Eight Below

Eight Below

The Real World Adventurer..

"In this life, only the fool who always start the questions of life, moreover start their life mission and purpose of money. And once beginner ask where they get money, then they will be shackled by the constraints/obstacles. And almost certainly the answer is simply no money, can not and will not be" (Rhenald Kasali - Professor of University of Indonesia)

Wednesday, December 28, 2011

In Memoriam † Neville, 6 Feb'00 - 27 Des'11..


Dua hari setelah Natal, Selasa, 27 Desember 2011.. Aku terbangun di subuh hari, namun aku sama sekali tak keluar kamar melainkan sibuk mengetik di kamarku.. jam 8 pagi, tiba-tiba mamaku masuk ke kamarku, memberitahuku bahwa “Neville tiada”.. aku kaget dan langsung keluar kamar mengkuti mamaku ke kamarnya, dan kulihat Neville terbaring tak bergerak.. kugoyang-goyangkan tubuhnya dan kupanggil-panggil namanya, juga tak bergerak.. kurasakan nafas dan detak jantungnya sudah tak ada walaupun tubuhnya masih sangat hangat.. dia sudah pergi meninggalkanku untuk selama-lamanya..


Kesedihanku kehilangan Nala di bulan Januari yang lalu masih belum reda, tak kusangka aku harus kehilangan Neville juga, dan itu terjadi secara tiba-tiba.. aku menyesal paginya aku belum sempat menyapanya yang masih hidup.. di subuh hari, Neville seperti biasanya dibawa oleh papaku turun ke taman untuk berjalan-jalan dan buang air.. kata papaku, dia masih bisa naik tangga walau ketika turunnya digendong.. dan katanya, selama berjalan-jalan, darah kental mengucur dari pantatnya..

Beberapa hari terakhir ini Neville memang mengeluarkan darah, terutama ketika buang air kecil.. dan, dia jadi sering sekali buang air kecil.. kami sekeluarga mengira itu hanya besser karena dia sudah tua.. mengenai darah, kami mengira penyakit lamanya muncul lagi, dan sudah diberi antibiotik.. beberapa hari terakhir ini kondisinya sudah membaik, tapi sehari sebelum dia mati, aku sempat melihat darahnya mulai mengental lagi.. aku masih ingat, di pagi itu aku memberinya makan dan dia seperti biasanya sudah berada di sampingku tanpa dipanggil terlebih dahulu..

Neville, anjingku.. biasa kupanggil dia dengan sebutan "Phil" atau "Philly".. saudaranya Nala dan anaknya Brino.. lahir ketika aku masih duduk di bangku SMP, tepatnya pada tanggal 6 Februari 2000, tahun Millennium, Jubileum Agung, 4 bulan setelah Nala lahir..


Aku masih ingat, ketika itu Brino melahirkan secara hampir bersamaan 2 ekor anak anjing, mamaku yang membantu kelahirannya.. anaknya yang pertama berbulu hitam seperti Brino namun cantik, sayangnya tidak hidup.. anaknya yang kedua juga hitam dan hidup, hanya saja mirip seperti anak tikus.. dan, itulah yang akhirnya kuberi nama Neville Longbottom.. nama itu kuambil dari sebuah tokoh dalam film Harry Potter.. dan ternyata tepat, segala hal pada tubuh anjingku itu panjang seperti “Longbottom”..


Ketika bayi, induknya, Brino tak mau menyusuinya.. ketika itu ada 1 anjing coklat betina jenis kampung liar yang juga kupelihara yang bernama Bleki (kupanggi dengan “Kiki”).. Kiki sangat senang dengan anak anjing, dia pernah menyusui anak induknya sendiri (Mopi) hingga mopi mengeram.. kiki yang berada di rumahku, senang melihat Neville dan dia menyusuinya.. jadilah Neville seperti anaknya Kiki, tumbuh dengan badan yang agak besar dan panjang, walaupun bulunya hitam..

Ketika kecil, Neville sangat lincah dan nakal.. berkali-kali dia mengikuti Brino dan anjing lainnya bermain di taman, dan berkali-kali pula dia tak bisa meloncati selokan namun nekat hingga akhirnya terjebak di dalam selokan.. karena anjing yang kupelihara banyak, dulunya Neville mau diberikan ke orang lain, sayangnya tak ada yang mau mengambilnya karena Neville terlihat jelek..

