Eight Below

Eight Below

The Real World Adventurer..

"In this life, only the fool who always start the questions of life, moreover start their life mission and purpose of money. And once beginner ask where they get money, then they will be shackled by the constraints/obstacles. And almost certainly the answer is simply no money, can not and will not be" (Rhenald Kasali - Professor of University of Indonesia)

Monday, November 16, 2009

Menelusuri Desa Tangkil Sari-Ujung Kulon - Lingkungan (1)


Minggu, 15-03-2009 08:18:06

oleh: Gracia Emerentiana

Kanal: Gaya Hidup

www.wikimu.com


Tidak jauh dari Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon, terdapat sebuah desa bernama "Desa Tangkil Sari". Desa ini terletak di Kecamatan Cimanggu, di Kabupaten Pandeglang, Banten. Di sanalah saya melaksanakan Kuliah Usaha Mandiri-Ilmu Teknologi Terapan (KUM-ITT) selama 14 hari penuh. Mengapa dinamakan dengan "Desa Tangkil Sari?" karena di desa ini banyak sekali terdapat "tangkil" (=melinjo). Tangkil ini dijadikan konsumsi utama masyarakat di desa ini. Ada yang dijadikan emping dan ada pula yang ditumis beserta kulitnya. Selain tangkil, di desa ini kita bisa memperoleh cumi-cumi dengan ukuran luar biasa besar (sebesar lengan tangan) dengan harga murah..

Kondisi alamnya yang masih asri, banyak pepohonan dan udaranya cukup dingin. Namun pada siang hari sinar mentari bersinar sangat terik yang menyebabkan kulit saya terbakar.. mungkin karena tidak jauh dari pantai, biarpun desa ini letaknya di pegunungan.

Berjalan-jalan melewati hutan-hutan di belakang basecamp saya, menelusuri jalan setapak akhirnya saya menemukan bentangan sawah yang sangat luas dan indah, sayangnya mengalami kekeringan.. dari sana saya bisa melihat laut dan gunung..

Betapa senangnya saya menjumpai pemandangan yang tidak bisa saya lihat di kota...

Untuk dapat sampai ke Desa Tangkil Sari memerlukan waktu perjalanan sekitar 4 jam dari Grogol, itupun bila menggunakan bis pribadi. Jika tidak, memerlukan waktu yang tentunya lebih lama.

Sesampainya di Desa Tangkil Sari, saya bersama teman-teman merapikan barang bawaan kami di Basecamp kami, yaitu rumah mertua sekretaris desa (basecamp putri) dan rumah sekretaris desa (basecamp putra) , dimana lokasinya depan-depanan. Kondisi rumahnya sangat sederhana. Basecamp putri memiliki pagar pendek yang terbuat dari kayu, lahan pekarangan rumah tidak digunakan, hanya tanah kosong yang tidak ditanami tanaman-tanaman atau rumput penghias taman. Sebagian besar lahan pekarangan rumah warga Desa Tangkil Sari memang terbengkalai, padahal tanahnya masih cukup subur dan dapat dimanfaatkan.

Selain itu, saya melihat kondisi rumah yang masih kurang sehat karena kurangnya ventilasi sehingga lembab. Ketika menginap di sana saya sering sekali terserang sesak napas dan sakit kepala, namun ketika berada di luar rumah, kondisi tubuh saya fresh-fresh saja.

Kondisi kamar mandinya juga kurang sehat, karena gelap dan tidak tersedianya sistem penyaluran air yang baik. Air kotor hanya dibuang begitu saja dan diresapkan ke tanah. Hal ini dapat menyebabkan pencemaran tanah. Namun ada beberapa rumah yang sudah mulai menggunakan septic tank. Selain itu, kualitas air yang biasa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari buruk (keruh). Hal tersebut yang mengakibatkan warga di desa ini sering sekali terkena berbagai macam penyakit, terutama penyakit pencernaan, seperti diare.Oleh karena itu, kami mengajarkan kepada mereka bagaimana membuat filter air, sehingga air yang akan dikonsumsi lebih layak dan sehat.

Banyak sekali hal yang kami temukan di sana yang dapat kami jadikan bahan untuk proyek pengembangan desa yang waktu itu kami laksanakan, seperti kondisi lingkungan desa yang kurang sehat dengan sistem pembuangan sampah yang tidak teratur dan juga tidak tersedianya tempat sampah yang memadai serta program pengolahan sampah yang kurang terlaksana. Warga Desa Tangkil Sari terbiasa membuang sampah di pekarangan belakang rumah mereka. Padahal sampah-sampah mereka sebagian besar merupakan bahan organik dan dapat diolah menjadi pupuk.

Warga Desa Tangkil Sari sebagian besar bermata pencahariaan sebagai petani. Dari hasil bertani tersebut, dihasilkan banyak sekam (kulit padi), namun tidak dimanfaatkan, ditimbun hingga menyerupai gunung, dan dibakar begitu saja, padahal kulit padi tersebut juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan pupuk.

Warga desa Tangkil Sari biasa memasak menggunakan tungku, namun tungku tersebut tidak dilengkapi dengan cerobong asap, sehingga ketika memasak, asap mengepul begitu saja di dalam rumah yang mengakibatkan dinding rumah mereka menjadi hitam. Waktu itu kami memberikan solusi pengembangan tungku yang biasa mereka pakai, dilengkapi dengan cerobong asap, dinamakan "Tungku Lorena". Dengan adanya cerobong asap, asap dialirkan ke luar rumah, sehingga udara di dalam rumah lebih bersih dan dinding-dinding rumah juga tidak menjadi hitam karena asap.



No comments:

Post a Comment