Eight Below

Eight Below

The Real World Adventurer..

"In this life, only the fool who always start the questions of life, moreover start their life mission and purpose of money. And once beginner ask where they get money, then they will be shackled by the constraints/obstacles. And almost certainly the answer is simply no money, can not and will not be" (Rhenald Kasali - Professor of University of Indonesia)

Thursday, September 8, 2011

Trip to Pari Island at Thousand Island..Part 4

Saatnya kembali ke Homestay..

Setelah puas berfoto-foto, kami berjalan kembali ke homestay dan ketika itu kami melihat rombongan kami yang tadi pulang karena nonton film korea berjalan ke arah kami berempat plus mas Edi jadi berlima.. dan kami bilang kepada mereka bertiga “sudah terlambat, kami sudah selesai foto-foto”.. kamera yang biasa dipakai untuk memotret ada pada kami semua.. dan kami berempat meninggalkan tiga orang teman kami itu.. dalam perjalanan, aku dan Widhagdo sempat berfoto di antara ilalang di padang rumput dekat pantai.. sayang sudah semakin gelap, padahal padang rumput itu cantik berwarna warni, jadi tidak begitu tampak ketika difoto..


Sebelum sampai homestay, aku sempat minta difoto di jalan menuju bukit matahari..


Ok, hari pertama kulitku sudah merah terbakar hampir merata di seluruh tubuh.. sudah mulai perih rasanya..
Di Homestay kami pun mandi secara bergantian, menunggu giliran di panggung kayu di bawah pohon sukun hingga tiga orang teman kami yang menyusul di pantai itu kembali.. dan kemudian kami makan bersama.. Menunya adalah ikan bakar, sayur dan orek tempe.. sedap tapi masih lebih sedap menu makan siang kami tadi..




Jalan-jalan Malam di Pulau Pari..

Selesai makan kami semua, kecuali Davin dan Evelyn (lagi) memutuskan untuk berjalan-jalan keliling pulau.. Ditemani mas Edi kami ke dermaga..


dan kemudian setelah berputar-putar di dermaga, kami menemukan tempat duduk yang nyaman di samping dermaga.. kami pun mengobrol.. dan aku pun senang karena berhasil mendapatkan sinyal di tempat duduk itu hingga aku tak mau bergerak ketika diajak ke ujung dermaga..


Kemudian kami berjalan-jalan keliling pulau melewati rumah-rumah.. dan kutemukan sekolah, Masjid, kantor desa, dan kantor-kantor lainnya..


Dalam perjalanan, mas Edi sempat bercerita bahwa di Pulau ini hanya ada sekolah untuk jenjang SD hingga SMP, sedangkan untuk SMK nya terdapat di Pulau Tidung dan untuk SMA di Pulau Pramuka. Dengan demikian, banyak terjadi perpindahan penduduk tergantung pada jenjang pendidikan yang sedang ditempuh. Untuk jenjang Perguruan Tinggi, sebagian besar penduduk memilih untuk melanjutkan studinya di Jakarta..

Ketika berjalan ke arah masjid, aku mendengar suara seperti tanda-tanda akan taraweh.. dan kutanyakan pada mas Edi "mas ga ikutan?" dan dia menggeleng.. tampaknya dia tak ikut berpuasa.. lalu sesaat kemudian kami mendengar suara pengumuman dari masjid yang isinya “Kepada seluruh penduduk Pulau Pari, diumumkan bahwa.. Lebaran ditunda.. bagi yang punya ketupat dan opor silahkan disimpan lagi atau dimakan untuk Sahur.. sekali lagi kami umumkan bahwa besok masih puasa.. demikianlah, Lebaran jatuh pada tanggal 31.. sekian dan terima kasih”.. mendengar pengumuman itu, kami semua tertawa terbahak-bahak.. bukan hanya kami, bahkan penduduk yang sedang nongkrong di depan Masjid pun ikut tertawa..


Jalan semakin gelap, dan kata mas Edi di ujung jalan itu lebih gelap lagi, maka dia menyarankan kami untuk kembali ke homestay.. di perjalanan ke homestay kami merasa belum mengantuk dan malas untuk berdiam di homestay.. setelah sampai di homestay, kami tidak masuk ke dalam rumah, melainkan hanya menunggu Synthia yang mengambil dompet dan kami pun berjalan kembali ke jalan semula demi menemani Synthia membeli minuman.. lalu kami melihat sebuah warung bakso, dan Sarma tertarik untuk membeli fanta.. kami duduk dan mengobrol beberapa saat di warung itu.. Sarma berbagi fanta denganku, dijadikan 2 gelas lengkap dengan es batu..

dan akhirnya setelah itu kami kembali ke tempat duduk-duduk di samping dermaga lagi.. Namun, ketika itu tempat tersebut sudah tidak gelap lagi.. terlihat cahaya dari pos bambu di sampingnya dan terdengar alunan musik dangdut.. aahh, dangdut!! Aku paling benci dengan musik itu, bikin sakit kepala aja!!