Saat sudah mulai remaja, Neville semakin lincah.. paling sulit untuk menangkapnya yang sedang bermain di taman.. aku pun berlari mengejarnya hingga mengitari taman yang bulat beberapa kali, namun tetap tak berhasil menangkapnya.. dia sangat lincah sekali.. hanya papaku lah yang bisa menangkapnya.. ketika itu kami masih tinggal di daerah Pluit.. aku ingat ketika di Bekasi pernah mengejarnya yang lari dari kompleks ruko hingga ke jalan raya, dan dia menyelip-nyelip di antara becak-becak yang sedang ada di situ..

Sifat Neville jika diperhatikan tidak mirip dengan induknya, Brino, justru mirip dengan 2 anjing lain yang kuperlihara ketika dia masih kecil.. yang pertama adalah Kiki, yang menyusuinya.. sifat Kiki yang ditirunya adalah sifat galaknya yang suka mengajak anjing lain berkelahi tanpa sebab, juga mengeram karena tak mau didekati atau diganggu.. Neville sering sekali mengajak berkelahi Nala.. dan sebelum Neville lahir, beberapa kali kulihat Kiki sering mengajak berkelahi Nero, anjing jantan berukuran besar..namun, Nero adalah anjing yang baik dan sabar, dia tak mau meladeni Kiki dan membiarkannya hingga tenang sendiri.. Nero juga setia, bukan anjing jantan yang suka asal kawin, dia sangat setia pada Brino.. badannya memang besar dan gagah, tapi dia takut dengan kutu.. dia selalu berlari kencang-kencang, kabur setelah melotot ketika melihat kutu di depan matanya.. Nero juga selalu mengomel ketika makan makanan yang panas, dia akan mengeluarkan suara gumulan dari mulutnya.. Nero pun seperti bapak dari Neville.. Neville menirunya yaitu goyangan pantatnya ketika senang.. anjing normal hanya akan menggoyangkan ekornya, sedangkan Nero juga menggoyangkan pantatnya, dan Neville pun seperti itu..aku tak tau Neville anaknya siapa, tapi perkiraanku dia adalah anaknya Nero..


Neville senang sekali menggerogoti sayur-sayuran.. setiap kali mamaku membersihkan sayuran, dia selalu memintanya, terutama wortel dan kangkung..

Ketika aku duduk di kelas 3 SMP, bulunya rontok setengah badan, bergantian yang setangah bagian depan, dan kemudian setelah yang depan tumbuh, gantilah rontok setengah bagian yang belakang.. saat itu Neville tampak seperti memakai baju..

Saat itu pula, Neville juga pernah mengajak berkelahi Nala, dan kali itu adalah perkelahian yang sangat heboh.. Neville yang menggigit Nala tak mau melepaskannya hingga Nala kesakitan dan memejamkan mata.. dan, aku yang berusaha memisahkan mereka akhirnya menjadi korban.. Nala karena terlalu kesakitan, dia berusaha menggigit apapun yang ada di dekatnya.. Nala menggigit jari telunjuk tangan kananku tanpa melihat, dan baru melepaskannya ketika aku berteriak dan dia sadar bahwa itu jariku, bukan Neville.. kenang-kenangan dari Nala, jari telunjukku yang nyaris putus, dengan darah mengocor kental di seluruh lantai kamar.. akhirnya aku dibawa ke RS Tarakan untuk diobati dan disuntik anti rabies.. nasib jariku, diperban hingga sebulan baru sembuh.. darahnya deras tak berhenti keluar dan menyisakan bekas berupa cacat seumur hidup pada bentuk kuku jariku dan ada goresan yang menyerupai bekas jahitan.. Itulah berkat ulah Neville.. hingga tua pun, Neville sering mengajak berkelahi Nala dan juga semakin tua, semakin sering menyerang Brino.. akhirnya, Nala dan Neville dipisahkan, Nala kubawa ke kamarku..

Neville sangat lincah, suka meloncat-loncat seperti kuda, dan tangannya suka naik ke atas dan menghantam kami yang ada di depannya, juga mencium kami tepat di mulut.. jelek tapi lucu.. bulunya halus dan baunya seperti beras.. kukunya yang paling cantik, setiap hari Neville rajin manicure dan pedicure.. kukunya selalu berukuran sama dan rapi, padahal tak pernah kupotong.. Neville paling tidak suka jika jari-jarinya dipegang, dan dia akan mengeram.. dia hanya takut pada minyak tawon.. tapi ketika berkelahi, dia jadi tak begitu takut..

