Still Day 2 (The Last Part): Pantai Pasir Perawan (lagi)..
Setelah melewati rumah-rumah penduduk, akhirnya kulihat (lagi) padang rumput yang luas, jalan menuju ke Pantai Pasir Perawan..
Suasana sudah mulai gelap.. matahari sudah mulai tenggelam.. dan, lagi-lagi kami berjalan ke sisi kiri pantai.. sedangkan sisi kanan pantai belum kami sentuh sedikitpun, namun waktu itu tak sempat terpikir olehku karena aku sudah cukup lelah..Kulihat ada Kastil Pasir di dekat pohon.. Rajin juga yang membuatnya..
Lalu kami melihat segerombolan pemuda berjalan di air mendekati getek.. dan kemudian Widhagdo member aba-aba “yak, siap, ketika mereka naik ke getek itu, kita terika 2000!” dan kami pun menunggu para pemuda itu naik ke getek.. tepat ketika mereka naik, teman-temanku serempak berteriak :”2000..2000!!” dengan gaya seperti anak kecil menyoraki orang lain.. hahaha..
Kami kemudian berjalan semakin ke kiri pantai, tempat ditambatkannya perahu-perahu kecil.. kami tak bisa masuk ke dalam air, tak boleh basah-basahan lagi karena persediaan baju kami sudah habis (hanya sisa untuk pulang ke Jakarta besok)..
Kami pun bermain-main di perahu-perahu itu.. berfoto-foto sambil menunggu matahari semakin terbenam..
Berusaha menikmati suasana di malam terakhir, namun tetap saja ada salah satu dari kami yang sibuk dengan BBnya.. mungkin benar jika dibilang bahwa BB membuat seseorang menjadi autis (karena membuat lupa dengan sekelilingnya).. :p
Ketika aku sedang naik-naik di atas perahu yang tertambat di pantai, aku sempat memotret Sarma yang kulihat sedang duduk sendiri sambil bermain sesuatu, mungkin pasir atau karang.. foto itulah yang menjadi hasil foto favoritku.. suasana sunset didukung kostum Sarma yaitu gaun tidur membuat foto itu semakin terasa indahnya.. itu menurutku..hehe
Sunset hari itu tak begitu bagus.. beruntung kami sempat menyaksikan Sunset yang lebih bagus di hari kemarin.. Tak lama bermain di pantai, kami pun memutuskan untuk kembali ke homestay setelah berfoto bersama di bawah sebuah pohon yang ada tempat duduknya..
Lalu kami berjalan meninggalkan pantai.. Namun, ketika melewati pondok duduk beratap jerami, Widhagdo menghentikanku dan membiarkan teman-teman yang lainnya terus berjalan pulang ke homestay bersama mas Edi.. dan ternyata, Widhagdo minta difoto.. -__-“ dan kami pun menunggu hingga pantai itu semakin sepi karena itulah background view yang diinginkan Widhagdo, tanpa pemeran figuran.. lalu aku pun juga difoto, namun aku sudah tak begitu mood sehingga aku bingung harus berpose bagaimana.. aku pun diam saja.. kemudian kami kembali berjalan pulang ke homestay.. tapi sebelumnyam aku sempat melihat padang rumput berwarna-warni di dekat pantai itu terlihat lebih indah, sehingga aku minta difoto di sana sekali lagi.. dan kami lalu kembali ke homestay..
Sekembalinya ke Homestay..
