Eight Below

Eight Below

The Real World Adventurer..

"In this life, only the fool who always start the questions of life, moreover start their life mission and purpose of money. And once beginner ask where they get money, then they will be shackled by the constraints/obstacles. And almost certainly the answer is simply no money, can not and will not be" (Rhenald Kasali - Professor of University of Indonesia)

Friday, September 9, 2011

Trip to Pari Island at Thousand Island..Part 5

Day 2: Bukit Matahari

Waktu menunjukkan jam 5 pagi dan kuintip ke belakang rumah, matahari masih belum terbit.. suasana di sekitar pantai masih gelap.. Lalu Widhagdo bangun.. disusul oleh Tjitra.. kemudian Widhagdo langsung pergi keluar, mau ke Bukit Matahari, katanya kalau tidak ditungguin nanti ga kelihatan sunrisenya.. Aku bersiap-siap terlebih dulu, ke kamar mandi untuk cuci muka dan gosok gigi.. disusul Tjitra dan Evelyn..

Kulihat ke luar rumah, suasana sudah mulai sedikit terang.. lalu aku dan Davin pergi ke Bukit Matahari.. Suasana masih agak gelap.. udara pagi itu tak begitu dingin, masih lebih dingin di Jakarta.. suara deburan ombak terdengar jelas dan hembusan angin laut malam hari masih terasa..

Di deretan pepohonan Bukit Matahari, kulihat ke kanan kiri sambil bertanya kepada Davin, dimanakah Widhagdo.. dan tak lama kemudian muncullah dia dari arah tebing batu di ujung Bukit Matahari.. kata Widhagdo, Sunrisenya tak kelihatan, mendung tampaknya.. sedikit kecewa namun tetap berharap, aku dan Davin meneruskan perjalanan ke tebing di ujung Bukit Matahari.. dan Widhagdo ke arah yang berlawanan..

Di Bukit Matahari suasana masih gelap.. matahari pun belum tampak.. hanya terlihat cahaya kuning keoranyean dari lampu-lampu di dermaga..

Kulihat Widhagdo di seberang Bukit Matahari, di dermaga sedang mencari-cari sesuatu, kemudian turun ke balik jalan dan menghilang entah kemana.. kemudian Tjitra dan Evelyn menyusul aku dan Davin.. kami pun berjongkok di tepi tebing menghadap jalur dermaga tempat Widhagdo tadi menghilang sambil mengharapkan Sunrise segera muncul..

Beberapa saat kami menunggu, matahari tak muncul juga, hanya terlihat semburan warna merah di langit..

dan kami terus menunggu hingga suasana semakin terang.. Namun, matahari itu tak juga tampak.. Lalu Sarma datang dan kami pun hanya berjongkok diam ataupun berjalan mondar-mandir menikmati pemandangan di sekeliling kami.. dari tebing itu kami bisa melihat jelas pantai di belakang homestay kami, dermaga, hingga ke laut lepas..

Lalu kami memutuskan untuk kembali ke homestay untuk makan pagi dan bersiap-siap untuk snorkeling.. dalam perjalanan menuju homestay, kami melihat deretan pohon di Bukit Matahari ternyata keren juga, tampak seperti hutan Evergreen di Jepang, dan kami pun berfoto di sana..

Dan kemudian kami pun kembali ke homestay..


Pagi hari di Homestay..

Tiba di homestay, belum tampak batang hidungnya si Widhagdo.. entah menghilang kemana anak itu.. kami juga melihat Synthia masih tidur.. dan tak lama kemudian dia bangun, mungkin karena mendengar kegaduhan kami.. lalu Widhagdo pun datang..

Pak Udin pun datang menanyakan soal snorkeling, dan kubilang setelah makan pagi sekitar jam 8.. dan beliau bilang bahwa sedang dimasakkan nasi goreng, dan kami pun memprotes bahwa kami tak memesan makan pagi..

