Eight Below

Eight Below

The Real World Adventurer..

"In this life, only the fool who always start the questions of life, moreover start their life mission and purpose of money. And once beginner ask where they get money, then they will be shackled by the constraints/obstacles. And almost certainly the answer is simply no money, can not and will not be" (Rhenald Kasali - Professor of University of Indonesia)

Wednesday, November 16, 2011

Catatan Sang Peneliti: Hari Pertama di Kalimantan Tengah.. (Part 2)

Hari H, Hari Keberangkatan.. Jakarta-Sampit-Pangkalan Bun.. (Part 2)

Kota Pangkalan Bun ini ternyata masih sangat asri.. tidak terlihat sampah berserakan di jalan, udaranya pun terasa sejuk.. Dan, pesona kota ini dilengkapi dengan pemandangan langit yang menawan yaitu awan bergumpal-gumpal dengan indahnya.. Tampaknya awan di langit Kalimantan posisinya sangat dekat dengan daratan, berbeda dengan awan di Pulau Jawa yang tampak jauh di atas langit..


Cuaca di kota ini pun tampaknya memang tak pernah benar-benar cerah, tampak kondisi langitnya yang selalu berawan dan ada hawa-hawa lembab yang menandakan akan hujan.. Menurut sopir Taksi yang tadi mengantarku dari Bandara, di kota ini setiap hari pasti hujan.. tak heran jika lembar demi lembar uang kertasku kutemukan berjamur di dalam dompetku.. udara lembab tentunya sangat kondusif untuk pertumbuhan jamur, dimanapun itu..

Kuamati sekelilingku, selain asri kota ini juga terasa aman dan nyaman.. tidak banyak kendaraan yang berlalu lalang, begitu pula dengan penduduknya tampaknya hanya sedikit.. jalan kaki berkeliling kota ini pun tampaknya bukan masalah.. justru terasa menyenangkan karena bisa mengenal kota ini lebih dekat, langkah demi langkah perjalanan kakiku membawaku pergi..

Ketika sebelum berangkat ke Kalimantan, aku sempat bingung karena tidak menemukan informasi mengenai lokasi ATM BNI, yang kutemukan hanyalah banknya saja.. dan ternyata, posisi bank dan ATM BNI yang kucari-cari ada tepat di sebelah Hotel Abadi tempatku menginap, hanya terhalang oleh sebuah warung dan gang kecil.. Tentu saja mengetahui hal tersebut membuatku merasa dimudahkan untuk keperluan transaksi apapun yang suatu saat aku perlukan..


Sambil berjalan menuju Istana Kuning, kulihat bangunan-bangunan di kanan kiri jalan memiliki corak yang khas, selain bentuk atapnya yang khas gadang (kayu bersilang), juga kulihat semacam ukir-ukiran dayak pada beberapa pilar tembok.. Selain itu juga masih banyak ditemukan jenis rumah panggung (rumah gadang) yang terbuat dari kayu..
Tak jauh dari hotel, sederet, terdapat sebuah rumah dengan taman yang ada kolam ikannya.. terlihat asri dan cerah.. menurut informasi itu adalah rumah pegawai bupati jika tidak salah ingat..



Semakin dekat dengan Istana Kuning, tepat di samping kompleks taman Istana Kuning terdapat Taman Semangat’45.. Taman ini kecil dan mungkin jarang dikunjungi orang, tapi cukup lumayan untuk sekedar duduk-duduk dan di dalamnya terdapat sebuah kolam ikan..


Di depan Taman Semangat 45 itu terdapat sebuah tempat sampah yang terdiri dari 2 bagian, yaitu untuk organik dan anorganik, tapi salah satunya pintunya sudah hilang, tampaknya tempat sampah ini tidak terpelihara.. di dalam tempat sampah itu nyaris tidak ada sampah, mungkin sudah diangkut karena aku sempat melihat ada truk sampah yang lewat.. kota ini ternyata sudah memiliki sistem pengangkutan sampah.. lumayan juga, hanya saja masih kutemukan sampah berserakan di tepi tempat sampah kayu tadi.. sudah berupa gundukan rendah, entah mengapa tidak ikut diangkut oleh truk sampah.. Hal ini membuat pemandangan buruk saja, untungnya posisinya di belokan dekat tiang listrik dan tanaman sehingga tak begitu tampak jika dilihat hanya sekilas saja..


