitian di lapangan, yang tidak sampai satu minggu.. juga mengenai kondisi lapangan yang ternyata tidak seaman yang aku kira.. ternyata daerah penambang liar adalah daerah konflik.. belum lagi sempat ada penangkapan yang mengakibatkan suasana menjadi rusuh, ada pos jaga yang dibakar.. wow, sungguh menyeramkan.. selain itu jaringan perdagangan hasil penambangan liar ini seperti mafia, jaringannya rumit dan sulit untuk diselidiki.. sepertinya judul tesisku harusnya diubah jadi manajemen konflik aja x ya.. yah, setelah diserbu dengan berbagai pertanyaan, akhirnya selesai juga.. katanya kalau ada si kepala balai (pak gunung) bakal lebih ribet lagi urusannya.. untunglah orangnya lagi ke Jakarta..

Ok, hari yang entah baik atau buruk.. sepertinya penelitianku ini seru, menegangkan, tapi sekaligus berbahaya.. banyak tantangan tergantung bagaimana akunya di sana bersikap.. dan alamnya, ternyata luar biasa.. ternyata taman nasional tanjung puting selain sangat luas di luar dugaan yaitu sebesar 415.000 hektar hingga dibagi-bagi menjadi beberapa resort (wilayah kerja dan pengawasan), juga dikelilingi oleh sungai dan berujung di laut jawa, banyak spesies aneh (endemik/langka) dan banyak buaya berukuran besar di sungai-sungainya.. aku sempat ditanyai apakah aku bisa renang? Apakah aku bisa melawan buaya? Fiuhh, semoga saja tidak terjadi apa-apa.. rencananya kalau bukan besok, ya besok lusanya aku akan ke daerah penambang diantar oleh Pak Sahidin, seorang polisi hutan.. nah, dari situ saja sudah terbayang seberapa bahayanya daerah itu..sampai-sampai harus diantar oleh polisi hutan.. huff…

Seusai presentasi selesai, aku masih di dalam ruangan rapat.. mengumpulkan data sekunder dari seorang bapak.. lalu kemudian berputar-putar, masih di dalam balai untuk mengurus segala administrasinya.. kemudian aku diberikan uang tunai 5 juta yang adalah pencairan pertama dari beasiswa.. Namun, dana yang dicairkan bukanlah berarti semuanya untukku.. pengeluaran tentunya harus ada tanda buktinya, dan sisa dananya harus dikembalikan.. maklum, dana ini bagian dari anggaran pemerintah (katanya)..


Hari sudah siang, kulihat jam sudah sekitar jam 1an.. anak-anak yang lain (Barri dan Mas’ud) menungguku.. mereka sudah dipesani untuk menjagaku.. inilah enaknya menjadi seorang cewek, tepatnya hanya cewek satu-satunya di antara para pria, dijaga..haha..

Hari semakin siang, sudah saatnya makan siang.. dan kami ber-3 pun akhirnya memutuskan untuk pergi makan.. tak jadi makan Rajungan masakan Mas’ud melainkan pergi ke rumah makan yang tidak jauh dari Balai, di dekat Dinas Kehutanan..

Barri dan Mas’ud mendapat pinjaman motor dari Balai.. Lalu aku digonceng oleh Mas’ud ke tempat makan, sementara Barri menjemput temannya Mas’ud yang ikut menemani Mas’ud penelitian..

Di tempat makan, kami banyak berbincang-bincang mengenai tema penelitian dan diri masing-masing.. Mas’ud kuliah di UGM - Jogja jurusan kehutanan dan tema penelitiannya adalah tentang Tarsius, hewan semacam monyet berukuran kecil dan bermata lebar yang nocturnal (aktivitasnya di malam hari). Sedangkan Barri kuliah di Undip – Semarang jurusan Biologi dan tema penelitiannya adalah tentang identifikasi penyu.. Sebenarnya Barri ahli genetika dan mau meneliti genetik penyu, namun karena permintaan pak gunung, akhirnya topik penelitiannya pun diubah.. Mereka berdua, dan temannya Mas’ud yang bernama Ari semuanya adalah angkatan 2007, yang berarti lebih muda 2 tahun dariku..

Dari mereka, aku jadi mendapat tambahan pengetahuan mengenai hewan-hewan dan juga alam.. walaupun aku suka dengan alam, tapi yang kutahu hanya sekedar jalan-jalan saja, sedangkan mengenai satwa dan tumbuhan yang ada di dalamnya, aku tak tahu apa-apa..

Kami pun kemudian memesan makanan, dan aku hanya memesan nasi putih dikarenakan sudah membeli Coto Manggala tadi pagi.. Coto Manggala rasanya cukup sedap dan segar, hanya saja kalau kebanyakan jadi enek.. satu bungkus Coto Manggala itu kubagikan dengan Barri dan Mas’ud, dan itu pun tidak habis.. sungguh mengenyangkan..

Lalu dari mereka aku juga diceritai mengenai Mess.. ternyata berbeda dengan pusat kota, daerah agak pinggir seperti dekat mess TNTP (Taman Nasional Tanjung Puting) justru banyak yang jualan makanan dan juga ada pasar.. oleh karena itulah Mas’ud bisa berbelanja Rajungan.. segalanya ada di daerah Mess (katanya) termasuk WiFi.. uh, enaknya..

