Setelah selesai makan siang dan film
Kami pun bergegas keluar homestay sambil membawa tas kecil berisi handuk, air minum, kacamata hitam untuk bergaya dan onderdil gadget kami masing-masing.. lalu berjalan mengikuti mas Edi, tapi sering kali justru kamilah yang berada di barisan depan dan mas Edi di belakang.. saking bersemangatnya kami, sehingga jadi sok tau jalan.. pengecualian untuk diriku yang selalu berada di paling belakang, tak jarang hingga ditunggu oleh teman-temanku.. maklum, kebiasaanku yang tak pernah bisa hilang yaitu sibuk memotret segala hal yang kulihat di sekelillingku, sebisa mungkin tak ada satu pun sudut yang terlewatkan dari pandangan mata dan jepretan kamera dariku..
Berjalan dari homestay, menyusuri sepanjang jalan di tepi pantai, melewati dermaga..
dan.. aku menemukan papan petunjuk jalan.. juga spanduk bertuliskan pari island.. dan ternyata itu adalah spanduk acara kimia farma di Pulau Pari pada bulan Juli lalu.. Tak peduli dengan tulisan tanggal dan perusahaannya, aku meminta teman-temanku untuk berfoto bersama spanduk tersebut, sambil berganti-ganti posisi berdiri dan giliran jadi tukang foto.. ^^
Puas berfoto, kami pun melanjutkan perjalanan.. seperti biasa aku tetap di baris paling belakang.. dan.. kulihat plang besi bertuliskan pulau pari, berikut peraturan-peraturan.. yah.. ternyata disitu toh plang yang aku cari.. tapi sayangnya sudah tak bisa membuang-buang waktu untuk berfoto-foto lagi.. kami harus segera ke pantai jika ingin berenang sebelum sunset.. teman-temanku mengatakan “besok pagi saja”.. ok, akhirnya aku hanya memotret plang-plang tersebut dan juga tanda selamat datang di pulau pari..semuanya ada di dermaga dan bodohnya aku tak memperhatikannya ketika pertama tiba di dermaga pagi tadi.. inilah efek jadi orang ga peka.. banyak yang terlambat disadari.. :(
Kembali menyusuri jalan di tepi pantai, tak jauh setelah melewati dermaga, terlihat pantai dengan beberapa perahu kecil.. siang itu tempat tersebut terlihat bagus, mungkin karena belum terlalu diperhatikan dengan detil.. aku pun memotretnya dari tiga sudut..
lalu aku juga menemukan bambu-bambu tempat menjemur rumput laut yang serupa dengan yang ada di jalan menuju LIPI..
Kemudian terlihat jalan berbelok ke kiri.. dan kami temukan papan kayu yang dipaku di pohon bertuliskan “Pasir Perawan” dan ada tanda panahnya.. kami pun mengikuti papan petunjuk tersebut..
Tak lama kemudian terdengar celetukan dari dua orang temanku yang berjenis kelamin pria.. “Pasir perawan.. brarti khusus buat cewek perawan donk.. wah, brarti kita berdua ga boleh ke
Tak disangka jalan menuju Pantai Pasir Perawan berliku-liku, petunjuknya pun tak jelas.. untung saja ada mas Edi yang memberitahukan arah jalan.. kami melewati rumah-rumah penduduk, hingga akhirnya sampailah di sebuah
Kami pun seketika kegirangan dan terburu-buru berjalan ke pantai itu.. “Wow!!”.. kata-kata itulah yang terus keluar dari mulut kami.. Pantai itu sungguh cantik.. putih bersih dengan air yang biru bening.. tak terlihat ada sampah di sekelilingnya.. dan juga luasss…
Seketika pula, penyakit narsis kami kambuh dan kami pun berebut untuk difoto dengan berbagai
Setelah berfoto-foto dengan berbagai
Tak bisa berenang, dan hanya bisa berendam..