Lapar tak tertahankan dan kami pun sibuk membuat pop mie.. Aku sudah janji mau membagikan pop mie ku pada Sarma karena dia tidak bawa, dan aku punya persediaan lebih (membawa 3 pop mie untuk 2 kali makan pagi).. saat mau kuberikan, tak kulihat Sarma di dalam homestay, dan ternyata dia sedang duduk di panggung kayu di bawah pohon sukun sambil memandang ke arah pantai (lagi).. kupanggil dia dan kami pun makan pop mie beramai-ramai.. Terasa masih lapar, aku dan Tjitra berbagi pop mie goreng yang kudapat dari Widhagdo..mayan.. ^^

Makan pagi selesai, datanglah mas-mas membawa gerobak berisi peralatan snorkeling.. kami pun memilih life-jacket dan sepatu katak yang sesuai dengan ukuran kami masing-masing.. satu kaki katak sempat tertukar pasangannya dengan yang disewa oleh anak-anak pecinta alam di homestay sebelah.. kami mendapat pengarahan dari Pak Udin, berhubung snorkel kami lebih canggih dari yang pernah kami gunakan ketika snorkeling di Pulau Tidung, yaitu mempunyai semacam katup untuk mengeluarkan air jika ditiup..canggih, tapi aku tak yakin akan terpikir menggunakannya ketika bersnorkeling..

Semuanya sudah siap, perlengkapan yang dibutuhkan dan akan dibawa juga telah dipersiapkan, tapi panggilan untuk ke kapal tak kunjung datang.. menurut informasi sebelumnya dari Pak Udin, kapal kecil untuk snorkeling sudah habis tersewa dan sebagai gantinya kami akan diberi kapal besar yang biasanya dipakai untuk memancing.. tentunya dengan harga tetap sama.. wah, untung, pikirku.. kapal untuk mancing kan mahal, harga sewanya sehari di atas 1 juta.. hanya dengan membayar harga standar kapal snorkeling, yaitu 350 ribu, kami berhak menggunakan kapal mancing itu..asyiikkk…


Saatnya untuk Snorkeling..

Akhirnya panggilan untuk pergi ke kapal pun tiba, saat itu sekitar jam setengah 9.. agak mundur dari jadwal semula.. Kami pun pergi ke kapal dan dengan gembira saling berebut tempat..

Kapal itu agak berbeda dari kapal yang biasa dipakai snorkeling.. kapal snorkeling mesinnya ada di bawah dan dikendalikan dengan semacam besi kontrol di atas mesin.. sedangkan kapal mancing ini memiliki tempat nahkoda di bagian tengahnya.. setengah dari rombongan kami duduk di belakang ruang nahkoda, dan sebagian lagi di depan.. kami yang di depan yang menguasai kamera, sehingga kami pun berfoto ria.. :D

Selama perjalanan menuju tempat snorkeling, yang kuketahui dari mas Edi berada di dekat Pulau tikus, sebagian besar dari kami tertidur.. mungkin hanya aku yang tetap bertahan melek sampai akhir perjalanan..

Aku duduk di bagian paling depan kapal, di belakang bapak yang menjaga di ujung kapal (yang biasanya menyalakan mesin dan menaikkan serta menurunkan jangkar, juga mengatur untuk berlabuh maupun berlayar).. dari posisi dudukku itu terasa sinar matahari sungguh menyengat, begitu pula dengan angin laut yang sepoi-sepoi agak kencang.. Aku menikmati setiap detik di kapal itu, melewati beberapa pulau, sambil berbincang-bincang dengan mas Edi dan menanyakan pulau-pulau yang kami lalui itu..