Sesampainya di homestay aku agak heran karena tak ada satu pun yang menanyakan mengapa aku dan Widhagdo tertinggal.. dan kemudian, ketika aku masuk ke dalam, ternyata teman-temanku itu sedang asyik menyantap kerang remis yang tadi siang diambil di Pulau Tikus.. kerang itu dimasakkan oleh Pak Udin, dengan bumbu yang unik.. aku diberitahu teman-temanku.. aku tak ikut mencoba, karena terus terang aku kurang begitu suka makan kerang dan aku juga tak suka makan dari 1 mangkok beramai-ramai (yang secara tak langsung sama artinya dengan bertukar air liur).. >.<
Ahh, aku teringat perkataan Pak Udin tadi siang.. ketika itu beliau menanyakan mau ayam atau ikan untuk barbeque dikarenakan ikan baronangnya sisa 6 ekor.. dan akhirnya kami memutuskan untuk berbagi dengan tetangga homestay sebelah, yaitu masing-masing 3 ikan baronang dan seekor ayam.. lalu setelah itu Pak Udin mengatakan akan membuat api unggunnya di tepi pantai, bersebelahan dengan tetangga sebelah.. katanya maksudnya beliau ingin kami bisa akrab dengan mereka, siapa tau ada yang jodoh.. haha,. Maklum, rombonganku sebagian besar adalah wanita dan laki-lakinya hanya 2 orang.. sedangkan tetangga sebelah justru sebaliknya, wanitanya hanya 2 orang.. mereka ber-8 dan kami ber-7.. mungkin memang harus mengakrabkan diri.. tapi sayang ga da yang cakep (laki-lakinya).. :p lalu terpikir olehku, disini pemandangan alamnya memang indah, tapi pemandangan orangnya tidak.. kebalikan dari Pulau Tidung yang pemandangan alamnya kalah, tapi pemandangan orangnya sungguh segar.. hahahaha
Sambil menunggu malam, yaitu saat barbeque, kami berempat yaitu aku, davin, sarma dan evelyn memutuskan untuk bermain capsa.. awalnya kami duduk di ruang tamu, tapi ternyata pencahayaannya tak cukup terang, apalagi kartu yang kami pakai milik Sarma itu bening sehingga lebih sulit melihatnya dalam kegelapan.. kami pun mencari ruang yang lebih terang dan juga ada space cukup luas.. akhirnya kami bermain di kamar yang tak terpakai.. kali itu entah kenapa aku sedang sial.. kalah 4 kali berturut-turut.. >.< padahal biasanya aku hampir tak pernah kalah, dimanapun aku bermain, aku termasuk jagoan capsa.. Lalu permainan pun dihentikan ketika tiba saatnya untuk barbeque..
Api ungun telah disiapkan, dan ternyata milik kami tepat di halaman belakang homestay yang luas.. sedangkan milik tetangga sebelah benar-benar di tepi pantai yang benar-benar gelap.. wah, ini c mana bisa saling beramah-tamah.. :( tapi melihat api unggun saja sudah membahagiakan.. mengingatkanku ketika jaman sekolah saat aku masih aktif menjadi misdinar gereja Stella Maris Pluit, juga ketika mahasiswa saat masih aktif di UKKT (Unit Kerohanian Katolik Trisakti).. dimana setiap kali diadakan retret ataupun rekoleksi di puncak, selalu ada acara api unggun di malam terakhir menginap.. ahh, jadi kangen.. andai saja bisa kembali ke masa-masa itu..
Saat itu bahan makanan yang akan dipanggang sudah tersedia di kursi bamboo.. ada ayam seekor, cumi dan juga ikan baronang.. ayamnya seekor tapi tanpa kepala dan jeroan, tapi masih lengkap dengan kakinya.. ternyata itu adalah ayam kampung jago.. aku membayangkan, jangan-jangan itu ayam yang sering berkeliaran di belakang homestay.. oh tidak.. sejak saat itu, akhirnya aku tak berminat untuk makan ayam..
Panggang-panggangan barbeque kami dibantu oleh beberapa orang mas-mas.. mereka membantu mengoleskan bumbu dan juga membakarkan ayam dan ikan.. kami hanya tinggal menunggu makanan itu matang..
Panggang-panggangan barbeque kami dibantu oleh beberapa orang mas-mas.. mereka membantu mengoleskan bumbu dan juga membakarkan ayam dan ikan.. kami hanya tinggal menunggu makanan itu matang..
Di dekat kami ada seekor kucing betina, yang tadi siang kulihat juga tiduran di belakang homestay.. Kucing itu cukup jinak.. pendiam lebih tepatnya.. kata Davin, kucing senang berada di dekat tempat yang hangat.. contohnya api unggun itu.. Aku dan Davin kemudian berfoto bersama kucing itu.. di foto itulah tampak dengan jelas kulitku yang benar-benar sudah rata terbakar matahari hingga warnanya serupa dengan warna bajuku..