kami pun akhirnya berfoto ria dengan berbagai
Dari foto bersama dengan
maen lumpur pasir…
lalu.. anggap saja luluran..
hingga
dan tak lupa,
Puas (atau bisa dibilang bosan) berendam dan bermain di air, kami pun naik ke darat dan lanjuuutt..bermain pasir.. teman-temanku sibuk menulis-nulis di pasir.. ada yang menggambar, ada yang menuliskan namanya.. dan lagi-lagi tak pernah dengan damai tentram.. slalu saja heboh dan berebut tempat.. haha
Dan akhirnya ada satu gambar tulisan yang merupakan hasil dari kreasi bersama.. kami pun berfoto bersama, dengan posisi menunjuk inisial nama kami masing-masing.. Forever Friends!! ^^
Bosan bermain pasir.. memotret bayangan..
lalu pandangan kami pun tertuju pada perahu yang awalnya diduduki oleh Sarma.. kami bergantian berfoto di
kemudian getek bambu..
berlanjut lagi ke perahu di atas pantai..
lalu ke perahu atau mungkin bisa disebut getek bambu besar yang diduduki Sarma dan Widhagdo..
Capek bermain, kami pun kembali ke pondok tempat duduk.. aku dan Widhagdo kemudian memutuskan untuk ke pantai kecil di seberang pondok.. lagi-lagi aku melakukan kebodohan.. dengan pedenya aku melewati air laut lalu berjalan di atas pantai kecil tersebut yang sejak semula kutahu penuh dengan karang dan sebelumnya aku juga telah merasakan kesakitan ketika melintasinya.. setelah beberapa meter, aku dan Widhagdo baru kemudian tersadar.. gimana kalau kita ambil sandal.. akhirnya kami kembali ke pondok untuk mengambil sandal.. dan kemudian kembali ke pantai kecil tersebut..
Kami bermain-main di pohon-pohon mangrove.. duduk, berdiri, memanjat dan berfoto-foto di antara akar-akarnya.. sambil menunggu matahari terbenam..
Sarma pun datang sambil membawa payung.. unik juga, pikirku.. beberapa kali kufoto dia hingga mendapatkan satu foto terakhir yang tampak seperti foto studio.. hmm.. oke lah.. b^^d
menyusul kemudian datanglah mas Edi.. kami kira dia mencari-cari kami bertiga yang tiba-tiba menghilang.. atau mungkin mau memperingatkan bahwa air mulai pasang dan daerah itu agak berbahaya karena cukup jauh dari pantai pasir perawan, di ujung pantai kecil tadi..
Tapi ternyata mas Edi mau memberitahukan bahwa teman-teman yang lainnya telah kembali ke homestay karena mau nonton film
Waktu menunjukkan hampir jam 4 sore.. bukan karena melihat jam tangan atau jam hp, melainkan aku mengetahuinya karena film
Air semakin pasang, suasana mulai gelap dan matahari mulai tenggelam..
aku sempat melihat yuyu (kepiting kecil) di dekatku, dan ketika kudekati dia langsung lari menyamping dengan capitnya bergaya seperti tangan pangeran bertopengnya sinchan.. keren!! lain kali akan kucoba berenang seperti itu, siapa tau bisa.. hahaha.. lalu kami berempat kembali ke arah pondokan.. namun sebelumnya kami melalui air laut dulu yang ternyata sudah mulai naik.. dan, kami tak jadi naik ke pantai.. memutuskan untuk mencoba berenang, namun ternyata tetap gagal karena airnya masih kurang dalam.. hanya setinggi dada ketika duduk..
Aku pun memanggil temanku yang duduk di pondokan, yang terbukti adalah Tjitra (tebakanku lebih jitu dari Widhagdo..hohoho).. Kami berempat pun memutuskan (lagi) untuk berendam sambil menunggu matahari semakin tenggelam, alias Sunset..