Tempat snorkeling kami yaitu di spot Bintang Rama.. awalnya aku memperoleh info dari mbah Google kalau ada 4 spot snorkeling.. namun ternyata hanya satu yang boleh dijelajahi.. sedangkan spot paling menarik, yaitu yang terdapat kapal karam di dasarnya tidak diijinkan untuk snorkeling di sana karena katanya berbahaya.. di kapal karam itu bersembunyi seekor ikan yang kutahu dari Google namanya adalah Giant Travelly, namun kata Pak Udin ikan itu disebut dengan kerapu, tetapi ukurannya sebesar pohon pisang.. wow!! Seru juga jika bisa melihat ikan itu.. konon katanya ikan itu sering menyedot air, sehingga segala yang ada di sekelilingnya pun ikut tersedot.. katanya kalau diving bisa melihat ikan itu dengan jelas, dan tak jarang juga yang bisa bertemu dengan ikan hiu.. Aku berpikir, lain kali harus dicoba diving, seru tuh..

Karena aku tak melihat jam, maka aku tak begitu tau berapa lama perjalanan laut kami dari Pulau Pari hingga Pulau Tikus.. tapi perkiraanku adalah sekitar setengah jam..Tampak dari kejauhan Pulau Tikus.. namanya saja Tikus, jadi ukurannya juga tak mungkin besar..

Kami sempat melewati Pulau Payung.. Terlihat dari kejauhan Pulau Payung di sisi kiri kapal dan Pulau Tikus di sisi kanan.. Pulau Payung mengingatkanku pada kenangan setahun lalu ketika aku berkunjung ke Pulau Tidung dan bersnorkeling di dekat Pulau itu.. kangen juga saat-saat itu.. :) kata mas Edi dari Pulau Pari ke Pulau Tidung memerlukan waktu sekitar sejam.. ahh, kalau saja dekat, aku pasti mau mampir ke Pulau itu lagi..

Untuk mencapai spot snorkeling bintang rama, kapal kami harus memutar dari sisi kiri Pulau Tikus dikarenakan kapal kami yang berukuran lebih besar ini tak bisa memotong jalur di perairan dangkal di sekitar Pulau Tikus itu.. kami pun memutar, dan ketika itu terlihat kapal lain menyusul kami dari kejauhan.. ternyata itu adalah rombongan homestay tetangga, bersama Pak Udin yang mendampingi mereka..


Spot Bintang Rama..

Kami pun tiba di spot bintang rama, namun sempat kelewatan sehingga harus memutar balik.. Nahkodanya tidak hafal posisi tepatnya spot Bintang Rama itu sehingga diarahkan oleh mas Edi dan bapak yang menjaga jangkar, namun dengan istilah kelautan yang tak kupahami..

Kapal berhenti, jangkar sudah diturunkan.. kapal homestay tetangga pun juga sudah tiba.. kami pun bergegas menggunakan peralatan snorkeling kami dan menceburkan diri bergantian satu per satu..

Sarma giliran kedua, dan ternyata dia belum pernah snorkeling sehingga kesulitan menggunakan kaki katak dan kacamata snorkelnya itu.. akhirnya dia didampingi Widhagdo.. lebih tepatnya menyangkutkan diri pada life-jacket Widhagdo, sehingga kemanapun Widhagdo pergi, dia pun ikut terseret.. :p

Lalu tiba giliranku untuk turun dari kapal.. aku sempat berenang berputar-putar sebentar, namun entah mengapa rasanya dingin sekali dan aku mulai menggigil.. dan aku pun bergegas kembali naik ke kapal.. tubuhku tak sehat.. itu yang kurasakan.. selama 2 hari sebelum berangkat ke Pulau Pari aku memang sakit demam, dan ternyata masih belum benar-benar sembuh.. Aku kecewa ketika tau bahwa tubuhku ini tak sanggup untuk meneruskan snorkeling.. kutunggu beberapa saat untuk menghangatkan badan dan kuputuskan untuk turun dari kapal untuk membiasakan diri dengan air.. aku pun bergantung di tangga kapal tanpa menggunakan kaki katak dan kacamata snorkeling, sengaja mencelup-celupkan diri.. dan lama kelamaan air terasa lebih hangat, lalu akupun bersnorkeling walau tanpa kaki katak dan hanya terkadang saja menggunakan kacamata snorkel..