Neville sangat rakus, seperti Nero.. makannya banyak dan tak pernah kenyang.. setiap ada yang sedang makan, dia selalu minta walaupun baru saja makan.. ketika kecil, dia tak tau aturan, dia sering meloncat dan menjilat bahkan mencuri makanan yang dilihatnya, entah itu yang sedang dipegang ataupun yang tergeletak.. dia beraksi setiap kali kami sekeluarga lengah.. tapi ketika sudah mulai tua, dia lebih sopan santun.. dia hanya duduk mendekat meminta makanan yang kami pegang, walaupun sangat menempel dan mengikuti kemanapun kami pergi..

Di hari tuanya, dia juga jadi lebih manja.. Neville yang biasanya tak mau dipegang, apalagi digendong, menjadi Neville yang senang disayang.. 


setiap aku pulang dari kerja, dia selalu berputar-putar kemudian meloncat kepadaku, minta digendong.. setelah digendong, kemudian bersalaman dan kucium moncongnya, dia sudah puas dan tenang..


Dialah yang menjadi penjaga pintu rumah.. dia yang menyambut setiap kali kami membuka pintu.. dan dia juga yang menggonggong, memberi tanda ketika ada tamu yang datang..

Tempat tidur kesukaan Neville, dibalik pintu kamar mamaku, terlindung oleh rak plastik.. orang yang tidak mengetahuinya akan mengira pintu kamar itu bergerak-gerak sendiri, padahal di baliknya ada Neville yang sedang tidur.. tempat itu bisa disebut sebagai “kamar”nya Neville.. 


Di rak plastik di sebelahnya, dia terkadang memaksakan diri untuk tidur disitu, padahal badannya sebenarnya tidak muat.. 


Dia juga senang tidur di antara kaki mamaku, hingga terlihat seperti mamaku baru melahirkan..dan, dia senang sekali ketika diberi ijin masuk ke kamarku, dia akan meloncat-loncat kegirangan di kasurku hingga menyerupai kuda gila.. setiap keluar dari kamar, dia selalu berjalan sambil menyeret kakinya.. dan, dia juga sering berpose seperti menyembah..

Hobinya ketika muda adalah divisi penangkapan tikus.. dia yang menangkap, dan Brino yang mengeksekusi.. dan, hobi yang tetap ada dari kecil hingga tua adalah menjilati kaki juga menggerogoti kuku jempol kaki mamaku, dia mengikuti kemanapun kaki itu pergi..


Setiap kali mamaku sedang menyapu lantai, dia selalu meloncat-loncat minta digendong.. mungkin, dia senang melihat pemandangan sekelilingnya dari atas..

Dia paling takut ketika diajak naik mobil.. biasanya dia dipangku di bangku depan, namun dia ketakutan hingga gemetaran.. berbeda dengan Brino yang justru mengomel jika mobil berhenti dijalankan.. Brino senang melihat kanan dan kiri jalan..

Neville takut dengan suara petasan ataupun petir, sama seperti Brino, yang membuatnya gelisah dan meminta perlindungan.. dia juga tau ketika orang mau marah, bernada suara semakin tinggi, maka dia pun akan gelisah dan berusaha merayu.. Neville juga tak suka dengan air.. setiap kali hujan, dia tak mau berjalan-jalan di taman.. dia sangat menjaga kebersihan badannya, berbeda dengan Nala yang justru senang bermain becek-becekan..

Saat masih muda dan segar, dia selalu berlomba dengan Brino ketika menuruni dan menaiki tangga, dia selalu mendahului dan tak mau kalah cepat.. jika tampak kalah, maka dia akan segera menyusulnya..

Neville itu fotogenic tapi tidak suka difoto.. kalau mau memotretnya susah sekali, dia selalu bergerak ke sana kemari tak mau diam.. perlu usaha ekstra untuk bisa mendapatkan fotonya.. dia selalu tau ketika aku mengeluarkan kamera, atau bersiap untuk memotretnya, dia pasti tiba-tiba bergerak kabur sambil menggoyang-goyangkan ekornya..


Di usianya yang mulai tua, Neville jadi sering sakit-sakitan.. selain flu atau pilek, juga matanya yang rabun, yang parah adalah ketika kambuh perutnya mengembung.. dan setelah mengembung, beberapa saat dia akan mengeluarkan darah dari pantatnya, kemudian perutnya mengembung lagi.. dia sangat kesakitan dan lemas ketika itu.. kata dokter, itu semacam tumor rahim.. dan penyakit itu, sudah pernah terjadi dua kali..