Aku sempat diseret oleh seorang anak perempuan (yang tiba-tiba memegang dan menarik pergelangan tanganku) ke arah kanan pantai.. kecil-kecil tenaganya super besar, ditambah lagi posisiku yang tak mendukung, posisi bersila di dalam air sehingga mudah sekali diseret..sampai sekitar 3 meter barulah dia melepaskan tangannya dariku.. mataku perih terkena air laut..
Lalu aku bergerak ke kiri pantai, berendam sambil ngobrol bersama Tjitra.. Kemudian anak perempuan yang menyeretku tadi datang lagi bersama adik laki-lakinya yang membawa pistol air.. adiknya tersebut lalu menciprat-cipratkan air ke arahku dan Tjitra dengan menggunakan pistol airnya itu.. kami pun berteriak karena mata kami perih.. aku pun sebal dan menyuruh anak itu untuk berhenti, dan dia pun berpindah haluan menyerang Widhagdo.. dannn.. karena tingkah laku Widhagdo cukup konyol, pasti anak laki-laki itu berpikir “kesempatan”, dan semakin menjadi-jadi menciprat-cipratkan air laut ke arah Widhagdo.. Widhagdo pun berlari-lari berkejar-kejaran dengan anak itu..
Pandanganku tertuju ke arah Sarma yang berada di dekat Widhagdo, dia tidak diganggu si anak kecil.. kata Tjitra “Itulah pembawaan guru pasti terasa, anak-anak itu pasti tak akan berani”.. kira-kira begitulah katanya..
Dan kemudian anak laki-laki itu berhenti bermain, ternyata usut punya usut, dia berhenti setelah Widhagdo tiba-tiba menunjukkan ekspresi seriusnya “Dek, sudah ya main-mainnya” kalau aku tak salah ingat kata-katanya.. ternyata Widhagdo pun bisa serius.. :p
Sementara itu si anak perempuan yang tadi menyeretku mendekatiku dan berendam di depanku dan Tjitra.. dia menanyakan umur kami berdua dan dia menebak “pasti 11-12
Saat itu arus air semakin kencang hingga banyak akar mangrove yang hanyut melewati kami, suhu air yang tadinya hangat menjadi dingin.. angin juga semakin dingin dan kencang..
Matahari semakin tenggelam.. warna langit pun semakin oranye..
lalu aku dan Tjitra memutuskan untuk naik ke pantai untuk mengambil kamera.. dan ternyata, begitu aku naik ke pantai… brrrrr..anginnya sungguh kencang, dinginnya luar biasa.. seketika aku langsung menggigil.. sambil bergetar tubuhku, aku terburu-buru mengambil pakaian dan langsung kupakai merangkapi pakaian renangku, begitu pula dengan celana pendekku.. kulihat Tjitra juga kedinginan.. badanku pun masih bergetar, dan kurogoh kantong plastik yang kami bawa, berusaha mencari sesuatu yang bisa menghangatkan badanku.. dan kutemukan handuk berwarna biru tua yang ternyata milik Widhagdo.. akhirnya kupakai handuk itu sebagai selimut setelah dipakai Widhagdo untuk mengeringkan tubuhnya.. brrr.. aku benci kedinginan!!!
Langit pun semakin memerah.. Sunset semakin jelas.. dan kami pun berfoto-foto bersama cahaya sunset.. karena kedinginan, aku jadi malas berfoto apalagi bergaya.. sedangkan teman-temanku yang lain bergaya lucu-lucu ketika difoto..tak apalah asal mereka gembira, aku sudah senang..hehe
Wow Pasir Perawan putih banget ya. Foto bayangan kalian juga lucu. Eh berenangnya sampai berapa jauh tuh? Muka udah pada kusut luluran pasir wkwkwk bawa pulang yuyu ga Ge? Mau megang...
ReplyDeleteberenangnya ada 10 m mungkin, tp ttp dangkal.. hehe.. yuyunya susah ditangkep.. >.<
ReplyDelete