Eight Below

Eight Below

The Real World Adventurer..

"In this life, only the fool who always start the questions of life, moreover start their life mission and purpose of money. And once beginner ask where they get money, then they will be shackled by the constraints/obstacles. And almost certainly the answer is simply no money, can not and will not be" (Rhenald Kasali - Professor of University of Indonesia)

Wednesday, December 21, 2011

Catatan Sang Peneliti: Hari Kedelapan di Kalimantan Tengah..

Hari terakhir di Pondok Ambung.. (Minggu, 6 November 2011)

Hari ini aku bangun jam 5, setengah jam lebih siang dibanding hari kemarin.. sambil malas-malasan untuk bangun, aku pun pergi mandi.. selesai mandi, kulihat belum semuanya bangun.. hanya bang Awi yang paling rajin, sibuk bermain dengan para kucing..

Selesai berberes, aku melanjutkan mengolah data di ruang kerja.. bang Awi datang dan menawariku susu coklat.. aku kaget sekaligus senang, ternyata di hutan bisa minum susu.. kebetulan persediaan susu dalam botol-botol kemasan yang kubawa sudah habis ketika masih di Desa Banit.. asyikk.. Tanpa menunggu lama, bang Awi datang sambil membawakan segelas besar susu coklat hangat.. nikmaatt..

Makan pagi hari ini seperti biasa, dibuatkan oleh Mas’ud dan Ari.. menunya adalah sayur kentang.. saat-saat seperti inilah baru terasa dan bisa menghargai makanan, sesederhana apapun itu..

Seperti biasa, seusai makan mereka bertiga pergi ke hutan untuk membuat jalur.. lagi-lagi aku tak ikut.. mereka diikuti oleh Opus.. tampaknya Opus tak rela ditinggal..

Kulihat di jalur yang tak jauh dari ruang kerja, ada bangunan berwarna hijau yang ternyata adalah pos Polhut Pondok Ambung.. tapi tak tampak adanya aktivitas di dalamnya biarpun kondisinya masih apik..



Bosan melihat huruf di laptop, aku pun kemudian iseng memotret-motret Boti yang sedang memeluk si item dari dalam ruang kerja.. tiba-tiba bang Awi muncul, sengaja mengagetkanku..


Ternyata, lagi-lagi ada Trenggareng yang datang dan aku tak menyadarinya.. kali ini, selain makanan kucing habis dilahapnya, bang Awi juga menemukan piring yang pecah terbelah menjadi dua.. aku ini.. memang tak peka.. jadi ragu apakah nantinya aku bisa jadi peneliti yang sebenarnya (profesional) ya?? Aku jadi ragu pada diriku sendiri..  :(  Kemudian aku diantarkan oleh bang Awi ke menara bird watching yang ternyata tak jauh dari pos Polhut..

Dalam perjalanan, bang Awi menunjukkan kepadaku jamur yang mirip dengan yang biasa kulihat..


Tak lama kemudian, terlihat sebuah rumah pohon..



Aku naik ke atas dengan agak takut tak bisa turun nantinya.. di sana pemandangan sungguh indah.. tampak dengan jelas hutan di sekelilingku.. tak lama memotret dan merekam, aku pun turun ke bawah dengan berhati-hati..




tangganya adalah tangga berdiri yang menjulang tinggi sekitar 5 meter dari tanah..


sukses menuruni tangga, kemudian kami kembali ke pendopo dan ngobrol di situ bersama dengan Mas’ud dan Ari.. lalu kami pun makan..

Selesai makan, aku merasa sangat ngantuk dan akhirnya kuputuskan untuk tidur saja di kamar..

Sebelumnya, aku menyempatkan diri untuk memotret bagian-bagian Pondok Ambung yang belum terfoto, seperti kamar mandi,


dapur yang sekaligus menembus ke ruang makan,




juga pondok peneliti tempatku tidur (kamarku yang paling ujung depan, yang ternyata adalah kamar Manajer Orangutan Foundation UK yang waktu itu mengunjungiku di hotel bersama Mas'ud dan Ari ketika masih di Pangkalan Bun)..