Di akhir hayatnya, perutnya tak mengembung, tapi dia mengeluarkan darah.. kata papa, bisa jadi itu ginjalnya.. dan tak disangka-sangka, dalam waktu yang singkat, dia pergi meninggalkan kami untuk selamanya..

Sebelumnya, setelah berjalan-jalan pagi, dia sempat gelisah dan mengeluarkan darah di mana-mana hingga papaku mengurungnya di kamar.. dia minta keluar tapi tidak diperbolehkan oleh papaku, hingga dia berteriak keras.. dan ternyata teriakan itu adalah teriakan terakhirnya.. teriakan kesakitan ketika merenggang nyawa.. mamaku menemukannya sudah tak bernyawa.. mungkin saja sebelumnya dia mau berpamitan.. lagi-lagi terulang, kelalaian perhatian menyebabkan kami membuatnya tak sempat berpamitan, sama seperti Nala..

Ketika aku mengangkat tubuhnya yang tak bernyawa itu, lidahnya terjulur keluar.. badannya sungguh lemas, benar-benar terasa sudah tak ada nyawanya.. tapi dia tampak seperti sedang tidur.. beberapa kali aku dan mamaku melihatnya seperti masih bernafas dan menggerakkan matanya, tapi itu hanya bayangan kami.. mungkin ketika itu, arwah Neville masih belum benar-benar lepas dari tubuhnya.. aku memanggil-manggilnya dan menggoyang-goyangkan tubuhnya, berharap dia bangun dan menyapaku kembali.. tapi ternyata, dia tak kembali dan pergi meninggalkanku untuk selamanya..


Seharian aku menangis.. aku sangat kehilangan.. rasanya sepi sekali..

Neville kami kuburkan di samping kuburan Nala, kepala mereka posisinya berhadap-hadapan.. 



Semoga saja di dunia sana, Neville dan Nala bisa rukun.. mama dan papaku berpesan pada Neville “jangan berantem lagi ya sama Nala”..  ya, semoga saja arwah Neville dan Nala tenang di surga.. dan semoga saja nanti ketika aku sudah tiada, aku bisa bersama dengan mereka lagi, juga dengan hewan-hewanku yang lain yang sudah lama tiada.. Love you all, my pet.. and I really miss you all.. I hope we can meet again and will be together, happy forever..

Friday, December 23, 2011

Catatan Sang Peneliti: Hari Kesepuluh di Kalimantan Tengah..

Hari kedua di Sampit dan akhirnya bisa pulang ke Jakarta.. (Selasa, 8 November 2011)

Tanpa weker dan tanpa melihat jam, aku terbangun dengan sendirinya di pagi hari.. masih dengan setengah sadar, aku berusaha untuk membuka mataku.. satu hal yang membuatku terbangun seperti habis bermimpi buruk adalah suara yang kudengar sejak semalam.. kedengarannya seperti suara gelak tawa, tapi tampaknya bukan.. entah suara apa itu, kadang muncul dan kadang hilang, tapi terdengar dengan sangat jelas..

Sehabis mandi, aku memutuskan untuk berjalan-jalan ke luar hotel.. ingin melihat Sampit di pagi hari seperti apa, terutama suasana di sekitar hotel, sekalian mencari makan pagi.. Hotel Borneo Putra ini tampaknya tak menyediakan sarapan, berbeda dengan Hotel Abadi.. padahal hotel ini memiliki ruangan restoran dan café walaupun tampak sepi-sepi saja..

Hotel Borneo Putra, ternyata terdiri dari 2 hotel.. 


tempatku menginap adalah Hotel Borneo Putra 2, berciri khas Kalimantan dengan ukir-ukiran di beberapa bagian bangunannya..  


sedangkan di seberangnya adalah Hotel Borneo Putra 1 yang tampak lebih mengenaskan.. menurutku, itu tak seperti bangunan hotel.. banyak kaca jendelanya yang rusak, bangunannya tak terawat.. tampak seperti rumah tua yang tak terpakai..


Suasana di kota Sampit, tak begitu menyenangkan.. aku melihatnya seperti di daerah Glodok Jakarta.. tampak kusam.. aku jadi merasa tak nyaman untuk berjalan-jalan jauh dari hotel..