Aku pun kemudian melanjutkan perjalanan, menyusuri bagian samping kompleks taman Istana Kuning, pemandangan langit sungguh indah..


Awalnya aku mau masuk ke Istana Kuning melalui samping taman.. namun kulihat ada tugu di dalam taman, dan aku pun berputar masuk melalui bagian depan taman.. Tugu di taman itu hanya sekedar tugu dengan bulatan yang dijadikan kolam ikan.. memang tak ada sampah tapi tampaknya tak dirawat karena warna catnya sudah agak luntur..


Lalu aku berjalan ke arah tangga masuk Istana Kuning.. kulihat dari bawah, tulisan “Istana Kuning” di bagian kanan kiri tangga sudah rusak, ada beberapa bagian yang sudah hilang..lagi-lagi tak terpelihara..


Sebelum memutuskan untuk menaiki tangga, kulihat pintu gerbang Istana tampaknya dikunci.. kebetulan ada anak-anak kecil yang lewat dan kutanyakan langsung kepada mereka apakah pintunya buka dan kata mereka tidak, bukanya di bagian sampingnya.. Lalu aku pun langsung berjalan ke sisi samping taman, meloncati pagar pendek taman dan menaiki tangga di samping kompleks taman Istana Kuning..

Setelah menaiki tangga yang cukup panjang, akhirnya aku pun tiba di pintu gerbang samping Istana Kuning.. pintu itu terbuat dari kayu..


Awalnya aku sempat bingung bagaimana caranya membuka pintu gerbang itu.. Lalu ada seorang bapak yang tadinya berada di warung di sebelah pintu gerbang yang bertanya aku dari mana, kujawab dari Jakarta.. lalu bapak itu membukakan pintu gerbang dan menemaniku masuk ke dalam Istana..

Istana Kuning, terbuat dari kayu, bentuknya pun khas Kalimantan berupa rumah panggung dengan atap yang khas, rumah gadang..


Aku pun masuk ke dalam bangunan kayu tersebut.. bagian dalamnya ternyata cukup terbuka, ada beberapa sisi yang tidak ada tutupannya sehingga bisa melihat keluar dengan mudahnya..


Di salah satu ruangan terdapat deretan foto para Sultan, turun temurun.. namanya pun serupa, diawali dengan “Sultan Ratu…” dan nama belakangnya hanya seperti dibalik-balik.. ga kreatif pikirku..

Di sudut ruangan itu terdapat sebuah kereta kuda dengan hiasan di bagian depannya berbentuk kepala burung garuda..


Dan di sudut ruangan satunya terdapat rangkaian bunga ucapan selamat untuk penobatan Sultan..


Namun, di belakangnya terdapat sebuah ruangan yang dikunci yang tampak penuh dengan bunga ucapan turut berduka cita.. ternyata, kata bapak yang menemaniku, baru beberapa hari lalu ada istri pangeran yang meninggal, masih muda katanya..


Kemudian aku melanjutkan melihat-lihat ke lantai bagian atas, yang ternyata hanya ruang kosong terbuka untuk melihat pemandangan kota Pangkalan Bun.. dari atas pemandangannya memang cukup indah, terasa semakin dekat dengan awan..


Tak lama kemudian aku turun kembali, melihat ke ruangan lainnya.. ada sebuah ruangan terbuka dengan pintu kayu yang di atasnya terdapat lambang Kotawaringin Barat..


Setelahnya, aku kembali ke ruangan yang tadi pertama kali aku masuki.. di bagian ujungnya, dekat ruangan tempat bunga ucapan turut berduka cita,  terdapat sebuah pintu kecil dengan lambang Kotawaringin Barat.. itu adalah pintu masuk menuju kediaman Sultan..


Selesai melihat-lihat di bagian dalam, aku keluar dan memotret bagian luar bangunan Istana Kuning tersebut.. Lalu berfoto..



Si bapak yang menemaniku menawarkan untuk mengantarkanku ke pemandian putri.. aku kira tempatnya dekat dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki, tapi ternyata tidak dan harus menggunakan motor, jadinya aku memutuskan untuk tidak jadi pergi ke sana.. konon katanya mandi di pemandian putri tersebut bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit..