Awalnya aku berencana mau kembali ke Pangkalan Bun hari ini karena besok pagi aku harus presentasi dan siangnya pulang ke Jakarta dengan pesawat jam 12.00.. namun karena menurut bang Awi jika pergi siang ini, sampai sana sore, maka bang Awi akan kemalaman tiba kembali di sini.. dengan demikian kupikir besok pagi-pagi saja aku kembali ke Pangkalan Bun nya..

Aku langsung terlelap begitu menyandarkan tubuh di kasur.. tapi kemudian aku seperti bermimpi buruk.. terdengar suara berisik mesin yang sangat kencang dan aku lalu terbangun.. suara itu masih terdengar jelas.. masih dengan sakit kepala dan nyawa setengah terkumpul, aku bangun dan menghampiri dermaga, tempat suara mesin itu berasal.. ternyata, bang Awi sedang mengganti oli perahu dengan menggunakan semacam mesin diesel, dibantu oleh Ari..

Ketika itu banyak kelotok yang lewat.. aku mulai terbiasa dan bisa membedakan jenis suara kendaraan dari kejauhan yang akan melintasi Pondok Ambung.. apakah itu alkon (perahu kecil), speedboat ataupun kelotok..




Selesai mengganti oli, bang Awi dan Ari berenang di sungai yang penuh dengan oli.. lalu tubuh mereka disabuni dengan sabun colek.. (wew.. ada-ada aja.. -___-“) untung saja tidak ada buaya.. buaya tak akan suka dengan oli..

Di dermaga juga ada Mas’ud.. akhirnya kami berempat nongkrong di dermaga, memotret-motret sambil memasang musik..

Dari hutan di seberang sungai terdengar suara “ngok ngok” yang keras.. itu adalah suara bekantan.. bekantan itu adalah sejenis monyet yang digunakan sebagai lambang Dufan (Dunia Fantasi di Ancol).. dan ternyata, bekantan bisa dipanggil.. bang Awi bersuara “nguik nguik” dan bekantan itu datang mendekat, tampak bergelantungan di pohon yang tinggi.. sayangnya, kameraku tak mampu menjangkau jarak sejauh itu sehingga aku tak berhasil memperoleh foto bekantan yang jelas.. Mas’ud membawa kamera D-SLR, tapi entah bagaimana hasil potretannya..


Kemudian, Ari mengambil pancing dan memancing.. lama sekali hingga akhirnya dia berhasil memancing seekor ikan berukuran kecil.. aku kasihan melihatnya dan ingin melepaskannya kembali ke sungai.. tapi pastinya nanti aku bisa dimarahi oleh yang lainnya.. jadi kubilang kepada Ari kalau nanti tidak dapat ikan lagi, yang satu ini dikembalikan saja ke sungai (sambil berdoa dia tidak dapat ikan lagi).. aku sempat memegang ikan itu, sisik di punggungnya sangat tajam, hampir saja tanganku terluka karena memegangnya.. jenis ikannya memang unik..

Sementara Ari memancing, kami juga sambil mengobrol.. banyak topik perbincangan di sore hari itu.. setelah beberapa saat memancing dan tak mendapatkan satu pun ikan lagi, Ari mengganti pancingnya dengan pancing milik bang Awi dan tak lama kemudian dia berhasil mendapatkan beberapa ekor ikan.. ikan-ikan itu bentuknya seperti lele, tapi berukuran pendek.. huekk.. aku tak akan mau makan lele.. aku juga kasian dengan ikan-ikan itu, sedih melihatnya di ember.. belum lagi ada 1 ekor ikan yang sudah nyaris mati, mengambang.. :(


Hari semakin sore, suasana semakin gelap.. banyak kelotok yang lewat dan setiap terdengar suara kelotok yang akan lewat, Ari menyembunyikan pancing dan juga ember berisi ikannya di balik pohon.. katanya tidak enak sama bule-bule yang lewat, masa di tempat konservasi malah mancing ikan.. itu tidak baik.. 