Selesai makan, kami mampir sebentar ke tempat fotocopian di dekat situ.. ada dokumen yang harus kufotocopi..

Aku pun akhirnya menyadari bahwa bahasa favorit di kota itu yaitu yang berakhiran “kah?” unik jg pikirku..

Kemudian kami kembali ke Balai.. namun sesampainya di Balai aku langsung menyeberang ke dekat Supermarket Borneo.. Aku diminta mamaku untuk mentransfer uang melalui ATM dikarenakan kartu ATMnya kubawa.. di dekat supermarket itu hanya ada 2 macam ATM, yaitu BNI dan Mandiri.. untungnya aku menggunakan BNI, jika tidak tentunya akan susah karena di daerah seperti itu tidak semua bank ada.. Mamaku menggunakan BCA dan aku diminta mentranfernya ke BCA.. namun, ketika memilih kode bank, aku tak berhasil menemukan tulisan BCA.. hingga beberapa kali kuulangi membaca satu-persatu tetap tak ku temukan.. Kemudian aku berpindah ke ATM Mandiri.. bisa menggunakan ATM bersama, kupikir mungkin ada BCA.. namun ternyata juga tidak ada.. Mungkin karena BCA belum masuk ke daerah ini, maka hingga koneksinya pun juga tidak ada..

Lalu aku kembali ke Balai, maksudnya ingin mengambil SIMAKSI (Surat Ijin Masuk Kawasan Konservasi) namun kata Pak Taufik besok saja dibuatnya.. 


dan, jam menunjukkan sekitar pukul 3 sore.. sudah tidak keburu untuk mengambil data di instansi-instansi terkait dikarenakan kantor pemerintah di kota itu tutup pada pukul setengah 4.. enak sekali pikirku, padahal di Jakarta jam 5 baru pulang kerja.. Kemudian, aku memutuskan untuk kembali saja ke hotel.. Barri yang ditugaskan untuk mengantarkanku dan menemaniku besoknya ke instansi-instansi terkait..

Sebelum pulang, kami ber-4 berfoto-foto dulu di depan kantor Balai bersama patung orangutan.. 


kemudian Barri mengantarkanku kembali ke hotel.. ternyata dia yang paling tahu jalan, dibandingkan dengan Mas’ud yang cukup buta arah..hoho

Di perjalanan, aku meminta Barri untuk berhenti sebentar di depan tugu pancasila karena aku ingin memotret tugu tersebut.. Barri menghentikan motornya di depan Monumen pesawat, yang ternyata bernama Monumen Palagan Sambi, yaitu monumen tempat penerjunan pertama.. 


Lalu aku pun segera memotret tugu pancasila, namun sayangnya hasil fotonya jadi gelap karena backlight.. 


dan kemudian aku minta difoto oleh Barri di depan monumen pesawat, tetap dengan membawa helm.. :)


Selesai berfoto, kami pun melanjutkan perjalanan.. mengantarkanku menuju hotel.. dan ternyata, jalan menuju hotel itu sangat sederhana.. hanya lurus mentok dan belok sedikit, sudah sampai di jalan depan hotel.. pantas saja waktu itu aku berjalan kaki jauh sekali, ternyata itu memutar.. aslinya memang 7 km, tak begitu jauh.. huh.. rugi d..

Jalan di kota ini sepi dan jarang kendaraan, tapi tetap ada lampu merah.. Kulihat penduduk kota ini disiplin terhadap peraturan. Mereka tetap menggunakan helm dan tidak menerobos lampu merah walaupun tidak ada polisi dan jalanan sepi.. hmm, hebat dan patut dicontoh..

Barri mengantarkanku sampai ke depan hotel dan berjanji akan menjemputku besok pagi.. lalu aku pun masuk ke dalam hotel dan mendapatkan snack sore kue coklat dan teh manis hangat..


Seusai makan snack, aku keluar hotel lagi, berjalan menuju masjid besar.. tujuanku hanya ingin memotret masjid tersebut..

Dalam perjalanan menuju masjid, kulihat ada banyak orang berjualan buah.. ada nangka utuh sebutir.. ingin beli tapi takut tak sempat makannya karena besok sudah mulai sibuk untuk urusan penelitian.. akhirnya aku tak jadi beli, hanya memandangi dengan muka pengen sambil lewat..

Tak lama kemudian, sampailah aku di depat masjid besar..nama masjid itu Sirajul Muhtadin.. di sampingnya ada bangunan yang sepertinya adalah pasar..


Hari semakin sore, suasana semakin gelap, maka aku pun segera kembali ke hotel.. dan kulihat warna langit di sore hari sungguh indah..



Malamnya aku memutuskan untuk tidak makan malam, malas rasanya.. Hari keduaku di Kalimantan pun berakhir..Kuakhiri dengan menonton Sky Drama 1 sambil smsan dan kemudian tidur..

1 comment:

  1. Hhe,cerita yg cukup menarik, bnyak mahasiswa yg melakukan penelitian dikota ku Pangkalan Bun ini..:)
    salam blogger pangkalan bun http://dakobar.blogspot.com/

    ReplyDelete