Eight Below

Eight Below

The Real World Adventurer..

"In this life, only the fool who always start the questions of life, moreover start their life mission and purpose of money. And once beginner ask where they get money, then they will be shackled by the constraints/obstacles. And almost certainly the answer is simply no money, can not and will not be" (Rhenald Kasali - Professor of University of Indonesia)

Friday, February 5, 2010

HASIL INTERVIEW DENGAN PEMUDA BUDDHIST


30 April 2009

Interview with:

Joko Hermanto

(Yang Shen Yi)

Perwakilan Mahasiswa Buddhist, Pengurus Unit Kegiatan Kerohanian Buddha (UKKB), Trisakti School of Management (STIE Trisakti)

Aliran Buddha: Tantrayana


Berdasarkan interview yang saya laksanakan pada hari Kamis, 30 April 2009 di Sekretariat Unit Kerohanian Katolik Trisakti (UKKT), Universitas Trisakti, berikut ini merupakan informasi yang saya peroleh mengenai Buddhisme:

Ketika ditanya mengenai ‘Mengapa umat Buddha tidak mau open/memunculkan diri ke masyarakat, terutama dalam bidang politik?,” menurut Joko mereka kemungkinan ingin menjaga image dan tidak mau terlalu ikut campur masalah politik.

Mengenai relasi dengan sesama yang berbeda agama, dalam ajaran mereka tidak dipermasalahkan, berteman dengan yang berbeda agama diperbolehkan, begitu pula dengan mempelajari agama lain pun boleh, kecuali untuk menganut agama maupun aliran lebih dari satu barulah tidak diperbolehkan. Umat Buddha cukup toleran dengan agama lain, tidak ada masalah. Joko sendiri sejak kecil bersekolah di sekolah Katolik dan aktif di kelompok koor sekolah, serta pernah menjadi simpatisan Katolik hanya untuk mempelajari agama Katolik (karena ketertarikan dan keingintahuannya), dan hal tersebut tidak dilarang dalam ajaran Buddha sendiri.

Berkaitan dengan kasus Buddha Bar yang saat ini masih marak dibicarakan, Joko berpendapat bahwa kemungkinan didirikannya Bar dengan menggunakan nama Buddha tersebut sebenarnya hanya ingin mengambil unsur “unik” dari pernak-pernik Buddha, terlihat dari patung-patung Buddha dan juga suasana ruang makannya yang dibuat remang-remang dan banyak lampion seperti di vihara, namun yang tidak bisa ditoleransi adalah disana terdapat tempat sampah yang berbentuk kepala Buddha terbalik, hal tersebut tidaklah sopan dan menghina Buddha itu sendiri. Demikian pula, dengan kondisi Bar di lantai atas yang tidak jelas digunakan untuk kegiatan apa saja (bisa saja untuk penjualan minuman keras, dugem, dll). Dari informasi yang saya peroleh di internet, dikatakan bahwa umat Buddha tidak ingin mempolitisi kasus Buddha Bar, menurut Joko umat Buddha sendiri sebenarnya tidak setuju dengan didirikannya Buddha Bar, namun tidak mau dipolitisi karena “Kalau mau protes juga percuma, apa akan digubris?,” tutur Joko.

Aliran Buddha yang dianut Joko merupakan aliran Tantrayana. Aliran tersebut asalnya dari Tibet dan Mandarin, bedanya dengan aliran Buddha yang lain yaitu aliran ini tidak menggunakan mantra, “Ajarannya mengenai kebenaran dan kebajikan yang isinya kurang lebih mirip dengan 10 Perintah Allah dalam agama Katolik,” ungkapnya.

Berbeda dengan aliran Theravada yang berasal dari Thailand, ajarannya yaitu “Pancasila 5”, yang isinya seperti tidak boleh berbohong, dll.

Umat Buddha yang biasanya vegetarian yaitu berasal dari aliran Maitreya. Maitreya sendiri merupakan campuran dari banyak sekte Buddha, Joko sendiri berpendapat bahwa ajaran di aliran Maitreya banyak yang tidak masuk akal, banyak yang aneh.