-__-“
Makanan akhirnya matang.. karena malas makan di dalam, akhirnya kami menarik sebuah meja kecil di dapur ke belakang homestay..
Dan.. kami pun makan.. lebih tepatnya, teman-temanku makan, karena ketika itu aku agak bermood buruk (mulai galau lagi) sehingga belum ingin makan dan aku hanya duduk sambil bermain hp.. ditambah lagi ketika itu ada si kucing datang mendekat, dan ternyata Synthia tak suka kucing hingga akhirnya dia melempari kucing itu dengan sandal.. hal itu terus terang membuatku marah, tapi kupendam dan berusaha bicara baik-baik.. aku paling tak suka jika orang bersikap kasar ataupun jahat terhadap hewan.. akibatnya, bete-ku semakin menjadi-jadi, dan aku semakin tak nafsu makan.. Tapi pada akhirnya kupaksa makan walau hanya sedikit, aku hanya mengambil ikan dan sedikit cumi juga tahu dan sambal, aku tak mau makan ayam.. semat kuberikan sebagian ikanku pada si kucing, namun ternyata dia tidak suka dan lebh memilih ayam walaupun kelihatannya sulit sekali mengunyahnya..
Dan.. kami pun makan.. lebih tepatnya, teman-temanku makan, karena ketika itu aku agak bermood buruk (mulai galau lagi) sehingga belum ingin makan dan aku hanya duduk sambil bermain hp.. ditambah lagi ketika itu ada si kucing datang mendekat, dan ternyata Synthia tak suka kucing hingga akhirnya dia melempari kucing itu dengan sandal.. hal itu terus terang membuatku marah, tapi kupendam dan berusaha bicara baik-baik.. aku paling tak suka jika orang bersikap kasar ataupun jahat terhadap hewan.. akibatnya, bete-ku semakin menjadi-jadi, dan aku semakin tak nafsu makan.. Tapi pada akhirnya kupaksa makan walau hanya sedikit, aku hanya mengambil ikan dan sedikit cumi juga tahu dan sambal, aku tak mau makan ayam.. semat kuberikan sebagian ikanku pada si kucing, namun ternyata dia tidak suka dan lebh memilih ayam walaupun kelihatannya sulit sekali mengunyahnya..
Menurut pengalaman teman-temanku yang mencoba makan ayam, ayam itu benar-benar keras, padahal sudah direbus.. jangankan menelannya, menggigitnya pun sulit.. lalu ada salah satu temanku, aku lupa siapa, mengatakan sesuatu yang intinya seperti ini “dasar ayam jago, ga hidup ga mati tetep aja ga mau kalah.. sampe mati pun ga mau dimakan ma kita.. kita kalah..”
Aku makan dalam diam.. sempat ada si kucing mendekat lagi, untungnya Synthia tak melihatnya.. sempat kupotret kucing itu.. dan setiap kali blitz menyala, dia selalu memejamkan matanya.. sensitif terhadap cahaya rupanya..