Awalnya aku mencoba ke bagian kiri hotel, tapi nyaris tak ada orang yang lewat.. tampak sepi mencekam seperti kota yang ditinggalkan oleh penduduknya.. aku tak bisa membayangkan ketika kasus Sampit terjadi dulu, suasananya mencekam seperti apa ya? Suku Dayak vs. Madura, sungguh pertempuran yang penuh dengan kekuatan magis..


Akhirnya, aku menghentikan langkahku dan berbalik ke arah kanan hotel.. di situ tampaknya masih lebih mendingan karena masih cukup banyak kendaraan yang lewat..


Tepat di sebelah hotel, kulihat sebuah bangunan dengan lubang-lubang di dindingnya.. ternyata di Sampit ini juga banyak terdapat burung walet, tapi tak sebanyak seperti di Pangkalan Bun..


Lalu aku meneruskan perjalanan, ke jalan raya yang tak jauh dari hotel.. tampak banyak pertokoan di sekitarnya, dan juga pasar.. 



aku pun berjalan menuju pasar, bermaksud mencari makanan untuk sarapan.. 


dan, kutemukan satu-satunya warung nasi yang buka.. aku sedang tak minat makan bakso ataupun mie.. 


di warung itu aku membeli nasi kuning porsi besar,  ikan berukuran besar dan ati ampela, harganya hanyalah 10 ribu saja.. murah juga pikirku..


Ketika aku kembali ke hotel, kutemukan di meja depan kamarku secangkir kecil teh hangat dan juga roti tepung.. rotinya benar-benar hanya tepung tanpa isi dan jelas sekali itu roti murahan yang biasa di Jakarta dijual dengan harga Rp 500.. 


uhh, hotel ini memang ga bonafit.. di dalam kamarnya juga tak disediakan minum air putih ataupun gelas, hanya ada buku menu untuk memesan.. itu juga aneh, pemesanan melalui telepon, tetapi di dalam kamar tak tampak ada telepon.. ckckck


Ketika sarapan, aku mendengar suara gelak tawa itu lagi.. suara yang membuatku serasa mimpi buruk ketika tidur tadi malam.. setelah kuhabiskan makananku, aku segera keluar untuk mencari sumber tawa itu.. berkali-kali, masih belum ketemu.. hingga akhirnya aku menemukan sebuah kandang di dekat tangga tengah.. ternyata, dari situlah sumber suaranya.. si ayam kate yang tertawa.. bawelnya bukan main.. 


selain si ayam juga ada burung-burung yang dipelihara dalam kandang yang sama..


Aku menghabiskan waktu hanya di dalam kamar, menonton film di saluran TV Sky Drama 1 (Skynindo).. akhirnya, serial film Endless Love Taiwan pun selesai.. film yang menarik dan mengharukan, aku juga suka soundtracknya.. dinyanyikan oleh Wilber Pan, yang bermain sebagai salah satu tokoh utama di film itu, yang juga adalah salah satu artis favoritku ketika aku masih SMP dulu..



Jam 12 siang, aku keluar hotel, ke pasar lagi untuk mencari makan siang.. kutemukan sebuah warung yang menjual rujak cingur.. 


wahh, di Kalimantan pun ada makanan khas Surabaya.. asyikk.. aku pun langsung memesan satu porsi rujak cingur, dengan cabe 1, dibungkus..  harga rujak cingurnya hanya 8 ribu saja.. murah juga..

Setelah membeli rujak cingur, aku berjalan semakin ke arah belakang pasar.. dan kutemukan sebuah toko souvenir Kalimantan.. lalu, aku pun membeli kekurangan souvenir untuk oleh-oleh di toko itu.. tapi lagi-lagi aku salah perkiraan jumlah, tetap saja kurang.. harga souvenir di toko itu lebih murah, hanya setengah dari harga di Pangkalan Bun.. aku jadi merasa rugi sudah beli banyak di Pangkalan Bun.. :(


Kemudian setelahnya, aku mencoba berjalan-jalan ke arah yang lebih jauh.. kutemukan gerobak yang menjual usus goreng..ahh, mauuu.. tapi harus beli 1 kg seharga 10 ribu.. kupikir, aku tak akan menghabiskannya saat ini, dan aku juga malas membawa-bawanya pulang karena bawaanku sudah cukup berat.. akhirnya, aku tak jadi membelinya..