Buddha terdiri dari banyak sekte / aliran (sekitar 18 aliran), hal tersebut ada yang bilang menimbulkan kasus kesensitifan antar aliran, menurut Joko hal tersebut sebenarnya tergantung mindset setiap orang yang berbeda-beda, kalau untuk Joko sendiri tidak ada masalah, biasa-biasa saja.

Yang menjadi dasar dari ajaran agama Buddha secara umum yaitu “berbuat Kebajikan dan Kebenaran”. Berbuat kebajikan yaitu dengan menolong sesama yang kesusahan. Secara massal, kegiatan yang biasa dilakukan oleh umat Buddha berupa: baksos (ke daerah korban bencana alam, panti asuhan, panti jompo, dll), kerja bakti membersihkan Vihara, membersihkan patung Buddha, menyapu kuburan, dan juga mengadakan acara donor darah. Secara individu / pribadi masing-masing, biasanya melakukan meditasi untuk olah batin.

Berkaitan dengan pemimpin agama, ternyata dalam agama Buddha itu sendiri berbeda-beda untuk setiap alirannya. Untuk Tantrayana, biksunya boleh menikah dan penganutnya boleh makan apa saja (karena ada aliran yang tidak boleh makan sapi – untuk penganut yang menyembah dewi Quan In, dan ada pula yang vegetarian – untuk penganut aliran Maitreya), ada struktur tingkatan pemimpin agamanya (tingkatan di atas Biksu disebut dengan Bhante, dan di atas Bhante masih ada lagi). Pada Theravada, biksunya tidak boleh bersentuhan dengan wanita dan tidak diperbolehkan makan lewat dari jam 12 siang (untuk alasannya mengapa seperti itu, kata Joko coba tanyakan ke biksu saja langsung karena dia sendiri tidak tahu alasannya, begitu pula dengan pertanyaan ‘Mengapa biksu harus botak?’ dan ‘Mengapa ada tanda titik sebanyak 6 buah di kepala biksu?,’ Joko pun tidak tahu mengapa). Berbeda dengan Maitreya yang tidak memiliki biksu.

Dalam ajaran Buddha, yang paling dominan adalah kepercayaan mengenai “Reinkarnasi” dan “Kharma”. Joko bercerita bahwa ada yang disebut dengan Dewa Tanah, dimana Dewa ini yang mempunyai kuasa untuk memberikan surat ijin kepada arwah-arwah yang ingin balas dendam karena mati dibunuh. Kharma yang paling parah / berat yaitu untuk orang-orang yang membunuh orang tuanya maupun bunuh diri. Ada yang dinamakan Dewa Neraka, dimana Dewa ini memegang “Jadwal kematian”. Untuk orang-orang yang mati karena bunuh diri akan mendapat hukuman berupa harus melakukan bunuh diri setiap harinya hingga dosanya tertebus. Jika mati karena dibunuh orang, bisa balas dendam dan bisa didoakan agar arwahnya bisa bereinkarnasi. “Berbeda dengan Hitler yang berada di neraka lapis 18, yang dihukum penggal kepala setiap harinya,” kata Joko berdasarkan kesaksian pemimpin alirannya yang disebutnya “Guru” yang pernah mendapat kesempatan melihat suasana di neraka. Demikian pula dengan orang-orang yang sering melakukan “potong daging”, hukumannya juga berat. “Ada orang yang pekerjaannya tukang potong babi, tangannya menjadi seperti babi,” ungkapnya.

Dalam agama Buddha dikenal sebutan Bodhisattva, yaitu jenjang satu tingkat di bawah Buddha, dimana Buddha merupakan jenjang yang paling tinggi. Kita pun bisa menjadi Bodhisattva, syaratnya yaitu harus reinkarnasi terlebih dahulu menjadi laki-laki baru kemudian bisa menjadi Bodhisattva. Alasannya yaitu laki-laki “Chi”nya lebih kuat sehingga tidak mudah kerasukan.