Ketika selesai makan, aku langsung masuk ke dalam.. barbeque malam itu tak berlangsung menyenangkan.. tak berkesan, apalagi ditambah dengan faktor bete.. ahh, kapan ya aku bisa merasakan acara api unggun yang benar-benar berkesan seperti saat-saat dulu?? :(
Ketika selesai makan, aku langsung masuk ke dalam.. barbeque malam itu tak berlangsung menyenangkan.. tak berkesan, apalagi ditambah dengan faktor bete.. ahh, kapan ya aku bisa merasakan acara api unggun yang benar-benar berkesan seperti saat-saat dulu?? :(
Malam itu malam Idul Fitri, suara taraweh terdengar kencang dan berisik sekali.. kata Evelyn, malam ini kita ga mungkin bisa tidur lagi.. akhirnya kami bermain capsa lagi, dengan personil yang sama, melanjutkan sesi tadi sore.. aku, Sarma dab Evelyn sama rata mengalami kekalahan, hanya Davin yang tak pernah kalah.. lalu Evelyn memutuskan untuk berhenti bermain dan pergi keluar untuk merenungkan kekalahannya.. -__-“
Kami pun melanjutkan permainan bertiga.. targetku adalah membuat Davin kalah berkali-kali.. dan akhirnya berhasil..di saat terakhir permainan, Davin kalah total 7 kali.. hahaha.. ternyata begitu strateginya.. dengan jumlah pemain 3 orang, dia tidak bisa menebak kartu yang disimpan untuk pemain ke-4.. dengan demikian strateginya pun menjafi kacau.. hahaha.. dari Sarma digantikan Evelyn, hingga aku kalah 10 kali, tak apalah yang penting aku puas karena Davin akhirnya kalah berkali-kali..hahaha
Puas dan capek bermain, waktu menunjukkan jam setengah 1 pagi, aku menggeser ranjang ke ruang tengah.. Widhagdo dan Tjitra sudah tertidur di depan TV dengan posisi tidur yang sudah tidak bisa dipindah, sedangkan Synthia bangun dan pindah ke kamar bersama Sarma.. posisi tidur kali ini sudah diubah berdasarkan rapat tadi siang.. ruangan juga sudah bersih setelah disapu oleh Evelyn.. Davin tidur di posisi Synthia tadi tidur.. sedangkan aku dan Evelyn tidur di 1 ranjang yang tadi kukeluarkan dari kamar.. dan kami pun tidur tanpa bersempit-sempit lagi seperti malam sebelumnya..
Aku tidur sambil menggunakan headset, mendengarkan lagu.. walaupun kupingku sudah mulai panas pun aku berusaha tak melepasnya.. setelah mendengar cerita Evelyn bahwa malam sebelumnya dia mendengar suara-suara sesuatu, aku jadi sedikit takut.. apalagi posisi tidurku pun tak menguntungkan.. paling ujung, depanku adalah ruang tamu, belakangku adalah dapur dan kananku adalah kamar.. dikelilingi 3 ruangan tak berpintu sungguh menyeramkan.. aku berusaha tak membuka mataku sedikitpun.. malam itu aku sungguh menderita, bukan karena tempat tidur yang sempit, melainkan karena seluruh kulit di tubuhku perihnya luar biasa.. aku ingin tidur dengan posisi menyamping tak bisa, sungguh perih ketika kulit ini menyentuh kain.. akhirnya aku hanya bisa tidur terlentang.. akibatnya, tidurku tak bisa nyenyak lagi karena badanku pegal-pegal.. tak bisa berganti posisi dan gaya tidur.. .T.T
Day 3: Bukit Matahari (lagi)
Pagi pun tiba, lagi-lagi aku yang bangun paling dulu.. kulihat Widhagdo kemudian bangun karena berusaha mematikan weker hp.. kubilang padanya bahwa sudah jam 5, kalau mau liat Sunrise harus segera bangun.. dia bilang iya dan lalu tidur lagi, katanya 5 menit lagi..
Aku pun bangun, diikuti Evelyn dan juga Davin.. aku mencuci muka dan gosok gigi, begitu pula dengan mereka.. saat itu Widhagdo sudah bangun dan langsung menghilang entah kemana..
Kemudian, aku dan Davin pergi ke Bukit Matahari.. tak kami temui ataupun lihat ada Widhagdo ke sana.. entah kemana lagi dia.. Sunrise pun tak kelihatan, rupanya cuaca masih berawan..
Davin kemudian mengajakku ke ujung tebing, di sana pada saat berangkat snorkeling di hari sebelumnya kami sempat melihat anak-anak kecil bermain di batuan di pinggir tebing yang sudah terendam air.. oleh karenanya, kami mencoba ke sana.. tapi akhirnya hanya di ujung tebing, tak berani ke batuan itu karena masih pasang dan malas bermain-main air.. Kami hanya duduk dan bergantian berfoto..
Kami kemudian berjalan ke dermaga.. aku lalu meminta Davin untuk memgangi spanduk Kimia Farma karena aku ingin memotret peta Pulau Seribu yang tercantum di dalamnya.. Davin melihat peta itu dan sempat memprotes, “Pulau Nyamuk aja ada dip eta, masa Pulau Tikus ga da.. Tikus kan lebih gede dari nyamuk”, katanya.. hahaha.. benar juga..