Aku berputar ke sana kemari mencari semacam minimarket seperti indomaret atau alfamart, di tengah hiruk pikuk kendaraan yang lewat di jalan raya..  


dan, setelah beberapa kali berputar bolak balik, aku baru tersadar bahwa tempat yang kukira department store ternyata adalah swalayan, tepat di sebelah tempat gerobak penjual usus goreng berada..


Puas karena sudah membeli persediaan cemilan dan minuman, aku pun kembali ke hotel..

Di dalam kamar hotel aku berusaha menghabiskan makan siangku sambil menonton TV.. si ibu penjual rujak cingur memberiku porsi besar dengan cingur yang banyak hingga membuatku enek karena kebanyakan..


Kulihat jam, sudah semakin mendekati jam dijemput oleh mobil maskapai.. katanya jam 2 mobil akan datang menjemput dan mengantar kami ke bandara..

Aku berkali-kali keluar ke depan hotel untuk mengamati langit, ada beberapa awan hitam.. aku takut kalau-kalau hujan lagi, aku tak akan bisa pulang ke Jakarta (lagi).. aku juga sempat melihat seekor kucing yang berjalan dengan tergolek ke kanan dan kiri.. kuperhatikan, ternyata kakinya tak normal, mungkin kena polio sehingga berjalannya pun jadi tak benar dan sering kali terjatuh.. kasihan kupikir.. kudekati, kucing itu tampak ketakutan dan kemudian kabur masuk ke dalam Hotel Borneo Putra 1.. aku khawatir kucing itu akan tertabrak karena tak bisa berjalan dengan benar..

Saat kembali ke kamar, aku mengamati kerupuk Amplang yang kubeli di bandara.. ternyata, biarpun belinya di Sampit, tetapi tulisannya adalah khas Kumai, Pangkalan Bun.. jiahh.. kalau begitu bisa dibeli ketika di Pangkalan Bun.. sayangnya, aku terburu-buru nyaris ditinggal pesawat ketika di Pangkalan Bun kemarin, jadinya tidak sempat berputar-putar di bandara Iskandar..


Satu setengah jam sebelum dijemput, aku sudah siap.. bingung mau melakukan apa, mau nonton Tv juga speakernya tiba-tiba rusak menjadi tak bersuara, aku pun akhirnya berfoto-foto saja.. kemudian 45 menit sebelum waktu dijemput, aku sudah siap di depan hotel dengan barang-barang bawaanku.. aku menunggu sambil mendengarkan lagu..


Daripada bengong, aku mengamati sekeliling.. ternyata ukir-ukiran pada bangunan hotel ini sangat menampakkan khas dayak.. ada yang seperti bentuk tameng.. 


lalu di bagian atapnya berbentuk burung Enggang..


Jam 2 lewat sedikit, mobil yang digunakan untuk menjemput pun akhirnya datang.. aku segera memanggil keluarga yang waktu kemarinnya naik mobil bersama denganku untuk segera keluar hotel..

Di mobil, aku duduk di depan, di sebelah sopir.. kami melewati jembatan yang sama seperti yang kami lewati kemarin malam.. dan tampak jelas suasana sungai itu.. pak sopir menjelaskan bahwa itu namanya adalah Sungai Kahayan.. ahh, itu sungai yang kutahu informasinya dari internet.. ternyata yang itu toh.. sayang sekali aku tetap tak bisa memotretnya..

Tak lama kemudian, kami pun tiba di bandara.. di depan pintu masuk penuh dengan orang, kupikir ada apa dan ternyata pintu masuk bandara belum dibuka..



Sambil menunggu, berdiri dengan menggendong ranselku yang super berat, aku mengamati sekitar.. awan di kota Sampit cukup bagus, tapi tak selebat dan dekat dengan daratan seperti di Pangkalan Bun..



Setelah menunggu cukup lama, pintu bandara pun dibuka.. dan kami para penumpang berebutan untuk masuk ke dalam bandara.. lalu kemudian aku dengan cepat membeli kerupuk lagi di kios yang sama seperti kemarin, kali ini membeli banyak dengan total harga 100 ribu.. 


Setelahnya, aku langsung masuk ke ruang tunggu.. seketika tempat duduk di ruang tunggu pun penuh.. sore itu ada 3 jenis penerbangan.. yaitu 2 penerbangan ke Surabaya dengan pesawat Kalstar dan Merpati, dan 1 penerbangan ke Jakarta dengan pesawat Kalstar.. jadwal penerbangannya hanya selisih sekitar setengah jam antar pesawatnya..