Surga sendiri menurut kepercayaan mereka terdiri dari banyak lapis (lebih dari 18 lapis), seperti yang selama ini kita lihat di film-film cina. Jika banyak berbuat baik, maka akan semakin naik ke lapis atas, seperti Mother Teresa yang kata Gurunya sudah ada di lapis 10 ke atas. Untuk neraka juga terdiri dari berlapis-lapis, yaitu sebanyak 18 lapis. Untuk yang telah sampai ke lapis paling atas surga bisa menjadi manusia, dan biasanya bentuk reinkarnasinya yaitu orang-orang yang besar yang kaya maupun sukses seperti Bill Clinton yang konon katanya dulu adalah Bodhisattva.

Bencana Tsunami di Aceh katanya merupakan bentuk kharma massal, yaitu kharma dari banyak orang yang menumpuk menjadi satu sekaligus dan dibendung, tanda-tandanya terlihat dari awan hitam di sekitar Asia Tenggara.

Joko juga menceritakan mengenai “Master Lu Shen Yen” yang bisa membaca koran 20 ribu tahun ke depan dan 20 ribu tahun ke belakang. Satu tahun di bumi sama dengan beberapa puluh tahun di langit (akhirat). Master Lu Shen Yen banyak meramalkan mengenai masa depan, dan dari ramalannya tersebut banyak yang telah terwujud/menjadi nyata seperti ramalan mengenai akan munculnya aliran Buddha baru yaitu Maitreya, bencana Tsunami dan kereta api magnet yang kini sudah ada di Jerman. Master Lu Shen Yen juga meramalkan mengenai munculnya mobil terbang yang menggunakan kekuatan magnet positif dan negatif. Begitu pula mengenai kehidupan di luar angkasa yang katanya ada namun jaraknya ribuan tahun cahaya dari bumi, begitu pula dengan UFO yang hanya terlihat seperti sinar yang lewat dengan kecepatan sangat tinggi (ribuan tahun cahaya) yang katanya jika kita melihatnya bisa mati. Namun, beberapa ramalan tersebut masih belum terbukti nyata.

Pada agama Buddha juga ada perbedaan mengenai cara memasang hio, ada yang dalam keadaan masih terbakar dan menyala, ada pula yang sudah ditiup terlebih dahulu hingga hanya tersisa bunga api dan asapnya saja baru diletakkan di tempat hio.

Dalam agama Buddha ada kebiasaan untuk melakukan kremasi kepada orang yang sudah meninggal, menurut Joko dengan kremasi lebih bersih karena jenasahnya bebas dari belatung dan tidak membusuk. Untuk pemakaman ada juga yang melaksanakan, tetapi pelaksanaannya tergantung HongSui. Konon katanya jika menguburkan jenasah ketika HongSuinya jelek, maka jenasah tersebut akan menjadi vampir, dan tidak baik untuk keluarganya. Yang dimaksud dengan vampir disini tidak seperti vampir seperti di film-film yang bisa dipelihara dan juga hidup, namun hanya merupakan jenasah yang rambut, gigi/taring dan kukunya memanjang serta menjadi awet (tubuhnya tidak dapat membusuk maupun hancur). Vampir dalam film-film Cina sebenarnya hanya merupakan wujud dari para bangsawan Cina jaman dahulu kala.

Dulu pernah ada sebuah film yang bercerita mengenai raja kera Shun Go Khong, bersama dengan temannya siluman babi Chi Pat Khai dan juga Biksu Thong Sham Chong. Konon katanya sebenarnya itu ada, begitu pula dengan siluman. Siluman itu memang ada namun tidak serumit yang digambarkan dalam film Shun Go Khong. Siluman merupakan setan maupun jin yang tidak bisa reinkarnasi, tingkatannya lebih di atas daripada setan maupun jin.

Menurut kepercayaan mereka, manusia ketika meninggal rohnya tidak menyadari bahwa dirinya telah meninggal, hal ini terjadi dalam selang waktu hingga 7 sampai 49 hari setelah orang tersebut meninggal, jadi mereka yang baru meninggal merasa seperti sedang mimpi.

Selain itu, ada juga kepercayaan jika untuk orang yang baru meninggal, jika kakinya terlebih dulu yang menjadi dingin, maka arwah orang tersebut langsung naik ke surga. Berbeda dengan yang kepalanya terlebih dahulu yang menjadi dingin, beban dosanya berat, maka akan disiksa di neraka. Begitu pula dengan “Pikiran yang pertama muncul” di pikiran orang yang akan meninggal sesaat kemudian, akan menentukan apakah rohnya akan senang atau tidak. Contohnya untuk orang yang terpikir mengenai masa kecilnya sesaat sebelum dia meninggal, berarti arwah orang tersebut akan senang. “Jika orang baru meninggal, jangan langsung diangkat jenasahnya karena rohnya masih di tubuh jenasah tersebut (tidak langsung lepas),” tutur Joko. Orang yang sudah meninggal akan terbebas dari segala kekurangan seperti penyakit maupun cacat yang dideritanya selama hidupnya.

Setan ada dua macam, ada yang baik dan jahat. Setan yang jahat bisa jadi baik jika arwahnya ditolong. Ada yang disebut dengan “Pasukan 108” yang terdiri dari 108 arwah yang bertugas membasmi setan-setan jahat. Untuk orang yang meninggal lewat dari jam 12 malam bisa bahaya, karena akan menjadi setan jahat seperti setan yang berbaju merah. Mahoma, dikenal sebagai mantra/doa untuk mendoakan arwah-arwah yang meninggal dengan tragis sekaligus memperbaiki bagian tubuh yang rusak (seperti menjahit kepala yang putus, memperbaiki kepala yang hancur, dll). Arwah-arwah tersebut juga didoakan dengan sembahyang Matria.

Seperti dapat kita lihat di film-film Cina, ketika ada yang meninggal biasanya akan dilakukan pembakaran materi (seperti rumah, mobil, dll yang terbuat dari kertas), menurut Joko hal tersebut berpengaruh atau tidak itu tergantung, sebenarnya bakar-bakaran itu hanya mengikuti permintaan terakhir orang yang sudah meninggal tersebut agar arwahnya tenang, karena ada banyak kejadian ketika permintaan terakhir orang yang meninggal tersebut tidak dipenuhi maka orang yang berkaitan dihantui melalui mimpi, istilahnya “bocengli” atau tidak tahu balas budi, dan percaya tidak percaya barang yang dibakar tersebut bisa diterima di sana, karena ketika permintaan terakhirnya terpenuhi tidak ada yang menghantui lagi.

Menjawab kasus yang ditanyakan oleh teman saya Richard, dimana ada suami istri yang meninggal dengan sakit yang sama secara tiba-tiba dengan waktu yang berbeda namun berdekatan, Joko mengemukakan bahwa hal tersebut bisa terjadi ketika arwah orang yang baru meninggal tersebut menarik atau mengajak istri/suaminya yang masih hidup untuk ikut bersamanya, maka beberapa waktu setelahnya, orang yang masih hidup tersebut akan mengalami sakit yang sama dengan istri/suaminya yang belum begitu lama meninggal tersebut.

Membahas kembali mengenai masalah neraka, di neraka seperti di dunia, ada yang menjadi kuli, dll. Pada neraka lapisan atas, siksaan yang ada di dalamnya tidak separah seperti di neraka lapisan bawah, yaitu hanya seperti siksaan untuk bekerja keras menjadi kuli, makanan yang ada terasa hambar, dan warna-warna yang ada di sana sama seperti di dunia hanya saja lebih gelap. Neraka lapis paling bawah yaitu lapis 18. Setelah melewati lapis 18, maka arwah tersebut bisa bereinkarnasi menjadi binatang yang biasanya akan dimakan ataupun dibunuh (sebagai pembalasan / kharma atas dosa yang belum juga tuntas/selesai).