Dan Evelyn datang, lalu kami berjalan-jalan.. pertama ke tempat plang Pulau Pari, menuntaskan keinginan berfoto di sana.. Lalu meneruskan berjalan-jalan di sisi lain dermaga, pantai yang kami lalui ketika ke Pantai Pasir Perawan.. pagi itu baru terlihat tak indahnya tempat itu yang ternyata banyak sampah dan terawat, padahal di sana ada kumpulan bibit mangrove.. Davin sempat menginjak kotoran manusia yang tampaknya seperti pasir tapi lengket dan ketika dibersihkan barulah tercium baunya.. huekkk..
Melihat-lihat sekeliling, dan aku melihat langit.. ada awan cumulus, yaitu awan yang berbentuk seperti sisik ikan, yang menandakan bahwa di laut sedang banyak ikan..waktunya panen ikan.. Ketika melihat awan itu aku jadi teringat ketika aku masih SD, aku sudah tertarik dengan pelajaran fisika SMA tentang jenis-jenis awan.. salah satunya awan cumulus tadi.. aku juga teringat cita-citaku dulu menjadi peneliti NASA.. cita-cita yang sangat tinggi.. dan kusadari aku yang sekarang tak memiliki semangat seperti aku yang dulu, aku yang memiliki impian-impian yang luar biasa..
Selama di samping dermaga itu, aku menemukan beberapa spot bagus untuk berfoto..
dan kemudian kami kembali ke homestay, sambil mengamat-amati sekeliling..
dan kemudian kami kembali ke homestay, sambil mengamat-amati sekeliling..
Hari Terakhir di Pulau Pari..
Sesampainya di homestay, aku belum melihat Widhagdo.. lalu kami pun beramai-ramai membuat pop mie.. dan tak lama kemudian Widhagdo kembali, kutanyai dia pergi kemana dan dia hanya senyum-senyum saja.. Kami pun berbagi pop mie, dan semuanya kebagian makan.. Persediaan pop mie yang lebih pun dihabiskan hari itu juga.
Kemudian Pak Udin datang untuk bersalam-salaman, bersama dengan mas Edi dan kami pun mengobrol di belakang homestay.. saat itu ada anak Pak Udin datang.. Sarma dan Widhagdo merayunya dengan iming-iming uang 5ribu agar anak itu mau bersalaman.. haha..
Pak Udin kemudian memberitahukan bahwa dari Pulau Pari akan disediakan 1 kapal kecil untuk kami kembali ke Jakarta, lagi-lagi bersama tetangga homestay sebelah.. dan kapal itu berangkat jam 11.. yah, berarti kami hanya punya waktu sedikit lagi di Pulau Pari ini.. jika ikut kapal regular, yaitu KM Cinta Alam yang kami tumpangi ketika berangkat ke Pulau Pari dari Jakarta, kami bisa tetap di pulau ini hingga jam 1.. Namun katanya sudah ada yang memesan homestay ini sehingga mau tak mau kami harus keluar jam 11.. Transaksi bayar-bayaran pun diselesaikan saat itu juga.. sempat ada salah hitung, dan Pak Udin mengembalikan 100ribu kepadaku.. Pak Udin dan mas Edi juga sempat berbincang-bincang lagi, mereka berpendapat bahwa kami sungguh bersahabat.. “ya tentu saja, kami yang paling heboh di pulau ini..biang ribut..”, pikirku..haha
Di dalam homestay, dekat WC ditemukan dua ekor serangga yang ternyata adalah Kumbang Kelapa.. pertama kali yang menemukan adalah Tjitra.. Kumbang itu tampaknya sudah lemas.. dan kemudian segera kubawa keluar.. bingung mau kuletakkan dimana, akhirnya kuletakkan di pasir dekat pot tanaman.. Namun tak lama kemudian ketika kulihat kembali, kumbang-kumbang itu diserbu semut ranggang merah.. refleks langsung kutiup-tiup hingga semut-semut itu pergi.. untungnya belum terlambat, dan dibantu oleh Tjitra, aku memindahkan kumbang-kumbang itu ke atas tanaman yang kutumpuk dengan daun-daun lebar agar kumbang-kumbang itu terlindung.. berkali-kali kulihat si kumbang terbalik badannya setiap kali mencoba untuk berjalan.. dan kukembalikan ke posisi semula..
