Eight Below

Eight Below

The Real World Adventurer..

"In this life, only the fool who always start the questions of life, moreover start their life mission and purpose of money. And once beginner ask where they get money, then they will be shackled by the constraints/obstacles. And almost certainly the answer is simply no money, can not and will not be" (Rhenald Kasali - Professor of University of Indonesia)

Pari Island at Thousand Island

Sejarah

Sebelum tahun 1900-an, Pulau Pari merupakan pulau tak berpenghuni dan belum memiliki nama. Berkuasanya Belanda pada waktu itu memaksa sejumlah warga sekitar Tangerang menetap disana untuk menghindari kerja paksa.
Arsyad, warga Pulau Pari sekaligus keluarga pertama yang menghuni pulau tersebut, sekitar tahun 1900-an bersama dengan keluarganya melarikan diri ke pulau yang tak berpenghuni dan tak bernama tersebut.
Bermodalkan perahu cadik, sekuat tenaga ia mendayung perahu dari Tangerang ke pulau tersebut untuk menetap disana. Saat menetap, ia menyebut pulau ini dengan Pulau Pandawa karena anaknya ada lima. Kepergiannya ke Pulau Pari adalah untuk menghindari kebijakan pemerintahan Belanda yang memaksa seluruh warga menjadi tenaga kerja paksa. Pasalnya, dari beberapa warga Tangerang yang sempat dijadikan pekerja paksa, mereka tak ada yang pernah kembali.
Semenjak tinggal di pulau tersebut, kehidupan keluarga Arsyad berjalan normal. Keahliannya sebagai nelayan dijadikan modal untuk menafkahi seluruh keluarganya. Setelah beberapa lama menetap, Arsyad menyebut pulau tersebut dengan Pulau Pari karena disekitarnya terdapat banyak sekali habitat ikan pari.
Kehidupan keluarga Arsyad yang tenang ternyata tercium oleh para tetangganya karena tak lama kemudian sejumlah keluarga yang berasal dari Tangerang mengikuti jejaknya ke Pulau Pari. Kebanyakan para pendatang baru berasal dari Kampung Rawa Saban, Karang Serang, Ketapang, Mauk, dan Kronjo Tangerang,
Karena berasal dari daerah yang sama, akhirnya keluarga Arsyad dan para pendatang baru tersebut berbaur membina suatu lingkungan sosial yang harmonis. Sekitar tahun 1943, kehidupan harmonis warga Pulau Pari sempat terusik dengan kedatangan Jepang yang menguasai pulau tersebut. Pada masa ini, sebagian besar warga dipaksa Jepang menjadi nelayan tangkap tanpa dibayar sedikitpun.
Beruntung, kekuasaan Jepang di pulau tersebut tak berlangsung lama. Sejak Presiden pertama RI mengumandangkan proklamasi, Jepang pun angkat kaki dari pulau tersebut. Sejak hengkangnya Jepang, salah satu warga Pulau Pari berinisiatif memberikan pendidikan bagi warga pulau untuk mengembangkan pola pikir masyarakat melalui pendidikan formal.
Bapak Mansyur selaku pencetus Sekolah Rakyat (SR) disana merasa terpanggil untuk meningkatkan mutu pendidikan di pulau tersebut. Sekitar tahun 1960-an, dengan swadaya masyarakat dan bantuan dari Pemerintah setempat, dibangunlah gedung sekolah sederhana. Pembangunan gedung sekolah ini sekaligus menandakan perubahan SR menjadi Sekolah Dasar (SD).
Berkat pendidikan yang ada, akhirnya pengetahuan masyarakat mengalami perkembangan.  Dari yang tadinya hanya mengandalkan penghasilan dari nelayan, mereka mulai mencoba mengeksploitasi perairan sekitar dengan melakukan budidaya. Rumput laut Bali menjadi pilihan sebagai komoditi untuk dibudidayakan.
Antusiasme masyarakat untuk membudidayakan rumput laut, ternyata mendapat lampu hijau dari pemerintah. Tak lama kemudian, pemerintah membangun pusat penelitian yang dimotori Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Menempati sisi barat Pulau Pari, Gubernur Ali Sadikin langsung meresmikan Kantor LIPI yang berfungsi sebagai pusat penelitian rumput laut.
Kemudian, rumput laut Bali menjadi andalan budidaya yang berhasil untuk dijadikan bibit di perairan Pulau Pari. Ditambah lagi, dengan keindahan terumbu karang dan aneka jenis ikan di sekitar laut pulau tersebut memberikan banyak perubahan ekonomi bagi warga itu sendiri.