Mas’ud pun kemudian ikut memancing bersama Ari, dan aku kembali ke kamarku, lalu ke pendopo.. hingga suasana benar-benar gelap, mereka masih memancing, sambil menunggu saat untuk mencari Tarsius.. 

Tak disangka, Ari berhasil memancing banyak ikan, tapi bentuknya mirip lele semua.. kata bang Awi itu bukan lele tapi catfish.. -__-“ catfish itu apanya lele, sama aja setauku.. katanya ikan-ikan itu beda dengan lele karena makanannya biji buah..

Selesai memancing dan menyimpan ember berisi ikan di dapur, kemudian berberes, kami pun pergi ke hutan mencari Tarsius..

Sejak di dekat pondok ruang makan, sudah tercium dengan jelas bau jejak kotoran Tarsius, juga di dekat dermaga.. kami semua langsung menyebar tapi tak berhasil menemukan Tarsius itu..

Kemudian kami masuk ke hutan untuk melanjutkan mencari Tarsius.. malam itu, kami melewati jalur lama, kemudian menembus ke jalur yang baru mereka buat tadi pagi.. banyak tercium dengan sangat jelas jejak kotoran Tarsius, tercium di mana-mana.. aku sempat senang karena jangan-jangan di malam terakhirku ini aku beruntung bisa melihat Tarsius..

Bang awi sempat memanjat pohon beringin untuk mencari Tarsius di lubang-lubang pohonnya, kemudian meloncat dan bergelantungan di pohon di sebelahnya sudah seperti orangutan.. saat itu kupegangi kamera bang Awi yang ternyata adalah kamera Olympus waterproof dan shockproof.. keren.. kamera itu yang sempat kuidam-idamkan, cocok untuk berpetualang ke gunung ataupun ke laut..

Dalam perjalanan di tengah hutan, aku mengikuti Ari kemanapun dia pergi.. aku lupa membawa baterai cadangan, senterku sangat redup dan hanya bisa menerangi jejak kakiku saja.. Jika terlepas dari Ari, aku bisa tersesat di tengah hutan.. aku juga takut nyasar ke rawa-rawa yang kata bang Awi di sana hewan-hewannya buas.. ada babi hutan liar, yang ketika malam pertamaku di Pondok Ambung kami mendengar suara babi hutan berkelahi.. juga ada ular Python yang dulu pernah datang ke pondok dan memangsa 2 anak Boti (saudaranya si item) dan nyaris membunuh Opus..

Aku juga sempat ketempelan pacet, tapi untungnya langsung ketauan karena aku tiba-tiba merasakan gigitan yang menyakitkan di kakiku dan langsung kuperiksa, ternyata ada pacet dan langsung kulepaskan pacet itu sehingga kakiku tidak bocor bercucuran darah..

Bang Awi menemukan jamur yang lapisan atasnya keras mengkilap seperti plitur kayu, 


dan Ari menemukan bakal jamur dari tanah yang lembab, lengkap dengan larva serangga berukuran besar di sampingnya..


Kami meneruskan perjalanan dan bang Awi menemukan katak yang sedang berenang di kubangan, 


juga serangga air yang aku lupa istilah namanya apa..aku sering melihat serangga sejenis itu setiap kali aku berkunjung ke daerah yang ada air terjunnya..


Bang Awi mencoba memfoto kami, dan ternyata flash kamera Olympus kurang terang.. kemudian kuminta bang Awi mencoba menggunakan kamera Canon yang kubawa, dan flashnya sangat terang..



Perjalanan dilanjutkan, kulihat jam sudah hampir 2 jam kami berjalan tapi masih belum juga menemukan Tarsius, padahal sudah banyak tercium jejaknya.. kata Ari range daerah kekuasaannya adalah 10 m di sekeliling sumber bau dan ketinggian pohon tempat Tarsius bergelantung hanya sekitar 3 m..