Di dalam homestay, dekat WC ditemukan dua ekor serangga yang ternyata adalah Kumbang Kelapa.. pertama kali yang menemukan adalah Tjitra.. Kumbang itu tampaknya sudah lemas.. dan kemudian segera kubawa keluar.. bingung mau kuletakkan dimana, akhirnya kuletakkan di pasir dekat pot tanaman.. Namun tak lama kemudian ketika kulihat kembali, kumbang-kumbang itu diserbu semut ranggang merah.. refleks langsung kutiup-tiup hingga semut-semut itu pergi.. untungnya belum terlambat, dan dibantu oleh Tjitra, aku memindahkan kumbang-kumbang itu ke atas tanaman yang kutumpuk dengan daun-daun lebar agar kumbang-kumbang itu terlindung.. berkali-kali kulihat si kumbang terbalik badannya setiap kali mencoba untuk berjalan.. dan kukembalikan ke posisi semula..
Lalu kami pun mandi-mandi, beres-beres.. sempat juga bersantai-santai di kasur sambil nyemil.. dan kuingat waktu itu Widhagdo menguasai Vaseline dan mengoleskannya secara berlebihan ke seluruh tubuhnya hingga ke wajah.. hingga berebut cermin dengan Synthia.. “wew, cowok centil!” begitu pikirku, karena aku yang wanita saja tak menggunakan lotion, padahal kulitku sudah terbakar habis hingga benar-benar merah.. sedangkan dia kan sudah item, mau diapain juga kulitnya tetap item.. aku juga ingat waktu Widhagdo masuk ke kamar mandi untuk mandi, Synthia mengatakan “udah do, kamu itu mandi atau ga mandi tetep aja bau”..hahaha, dia masih lebih tega dariku.. :p Aku sempat membersihkan sandalku yang ternyata juga bernasib sama dengan Davin, terkena kotoran manusia.. baunya amit-amit..huekk.. >.<
Setelah semua selesai berganti baju, memakai jeans, kami pun pergi mencari bakso.. dan ternyata baksonya berjualan tak jauh dari homestay kami.. semuanya makan bakso dan minumnya teh botol Sosro.. kecuali Evelyn yang minum aqua gelas..
Ketika makan, ada anak kucing yang bermain-main dengan kaki Widhagdo yang dikiranya tikus yang bersembunyi di lubang.. dan Widhagdo pun sengaja memainkan jari kakinya.. anak kucing itu sungguh lucu.. ^^ Selain memperhatikan kucing, aku juga mengamati bebek-bebek yang sedang mencari makan di sekeliling kami.. sungguh unik, dan banyak menimbulkan pertanyaan.. hoh..
Dan kemudian selesai makan, aku yang membayar karena sisa uang bersama sebesar 100ribu yang diberikan oleh Pak Udin itu aku yang memegangnya.. aku ingat harga baksonya 7ribu x 7 mangkok = 49ribu, lalu the botol 3ribu x 6 botol = 18ribu, tambah aqua gelas Rp 500.. total semuanya adalah Rp 67.500.. sisa uang kami adalah Rp 32.500 yang akhirnya digunakan untuk tambahan uang kapal yang awalnya dikira 30 ribu dan ternyata 35ribu.. ok, jadi total yang dihabiskan untuk liburan ini adalah 390ribu per orang.. masih di bawah 400ribu, ok lah..
Lalu kami berfoto di bagian depan homestay bersama Pak Udin..
dan kembali ke belakang homestay, mengobrol sambil menikmati cemilan keripik pisang dan semacam keripik dari tepung yang dipelintir..
dan kembali ke belakang homestay, mengobrol sambil menikmati cemilan keripik pisang dan semacam keripik dari tepung yang dipelintir..
Kami mengobrol hingga kapal yang akan membawa kami ke Jakarta sudah siap.. kami pun bergegas membawa barang-barang kami.. ketika keluar di belakang homestay, kami pun serempak berkata “liburan tlah usai!”.. sedih juga rasanya.. sebagian besar dari kami masih libur hingga akhir minggu, namun Widhagdo dan Synthia kembali masuk kerja langsung besoknya.. Aku sempat menengok Kumbang Kelapa yang kuletakkan di atas daun untuk terakhir kalinya, masih ada rupanya, dengan agak khawatir dan sedih, terpaksa aku meninggalkan kumbang-kumbang itu.. entah kumbang-kumbang itu masih bisa bertahan hidup atau tidak..