Letak dan Kondisi Alam

Pulau Pari memiliki luas wilayah sekitar 94,57 hektar dengan jumlah penduduk sekitar 670 orang. Pulau ini terletak di gugusan Kepulauan Seribu dan masuk dalam Pemerintahan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu (Pemkab Kep. Seribu).

Wilayah laut Pulau Pari dikelilingi oleh 6 (enam) pulau, yaitu Pulau Lancang, Pulau Burung Indah, Pulau Kongsi, Pulau Tengah, Pulau Tikus, dan Pulau Gudus; disebut dengan Lagoon.


Lagoon adalah sebuah wilayah laut yang tenang dengan kedalaman 3-5 meter dan areal tersebut dikelilingi oleh pulau dan batu-batu karang sepanjang pinggiran slope. Di Pulau Pari banyak nelayan yang berprofesi sebagai petani rumput laut di areal lagoon ini.

Pulau ini tersusun oleh batuan induk pasir koral. Air tawar terdapat di beberapa lokasi dan berupa sumur dangkal dengan kedalaman sekitar 1 – 2 meter.

Pulau Pari memiliki pantai  yang sangat landai sejauh 1 km. Tingginya air hanya selutut sampai sepinggang orang dewasa setelah itu pantai langsung curam. Pantainya sangat bersih, banyak sekali kepiting kecil dan keong laut, dan juga pohon bakau yang tumbuh di sekitar pantai itu.

Pantai yang menghadap ke selatan umumnya pantai pasir koral dengan rataan terumbu yang pada beberapa lokasi (ujung barat pulau) ditumbuhi oleh lamun.

Pantai yang di utara umumnya bervegetasi dan juga berupa pantai pasir putih. Akan tetapi pada ujung barat pulau pantainya merupakan pantai mangrove. Pantai di selatan lebih berlereng dan berkontur jika dibandingkan dengan pantai di utara yang umumnya landai.

Wilayah Pulau Pari diperuntukan bagi kelestarian hayati dan penelitian di bawah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI. Berbeda dari pulau lain yang sudah ramai pengunjung, di Pulau ini sangat menarik karena dipulau ini banyak terdapat keanekaragaman hayati maupun ekosistem bawah lautnya yg sarat akan informasi.

Penggunaan lahan yang ditemukan berupa pemukiman, perkantoran dan fasilitas umum, kebun kelapa, padang ilalang dan dermaga.




Obyek Wisata

  • Pantai Pasir Perawan - Pantai berpasir putih yang dikelilingi mangrove, topografinya landai, tinggi air sejauh 1 km dangkal, lokasi hunting Sunset.
  • Edukasi - Di pantai dekat dermaga (samping Bukit Matahari) terdapat lokasi penanaman dan pengembangbiakan bibit mangrove, juga ditemukan beberapa jenis spesies laut seperti bintang laut dan teripang.
  • Desa Hijau dan Asri
  • Bukit Matahari - Bukit di dekat dermaga Pulau Pari. Terdapat tebing karang, deretan pohon cemara yang menyerupai hutan Evergreen di Jepang, lokasi hunting Sunrise.
  • Spot untuk Memancing Ikan
  • Spot Terumbu Karang untuk Snorkeling dan Diving:
    • Spot Karang Kapal
    • Spot Area Perlindungan Laut
    • Spot Bintang Rama - Terdapat pohon-pohon karang dan beragam ikan hias serta lily laut.
    • The Wreck - Spot untuk diving. Tidak terdapat karang, melainkan kapal karam yang tenggelam sejak tahun 1990-an. Jika menyelam sampai ke kapal itu akan dapat ditemui pemandangan ikan-ikan besar seperti Giant Travelly, kakap, dan hiu.
  • Pulau-pulau di sekeliling Pulau Pari:
    • Pulau Lancang - Terdapat pantai ber-mangrove di sisi barat melingkar hingga sisi barat laut, pemukiman dan dermaga, tegalan dan tambak, dan pantai batuan karang di sisi utara pulau. Di pulau ini sudah terdapat sumur-sumur dangkal sedalam 3 meter, walaupun airnya agak payau
    • Pulau Burung IndahDaerah konservasi pengembangan satwa burung, antara lain Elang Bondol.
    • Pulau Kongsi
    • Pulau Tengah
    • Pulau Tikus - Pulau ini tak berpenghuni dan belum mempunyai tanah. Di sekelilingnya merupakan rataan terumbu yang ditumbuhi oleh lamun, juga ditemukan spesies bulu babi dan kerang remis. Vegetasi yang ditemukan antara lain waru laut dan cemara serta rerumputan dari Ipomeas pp.
    • Pulau Gudus