Hingga track terakhir, kami tak juga berhasil menemukan Tarsius.. dan kami pun kembali ke pondok..sempat ketika di dekat pondok kami tertipu.. ada pantulan warna mata kuning dari cahaya senter Ari, dan ternyata itu Opus.. ini kedua kalinya Ari tertipu, waktu itu si Ming-ming yang berada di tengah hutan.. sempat dikira pantulan cahaya dari mata Tarsius..

Di pendopo, kami duduk beramai-ramai.. mereka semua lemas karena tak berhasil menemukan Tarsius, sempat diam karena capek ..

Kemudian mereka bangkit berdiri, masuk ke dapur dan memasak untuk makan malam.. aku ikut-ikutan ke dapur tapi hanya untuk duduk sambil bermain kucing.. ternyata ada sebuah pintu di dalam dapur yang merupakan pintu ruangan logistik, berisi persediaan bahan makanan..

Si item dengan bandelnya meloncat ke sana kemari hingga masuk ke ruang logistik.. kemudian mendekatiku dan menempel padaku, tak mau lepas.. tumben manja, kupikir.. dan kata bang Awi, si item bisa merasakan kalau aku akan pergi, jadi dia manja..

Mas’ud dan Ari sibuk memasak makan malam.. Ari membersihkan ikan, kemudian membuat bumbu kuning, mengoleskan bumbu kuning ke ikan-ikan yang ternyata masih hidup, melumuri ikan-ikan itu dengan tepung.. sedangkan Mas’ud bertugas mengulek sambal.. hebat juga mereka, cowok tapi bisa masak.. karena aku tak mau makan ikan, maka Ari membuatkanku telur goreng, mengorbankan butir telur terakhir yang tersedia..

Masakan matang, dan kami pun makan beramai-ramai, tetap di dalam dapur, gelap-gelap hanya dengan cahaya senter dari kepala bang Awi, bersama para kucing.. sekeluarga kucing yaitu Opus (ayah), Boti (induk), dan si item (satu-satunya anak kucing yang berhasil selamat dari serangan ular Python).. Sayang sekali Ming-ming menghilang lagi dan masih belum kembali, aku jadi  tak bisa memberikan salam perpisahan.. :(


Selesai makan, bang Awi memintaku untuk mengisi buku tamu.. kubaca tamu-tamu yang pernah datang ke Pondok Ambung itu, sebagian besar adalah orang asing, baik orang bule maupun orang Jepang.. lalu mataku tertuju pada tulisan “ACI” yang datang pada tanggal 20 Oktober 2011 lalu.. wah, ACI (Aku Cinta Indonesia) juga ke sini toh.. aku waktu itu juga ikut ACI, dan lolos sebagai finalis.. tapi sayangnya aku tak lolos tahap akhir seleksi.. dan ternyata, lolos tidak lolos ACI, aku tetap bisa berpetualang.. ke tempat yang juga sama dikunjungi oleh ACI pula.. hehe.. tapi beruntungnya mereka (3 orang tim ACI Kalimantan) berhasil menemukan Tarsius, padahal mereka hanya sehari berada di Pondok Ambung ini.. mereka juga beruntung karena diberi kelotok dan juga sempat birdwatching (mengamati burung).. ahh.. asyiknyaa..

Bang Awi melemparkan makanan ke luar pintu dapur, dan sekeluarga kucing itu berebut makanan.. tak disangka, yang paling galak ternyata adalah si item.. kecil-kecil begitu suaranya sangat kencang seperti kucing besar saja..

Hari semakin malam, dan kami pun memutuskan untuk tidur.. besoknya aku harus bangun pagi-pagi dan segera pergi meninggalkan Pondok Ambung..

Saatnya tidur dan memejamkan mata, tapi aku tak bisa tidur nyenyak.. beginilah aku setiap kali di hari terakhir, pasti jadi gundah gulana.. rasanya sedih juga meninggalkan Pondok Ambung ini.. di sini cukup menyenangkan..

Sambil gelisah mengubah posisi tubuh ke kanan dan ke kiri, aku berusaha untuk tidur.. dan.. hari terakhirku di Pondok Ambung, hari kedelapan di Kalimantan pun berakhir.. 

No comments:

Post a Comment