Kami berjalan ke dermaga, dan langsung naik ke kapal.. bagian depan sudah diisi oleh anak-anak homestay tetangga, dan kami pun langsung ke bagian belakang dimana sudah disediakan tikar yang tergelar.. kapal khusus hanya untuk 2 rombongan.. wah, keren juga.. padahal bayarnya standard.. dan kapal itu terasa cukup luas bagi kami ber-15 walaupun ukurannya lebih kecil dari kapal reguler.. :D
Kapal pun bergerak meninggalkan Pulau Pari.. dan pulau itu semakin terlihat kecil.. ada rasa sedih juga..
Kapal yang kami tumpangi adalah kapal motor, yang sempat kulihat dan kutanyakan itu kapal apa ketika di Bukit Matahari bersama Davin.. dan aku duduk di bagian belakang yang terbuka, dekat dengan motor kapal sehingga berkali-kali terciprat air laut dari luar.. perih rasanya ketika mengenai kulitku..
Lalu kami pun berfoto ria, minta tolong anak homestay tetangga.. seorang laki-laki yang waktu dari Pulau Tikus berada di bagian belakang kapal bersama rombongan kami, yang tersenyum-senyum melihat tingkah laku kami.. Setelah memotret dia menanyakan ‘ada yang mau foto sama saya ga?” dan kami pun hanya tertawa dan berterima kasih.. Nah, itu cowok yang kata Tjitra lumayan, walaupun kesannya kurang macho.. lalu kubilang kalau cowok itu kulihat merokok ketika di kapal dari Pulau Tikus.. maklum, aku paling tak suka dengan orang yang merokok.. seganteng apapun pasti aku langsung ilfil dalam sekejap dan untuk sampai kapanpun..
Berusaha menikmati perjalanan pulang, kami pun bermain kartu yang bisa untuk beramai-ramai, yaitu kartu minuman atau kalau di Jakarta disebut dengan cangkok atau cangkul..
Setelah permainan selesai dengan hebohnya, mereka (teman-temanku) pun tewas, mual karena gelombang laut mulai mengganas.. dengan kapal kecil goyangan itu lebih terasa..
Setelah permainan selesai dengan hebohnya, mereka (teman-temanku) pun tewas, mual karena gelombang laut mulai mengganas.. dengan kapal kecil goyangan itu lebih terasa..
Pernah ada suatu ketika gelombangnya benar-benar kencang hingga kapal kami terombang-ambing ke kanan ke kiri dengan tak beraturan, dan kulihat air laut hampir sejajar dengan jendela kapal.. Kapal ini berbeda, karena jenisnya kecil, jadi ruangan untuk penumpanganya hanya ada di bawah, di belakang nahkoda, tidak ada yang di atap.. dan gelombang laut itu sungguh menakutkan.. Evelyn yang tadinya tidur hingga terbangun dan berdoa.. Lagi-lagi, hanya akulah yang tak merasa mual, dan tak tidur.. aku heran teman-temanku semua mual, padahal mereka sudah minum antimo.. aku yang tak minum malah tak mual sama sekali.. aneh.. kata Widhagdo, itu karena ada naga di perutku, makanya tak ada sisa makanan sedikitpun yang bisa dikeluarkan, sehingga tak mungkin mual apalagi muntah.. -___-“ ada-ada saja.. tapi mungkin benar, aku bukan cacingan, tapi naga-an.. hoho
Untunglah perjalanan laut itu berjalan lancar dan kami pun semakin dekat dengan Jakarta.. sudah kulihat dari kejauhan Apartemen Regatta the Icon yang terdapat di Pantai Mutiara.. itu berarti kami sudah dekat dengan pelabuhan Muara Angke..
Tak lama kemudian, kami pun tiba di pelabuhan Muara Angke..
Dengan susah payah kapal kami berputar dan parkir di samping kapal-kapal yang berlabuh.. rombongan kami tertinggal di kapal akibat keasyikan ngobrol.. begitu sadar, rombongan homestay tetangga sudah tidak ada, sudah dari tadi keluar.. lalu kami pun keluar.. aku yang pertama, dan aku ke depan kapal untuk memotret kapalnya, tapi agak sulit karena aku berdiri di pinggir kapal lain..
Dengan susah payah kapal kami berputar dan parkir di samping kapal-kapal yang berlabuh.. rombongan kami tertinggal di kapal akibat keasyikan ngobrol.. begitu sadar, rombongan homestay tetangga sudah tidak ada, sudah dari tadi keluar.. lalu kami pun keluar.. aku yang pertama, dan aku ke depan kapal untuk memotret kapalnya, tapi agak sulit karena aku berdiri di pinggir kapal lain..
Dan aku melonjak kaget karena ada suara toa yang menyatakan kami harus bergegas turun dari kapal.. ternyata kami disambut oleh orang-orang angkatan laut dan dibantu untuk turun (dipegangi).. wah, jadi tersanjung..kami seperti orang penting saja.. wkwkwkwk.. ditambah lagi, yang bertugas membantu kami turun itu kata Evelyn lumayan ganteng.. haha
Kami pun keluar dari pelabuhan, dan di depan pintu luar dermaga kami sempat bingung memutuskan akan kemana.. mau makan atau langsung pulang.. sambil menunggu Synthia yang pergi ke toilet..
Dan akhirnya kami memutuskan berjalan kaki ke Pizza Hut (tempat favorit untuk makan setiap pulang dari Pulau Seribu) di ujung Muara Karang.. dan sesampainya disanaa.. Pizza Hutnya tutup.. T.T .. lebaran membuat kami kelaparan.. sempat terpikir mau ke Citraland, tapi terlalu jauh untuk Davin yang rumahnya di Muara Karang, harus bolak balik.. Akhirnya kami naik B01, bayar 2ribu per orang ke Pluit Village dan makan di sana.. kulihat banyak juga toko yang tutup..
Dan akhirnya kami memutuskan berjalan kaki ke Pizza Hut (tempat favorit untuk makan setiap pulang dari Pulau Seribu) di ujung Muara Karang.. dan sesampainya disanaa.. Pizza Hutnya tutup.. T.T .. lebaran membuat kami kelaparan.. sempat terpikir mau ke Citraland, tapi terlalu jauh untuk Davin yang rumahnya di Muara Karang, harus bolak balik.. Akhirnya kami naik B01, bayar 2ribu per orang ke Pluit Village dan makan di sana.. kulihat banyak juga toko yang tutup..
Selesai makan kami pun pulang dengan menggunakan busway.. selama di perhentian-perhentian busway kulihat banyak orang yang serupa dengan kami.. maksudnya sama-sama membawa barang banyak, sama-sama masih mudah, dan sama-sama berkulit merah terbakar.. dan kesimpulanku, mereka pasti dari Kepulauan Seribu, hanya saja pergi makan di tempat yang berbeda dengan kami… Lalu aku dan teman-temanku pun berpisah, kembali ke rumah masing-masing..
Ya, benar, Liburan telah usai.. :( tapi liburan kali ini cukup menyenangkan, terutama puas dengan tempatnya.. :) Semoga di liburan berikutnya kami bisa bersenang-senang bersama lagi.. ^^
Notes: Mohon maaf jika ada kata-kata yang salah, menyinggung, ataupun kurang berkenan.. :) Sekian untuk Catatan Perjalananku ini.. ^^
See also: Travelling Guide: Pari Island at Thousand Island
(http://allaboutmeliebe.blogspot.com/p/travelling-notes.html)
See also: Travelling Guide: Pari Island at Thousand Island
(http://allaboutmeliebe.blogspot.com/p/travelling-notes.html)
Ahahaha ini cerita yang lucu. Hebat juga lu bisa hafal setiap momen.
ReplyDeleteBro bole minta no tel pak Udin yg ada di pulau pari? Trus dari muara angke naik kapal berapa duiit /kepala ya? Mohon jawaban dikirim ke email ya bro erwin_ariesta@yahoo.co.id
ReplyDeletetq