Biaya Akomodasi dan Transportasi (Agustus 2011)

  • Keberangkatan:
    • Melalui Marina Ancol:
      • Tiket masuk ke Ancol Rp 11.000,-/orang - untuk penumpang busway
      • Tiket Kapal Rp 25.000,-/orang (berangkat dari Marina Ancol – Dermaga 21 - Kapal Kerapu III - 30 menit perjalanan - berangkat Pk. 07.00)
    • Melalui Pelabuhan Muara Angke:
      • Tiket Kapal Rp 30.000,-/orang (2 jam perjalanan)
        • KM Pesona Alam - berangkat Pk. 06.00
        • KM Cinta Alam - berangkat Pk 07.00
    • Melalui Rawa Saban – Cengkareng (1,5 jam perjalanan)
  • Tempat Menginap:
    • Homestay Rp 400.000,-/rumah/malam (kapasitas 10 orang)
    • LIPI
      • Guest House Rp 750.000,-/malam
      • Mess
        • Mahasiswa/Pelajar Rp 50.000,-/orang/malam
        • Umum Rp 75.000,-/orang/malam
  • Konsumsi (pesan ke pemilik homestay) Rp 25.000,-/orang/sekali makan
  • BBQ Rp 100.000,-/paket (sekali BBQ)
  • Lain-lain (di warung):
    • Bakso Rp 7.000,-/mangkok
    • Teh Botol Rp 3.000,-/botol
    • Aqua gelas Rp 500,-/gelas
    • Minuman lainnya (Fruit tea, mizone, dll) Rp 5.000,-/botol
    • Antimo Rp 1.000,-/butir
  • Sepeda Rp 20.000,-/sepeda/hari
  • Kapal Snorkeling Rp 350.000,-/kapal (kapasitas 10 org)
  • Alat Snorkeling Rp 30.000,-/set
  • Alat Selam SCUBA Rp 350.000,-/set
  • Kapal Mancing Rp 1 – 2 juta/kapal (kapasitas 20 orang)
  • Tip Guide Rp 150.000,-/trip
  • Kepulangan:
    • Kapal Reguler Rp 30.000,-/orang (KM Cinta Alam, berangkat Pk. 13.00)
    • Kapal motor dari Pulau Pari Rp 35.000,-/orang (harus pesan terlebih dahulu, berangkat Pk. 11.00)

Contact Person

  • Pak Udin - HP: 081310137711 / 085810845872 (Homestay, Kapal dan Alat Snorkeling, Sepeda, Guide, Makan, Kapal, dll)
  • Pak Jakar (KM Pesona Alam) - HP: 085710495865
  • Kodim (KM Cinta Alam) - HP: 021 23739823
  • Ibu Rae Sita (Kantor UPT LIPI Pulau Pari) - HP: 081310368971

    See also: Catatan Perjalanan: Trip to Pari Island at Thousand Island..Part 1-7
    (http://allaboutmeliebe.blogspot.com/2011/09/trip-to-pari-island-at-thousand.html)