Agak kecewa karena terumbu karangnya tak secantik yang di foto mbah Google.. mirip dengan di Pulau Payung.. namun setelah kuperhatikan, ada beberapa spot yang lebih cantik dan di spot ini lebih banyak ikan yang juga lebih cantik..Tak lama bersnorkeling, setelah memotret dan merekam video underwater, aku melepaskan kacamata snorkelingku dan memilih untuk berenang saja keliling-keliling..

Lalu terjadilah perebutan giliran untuk difoto underwater.. teman-temanku bergantian melepaskan life-jacket dan kaki katak.. bergiliran difoto di bawah air hanya dengan menggunakan kacamata snorkel.. karena kalau tidak pakai itu, air laut membuat mata perih dan apalagi jika masuk ke hidung, membuat hidung terasa perih sekali sampai ke ubun-ubun rasanya..

Aku juga ingin difoto underwater, namun aku takut tenggelam.. aku bisa berenang tapi aku suka tiba-tiba gugup sehingga gaya berenangku pun menjadi berantakan.. Tapi pada akhirnya aku didampingi oleh Pak Udin.. aku melepaskan life-jacketku segera setelah berhasil berdiri di atas terumbu karang.. dan berenang ke arah Widhagdo ketika dia sudah siap dengan kamera underwaternya.. tak lama setelah aku berenang, Pak Udin langsung memegang tanganku dan Widhagdo berenang ke arahku dan menggendongku mendekati Pak Udin.. lalu aku pun memasang life-jacketku lagi di tangga kapal (masih terendam di air laut), dibantu oleh Pak Udin..

Selama di spot itu, kulihat anak-anak homestay tetangga bersnorkeling hingga ke daerah di sekitar kapalku.. lalu aku juga mencoba berenang menggunakan kacamata renang milik Davin.. jelas juga karena ada minusnya.. namun sempat kacamata itu longgar, karena ukuran kepala Davin lebih besar dari kepalaku, hingga mataku perih terkena air laut.. dan, ketika menggunakan kacamata itu aku harus menahan nafas karena tidak ada selang snorkelnya..

Waktu yang tersisa sebelum jam makan siang kuhabiskan berenang berputar-putar.. bersama Sarma yang asyik bermain-main dengan ban biru yang memiliki ekor yang panjang (tali yang biasa disangkutkan ke kapal) hingga berkali-kali tersangkut ke tubuhku dan teman-teman yang lainnya..

Yang paling cepat naik ke kapal adalah Tjitra.. dia sempat muntah, mungkin sedang kurang sehat.. atau mungkin juga karena dia mudah lelah..

Waktu sudah mendekati jam makan siang, dan kami pun naik ke kapal.. begitu pula dengan anak-anak homestay tetangga.. ketika semua sudah naik ke kapal, baru disadari bahwa hanya Davin yang belum berfoto ketika bersnorkeling.. tak ada fotonya satupun, apalagi foto underwaternya.. dan kutawarkan Davin untuk turun lagi, aku yang akan memotretnya, namun dia tidak mau.. tubuhnya sudah mulai berbintik-bintik merah.. mungkin saja agak alergi dengan air laut..

Lalu kapalpun menarik tangga dan jangkarnya naik ke atas.. mesin dinyalakan dan perlahan-lahan kapal kami berlayar lagi.. ketika itu aku dan Sarma duduk di ujung depan kapal sambil menikmati pemandangan dan udara laut.. sambil mengeringkan tubuh juga..

Ternyata, jika diperhatikan.. suasana spot snorkeling itu indah juga.. dari atas kapal terlihat indahnya gugusan terumbu karang di bawahnya.. ^^

Awalnya aku merencanakan untuk makan siang di kapal agar bisa berpetualang seharian penuh ke pulau-pulau di sekeliling Pulau Pari.. namun ternyata makan siangnya lupa disediakan.. :( Akhirnya kami hanya punya waktu tersisa, sebelum makan siang, berkunjung ke Pulau Tikus..

1 comment: