Foto (Dari Kiri ke Kanan): Hermanto, Irwan, Arifin
Taekwondo Indonesia, Dechin Club
9 Mei 2009
Interview with:
Berdasarkan interview yang saya laksanakan pada hari Sabtu, 9 Mei 2009 bertepatan dengan Hari Raya Trisuci Waisak di Vihara Ekayana, Tanjung Duren - Greenville, berikut ini merupakan informasi yang saya peroleh mengenai Buddhisme:
Berkaitan dengan kasus Buddha Bar yang saat ini masih marak dibicarakan, Arifin berpendapat bahwa hal tersebut tidaklah pantas, karena menu yang disajikan di sana adalah makanan berdaging dan minuman beralkohol, dimana bertentangan dengan yang diajarkan di agama Buddha, sebisa mungkin menghindari makanan yang mengandung daging dan minuman yang dapat menghilangkan kesadaran. Mengenai mengapa tidak mau dipolitisi, Arifin berpendapat bahwa politik itu kotor, ”Jadi jika kita menyuruh salah satu pejabat untuk melobi, hal tersebut tidaklah baik, lebih baik melalui jalur hukum, jangan digembar-gemborkan, demo pun yang damai (ajaran Buddha). Hukum kita lemah, padahal jelas-jelas di luar negeri Buddha Bar dilarang, padahal di Indonesia ada Pancasila tetapi tidak konsisten dalam penerapannya,” ungkap Arifin. Dalam menanggapi kasus tersebut umat Buddha ada yang tidak mau ambil pusing (”biarin aja”), diambil segi positifnya saja.
Mengapa Biksu harus botak? ”Hal tersebut hanyalah sebagai simbol, melepaskan hal-hal duniawi,” tutur Arifin.
Umat Buddha banyak yang menggunakan gelang-gelang Buddha, ada yang terbuat dari kristal, giok, kayu, dsb. Gelang tersebut ada yang merupakan alat untuk berdoa seperti rosario, ada pula yang terbuat dari batu, sifatnya lebih ke metafisika, semacam sugesti, untuk kesehatan.
Ketika ditanya mengenai ‘Mengapa umat Buddha tidak mau open/memunculkan diri ke masyarakat, terutama dalam bidang politik?,” menurut Arifin, hal tersebut berkaitan dengan ajaran Buddha yaitu melepaskan diri dari hal duniawi atau menjauhi hal duniawi untuk mencapai kebebasan / pencerahan.
Memandang sekte-sekte Buddha yang banyak jenisnya, Arifin beranggapan bahwa pada dasarnya agama Buddha terdiri dari dua aliran utama, yaitu Theravada dan Mahayana. Mengenai perbedaan sekte, tidaklah masalah dan secara umum tidak ada ribu-ribut antar sekte, namun secara internal tidak tahu. Sebenarnya dasar dari sekte-sekte tersebut sama, dari ajaran Sidharta tetapi beda pengembangannya. Mengenai aliran yang agak menyimpang dari ajaran Sidharta, seperti biksu boleh menikah, hal tersebut biasanya dianggap sebagai aliran Buddha yang tidak Ortodoks, seperti kata Sanggha.
Menghadapi glamournya dunia, menurut Arifin yang terpenting adalah menahan/melatih diri, dari hal yang kecil-kecil. Buddha sudah memperkirakan bahwa manusia tidak akan lepas dari kefanahan duniawi dan hidup penuh dengan penderitaan. Dalam menjalaninya, umat Buddha hendaknya banyak berbuat kebaikan agar di kehidupan yang akan datang akan mendapatkan kharma yang baik. Bagi umat Buddha, kehidupan yang akan datang lebih penting daripada kehidupan sekarang.
Ajaran utama Buddha yang dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari Arifin yaitu Pancasila, isinya: melatih diri menahan hal-hal yang bersifat keduniawian, tidak membunuh, tidak berbohong, tidak bertindak asusila dan menghindari zat-zat yang bisa menghilangkan kesadaran.
Mengenai relasi dengan umat agama lain, menurut Arifin tidak ada batasan-batasan tertentu, semua agama mengajarkan hal yang baik.
Kegiatan sehari-hari yang dilaksanakan oleh Arifin sebagai umat Buddha, yaitu kebaktian, pindah pata (berbuat kebajikan terhadap para Banthe dengan cara memberikan sumbangan-sumbangan baik berupa uang, makanan, minuman, kebutuhan sehari-hari, dan lain sebagainya), dan donor darah.
Arifin juga sempat menceritakan mengenai hari-hari perayaan yang biasa dilakukan oleh umat Buddha, seperti Cheng Beng (ziarah ke makam leluhur, setiap tanggal 5 April) dan Thang Cheng (kalender matahari-ketika matahari mencapai bumi bagian barat/timur dari belahan dunia, setiap tanggal 22 Desember, dalam Buddha dikenal adanya kalender bulan dan kalender matahari), dan ternyata Waisak dirayakan selalu saat terjadi bulan purnama.
No comments:
Post a Comment