Deg-degan menunggu pesawat, was-was melihat langit, takut akan hujan lagi.. agak mundur dari jam yang ditentukan, pesawat Kalstar tujuan Jakarta pun datang.. akhirnyaaa… aku dengan segera berjalan menuju pesawat.. ditemani seorang ibu yang tiba-tiba saja mengajakku ngobrol..


Ketika sampai di pintu masuk pesawat, kulihat si mas petugas informasi yang waktu itu melayaniku.. dia tersenyum kepadaku ketika si ibu yang bersamaku berkata kepadanya “akhirnya si eneng bisa pulang ke Jakarta”.. iyaa, aku senang akhirnya bisa kembali ke Jakarta.. tapi aku juga senang bisa mampir ke Kalimantan ini dan bertemu orang-orang yang ramah seperti kalian.. ^^

Dan, pesawat pun lepas landas.. meninggalkan kota Sampit.. meninggalkan Kalimantan..


Pesawat saat itu sangat penuh dengan penumpang.. aku duduk di samping jendela.. dan di sebelahku ada seorang ibu dan bapak.. di tengah perjalanan, aku jadi banyak mengobrol dengan si ibu..

Kulihat awan sore hari sungguh indah.. Ada awan yang bergumpal hingga menyerupai bukit pasir..


Semakin sore, warna langit semakin berwarna oranye, semakin indah.. aku menikmati pemandangan itu sambil berharap tidak hujan…



Perjalanan pulang ke Jakarta entah kenapa terasa lebih lama.. pesawat juga banyak berbelok, naik dan turun hingga membuatku menjadi pusing dan mual.. aku tak tahu apa yang sedang terjadi..

Kemudian, setelah beberapa lama, akhirnya terlihat laut Jawa.. terlihat titik-titik cahaya dari kapal-kapal yang berlayar.. aku senang, pulau Jawa sudah dekat.. Akhirnyaaa, aku sudah semakin dekat dengan rumah..

Suasana di luar pesawat semakin gelap, hari semakin malam.. 



Pesawat kemudian mendarat.. ternyata, Jakarta sedang hujan deras.. pantas saja tadi pesawatnya banyak berbelok dan naik turun..

Aku tersenyum lebar.. I’m home!!! Ingin rasanya segera keluar pesawat tapi tak bisa.. penumpang sempat antri lama di dalam pesawat karena hujan deras, menunggu disediakan payung oleh petugas bandara..


Aku pun tersendat, menjadi yang paling terakhir turun dari pesawat karena tasku kuletakkan di bagasi yang agak jauh di belakang tempat dudukku.. tapi aku senang, aku jadi tampak seperti punya banyak kenalan.. ada beberapa orang yang berpamitan kepadaku.. hehe

Turun dari pesawat dengan menggunakan paying yang disediakan.. kemudian naik ke bandara.. dari jendela bandara kulihat pesawat yang tadi kunaiki.. Kalstar Aviation, dan baru kusadar kata “Kal” itu dari kata “Kalimantan”.. memang pesawat yang awalnya khusus disediakan untuk transportasi di Kalimantan..


Aku berkata kepada diriku sendiri, “Welcome back to Jakarta!!”.. tak kupercaya, akhirnya aku bisa pulang.. sempat kukira aku tak akan bisa kembali dari Kalimantan.. haha

Bandara Soekarno-Hatta.. memang jauh berbeda dengan bandara Iskandar di Pangkalan Bun ataupun bandara H.Asan di Sampit.. Bandara ini ternyata luas juga ya.. aku baru menyadarinya ketika rasa pegal di punggungku karena menggendong tas ransel yang berat semakin terasa..

Di depan bandara.. aku mencari taksi Blue Bird.. herannya, Taksi itu nyaris tidak ada hingga akhirnya aku terpaksa naik Silver Bird yang sedikit lebih mahal..

Sesampainya di rumah, aku sangat senang.. kini aku sudah sungguh-sungguh pulang, berada di Jakarta.. namun, tampaknya nyawaku masih tertinggal setengah di Kalimantan.. ^^


See also: Travelling Guide: Tanjung Puting National Park
(http://allaboutmeliebe.blogspot.com/p/tanjung-puting-national-park-central.html)