Tak lama kami mengobrol di sana, dan kemudian mas Edi datang memberitahukan bahwa Evelyn mencari dan menanyakan kami, katanya kakinya sakit.. lalu kubilang, ok mas.. gapapa, nanti saya yang bilang ke dia, dan mas Edi pun kembali ke rumahnya.. Lalu aku menerima sms dari Evelyn yang menyatakan bahwa dia sudah ngantuk.. dan kubilang padanya tutup saja pintunya tapi jangan dikunci.. dan “ok” jawabnya..


Malam Pertama di Homestay..

Tak lama setelahnya, setelah puas mengobrol, kami pun kembali ke homestay.. kulihat Davin sudah tidur pulas, dan Evelyn sedang tidur-tiduran di kamar yang berbeda.. tadinya kami sempat mencurigai, kira-kira apa ya yang mereka lakukan ketika berduaan saja di dalam rumah..hoho :p

Lalu kami mencoba untuk tidur.. yang wanita berjejer tidur berlima.. yang pria sekamar berdua.. Sarma, Tjitra dan Synthia dengan cepat tertidur lelap.. Evelyn bersama Widhagdo di dapur memilih foto dan menngurangi memori kamera dikarenakan memori kameranya sudah penuh.. sedangkan kami butuh kamera itu untuk snorkeling besok, kamera waterproof yang bisa digunakan untuk underwater..


Ketika Galau itu Datang..

Aku mencoba tidur tapi tak bisa.. selain posisi tidur yang sempit dan tak menguntungkan, yaitu di antara Sarma dan Tjitra, yang gaya tidurnya aneh-aneh, aku juga merasakan galau yang luar biasa.. aku mencoba mendengarkan lagu sambil memejamkan mata, namun akhirnya galau tersebut tak tertahankan.. istilah yang dipakai Evelyn “Galau tingkat Dewa!!” itulah yang kurasakan.. dan aku langsung menghambur keluar ke belakang rumah, setelah melewati Evelyn dan Widhagdo yang berada di dapur.. di luar sangat dingin, dan aku kembali sebentar ke dalam untuk mengambil jaket.. lalu aku pun meringkuk di sudut tempat duduk di belakang rumah.. dan Evelyn keluar memanggilku, namun aku tak mau masuk..

Galau itu semakin menjadi-jadi, dan aku pun pergi ke panggung kayu di bawah pohon sukun menghadap ke pantai.. menyendiri di sana.. ingin menangis rasanya, tapi tak bisa.. udara dingin tapi suasana sungguh tenang.. sambil mendengarkan lagu, aku pun merenung.. merenung yang sedalam-dalamnya dalam kesunyian..

Setelah galau sedikit mereda, kutemukan bahwa hpku full signal!! Hore!! Dan aku pun ber-smsan dengan teman-temanku, buka fb dan e-mail.. aku sempat menulis status di fb "Menikmati deburan ombak di tengah malam.. hmm.. sangat kondusif untuk merenung semalaman".. dan memang benar, sekitar 1 jam lamanya aku merenung sambil menatap laut, galauku pun semakin reda.. merenung kali ini terasa lebih mendalam dan pikiranpun lebih terbuka serta lebih bisa berpikir sehat.. galauku semakin menghilang, semuanya terutama berkat seseorang yang ada di Singapore sana yang setia menghiburku (Thanks to u, Taoge!! ^0^)..

Waktu menunjukkan jam setengah satu pagi.. dan aku pun memutuskan untuk kembali ke homestay dan kulihat teman-temanku semua sudah tidur.. aku mencoba untuk tidur.. Ternyataaa… aku tak bisa tidur juga.. berkat space ranjang yang sempit dan kena sikut Sarma dan Tjitra.. sungguh luar biasa gaya tidur mereka.. daann.. pagi pun datang.. T.T.. aku yang paling dulu bangun, lebih tepatnya karena tak bisa tidur.. lalu Davin pun bangun dengan wajah segar..(so pasti, dia yang paling cepat dan paling banyak tidur).. diikuti Evelyn, yang juga tak bisa tidur karena posisinya yang juga sempit dan tak menguntungkan, yaitu berada di antara Tjitra dan Synthia yang gaya tidurnya juga luar biasa.. ternyata kami bernasib sama..
-___-"

1 comment:

  1. Ahahaha ini momen-momen istirahat ya...Btw gw suka dua foto lo yang paling atas,kayak bukan di Indonesia.

    ReplyDelete