Mengenai orang yang mati karena dibunuh mungkin karena orang tersebut memiliki hutang kharma. Untuk orang yang berbuat jahat dan dipenjara, lebih baik dikenakan hukuman penjara seumur hidup daripada dihukum mati, karena jika dihukum mati maka arwahnya akan menjadi makin jahat, berbeda dengan jika dipenjara seumur hidup maka akan mati sendiri/bukan karena dibunuh, maka arwahnya masih lebih mending/lebih baik dari yang dihukum mati. Bagi orang yang mati karena difitnah tidak akan masuk neraka karena akan ditolong untuk naik ke surga.

Demikianlah hasil tanya jawab saya dengan Joko. Dari situ, mengenai kepercayaan mereka dapat disimpulkan bahwa mereka mempercayai akan adanya roh, reinkarnasi dan juga kharma. Mungkin agak sedikit menyimpang dari apa yang seharusnya saya observasi, tetapi paling tidak hasil interview ini akan dapat memberikan sedikit gambaran mengenai kehidupan umat Buddha, termasuk di dalamnya apa yang mereka pahami, percaya dan kembangkan dalam hidup sehari-harinya.

Selain interview, Joko juga telah sangat berbaik hati meminjamkan saya buku-buku yang berkaitan dengan agama Buddha (yang dipinjamkan ke saya banyak dan tebal-tebal, di luar perkiraan saya yang hanya sekitar dua buku dan tipis-tipis..hoho, dan ternyata Joko sendiri belum pernah/baru sedikit sekali membaca buku-buku tersebut), yaitu:

  1. Menjadi UMAT BUDDHA (Penuntun Pelaksanaan Agama Buddha dalam Kehidupan Sehari-hari).
  2. Ksitigarbha Bodhisattva Purva Pranidhana Sutra.
  3. Jadilah Pelita (Ajaran Sejati Buddha).
  4. KeTuhanan dalam Agama Buddha (Sebuah Pembicaraan Awal).
  5. VIJJA – DHAMMA (Pelajaran Untuk Sekolah Menengah)
  6. Mengapa Kita HARUS Berbuat Kebajikan? (Dharma Practical Series, Seri 1.. dalam buku ini sekilas berisi mengenai apa yang dilakukan oleh Yayasan Amal Buddha “Tzu Chi”).
  7. Therapi Vipassana (Kasus-kasus Kesembuhan Melalui Meditasi Vipassana).
  8. Kamus Umum Buddha Dharma (Pali-Sansekerta-Indonesia).

Tambahan, sekilas mengenai Tata Cara Ibadat Umat Buddha. Saya pernah beberapa kali diundang oleh Joko untuk ikut berkunjung ke acara peringatan Hari Raya mereka, seperti Waisak dan Kathina. Dalam acara tersebut saya melihat bahwa cara berdoa mereka sangatlah khusyuk, paritta dibacakan dengan suara lantang dan nada yang kompak, demikian pula dengan sikap doa yang juga teratur. Dari segi tata cara ibadat, dilaksanakan dengan sangatlah ketat karena harus dengan gerakan dan cara/nada membaca doa yang telah ditentukan (ada standardnya), tidak boleh berbeda sama sekali. Selain itu, Joko juga pernah beberapa kali bercerita mengenai acara-acara lain (di luar Hari Raya) di agamanya seperti perjumpaan dengan 1000 bhante, Cheng-Beng (peringatan arwah-arwah dan kunjungan ke makam keluarga, diadopsi dari budaya Cina), Ce It (Sembahyang di kelenteng setiap tanggal 1 penanggalan Cina), Cap Go Meh, Imlek (ada doa di Vihara), dan lain sebagainya yang juga diadopsi dari budaya masyarakat Cina dimana budaya tersebut masih kental dilaksanakan oleh umat Buddha. Sekian dahulu dari saya, nanti akan saya sediakan artikel mengenai Buddha yang diambil dari buku-buku yang dipinjamkan oleh Joko serta hasil observasi ke Vihara pada lembar yang terpisah.. oh ya, tambahan sedikit lagi, di agama Buddha juga ada pemercikan umat dengan air suci, seperti di Katolik, tetapi bedanya, mereka menggunakan campuran bunga dan rempah-rempah serta air yang telah diberkati… Sekian untuk sementara..

No comments:

Post a Comment