Puas berfoto, aku memutuskan untuk kembali ke hotel, setelah memberikan tips sukarela untuk si bapak yang sudah menemaniku dan memotretku, dan setelah memotret sebuah masjid kecil yang terdapat tepat di seberang kompleks taman Istana Kuning..


Di dekat hotel, tepat di persimpangan jalan ada banner iklan Bank Kalteng yang dibawahnya tertulis logo kota “Pangkalan Bun kota Manis”.. kata “Manis” di sini merupakan singkatan dari Minat, Aman, Nikmat, Indah dan Segar..entah kenapa dijuluki seperti itu.. untuk aman dan segar memang benar.. tapi minat dan nikmat maksudnya apa toh?? Bingung..


Kulihat jam, masih siang sekitar jam 11, tapi entah mengapa suasananya seperti sudah sore sehingga membuatku malas untuk bepergian.. belum lagi rasa kantukku akibat bangun di subuh hari karena jadwal keberangkatan pesawat yang jam 6 pagi menambah rasa malasku untuk banyak beraktifitas.. Di hotel, aku pun tidur siang.. terlelap..

Aku terbangun sekitar jam 12an, tapi masih malas untuk bergerak apalagi pergi keluar untuk mencari makan siang..

Selama sekitar sejam aku bermalas-malasan di ranjang.. sambil menonton TV.. ada satu saluran yang akhirnya menjadi saluran favoritku karena menayangkan khusus film-film Taiwan dan Korea, nama salurannya “Sky Drama 1” dan nama perusahaannya “Skynindo”.. Film-filmnya ternyata bagus juga ceritanya..

Jam menunjukkan sekitar pukul 1 siang.. kuputuskan untuk bangun dan pergi mencari makan siang.. masih malas dan ngantuk.. aku lalu turun ke lobi dan bertanya kepada pegawai hotel, kalau mau beli soto manggala naik angkotnya arah ke kanan atau kiri dan katanya kanan..

Di depan hotel, setelah menyeberang, aku lalu memberhentikan sebuah angkot kuning yang lewat.. kutanyakan mengenai soto manggala dan katanya arahnya sebaliknya..


Kemudian aku menyeberang jalan lagi.. menunggu angkot kuning ke arah sebaliknya.. Angkot di pusat kota ini cukup banyak biarpun penumpangnya sering kali tidak ada atau Cuma 1 orang, tapi angkot tetap jalan terus tanpa ngetem.. sungguh berbeda dengan angkot-angkot di Jakarta, kalau belum penuh dengan penumpang sampe ga muat lagi, ga akan jalan dan pasti ngetem lamanya bukan main..

Angkot pun datang, kutanya ke sopirnya tapi Cuma bilang iya iya.. aku naik aja.. dan kutanyakan ke penumpang lainnya tapi tidak ada yang tahu..

Jalur angkotnya melewati persimpangan jalan yang dekat dengan hotel, berbelok ke kiri lalu ke kanan dan melewati pasar.. hingga akhirnya angkot berhenti, aku diturunkan di sebuah warung yang kata sopir yang tak ramah dan mukanya ketekuk itu adalah warung soto manggala..

Setelah membayar dengan ongkos 2.500, seperti saran sopir taksi yang mengantarku dari bandara ke hotel, aku pun langsung mendekati warung tersebut.. dan kulihat tidak ada tulisan soto manggala.. warung itu hanya menjual semacam ayam goreng..

Karena bingung, aku lalu menanyakan langsung kepada si penjaga warung dan katanya soto manggala ada di pojokan jalan di perempatan..

Sesampainya di perempatan, aku bingung lagi.. di bagian kiri ada warung kecil yang namanya sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh si penjaga warung sebelumnya.. tapi kok tak tampak tanda-tanda adanya soto manggala di situ.. aku ragu dan memutuskan berputar-putar di dekat situ..

Di bagian kanan jalan, terdapat warung terbesar yang kulihat di kota itu, namanya aku lupa, tapi itu adalah warung yang kutahu disarankan oleh seseorang di blog yang pernah berkunjung ke kota ini.. tapi, tampaknya warung itu juga tidak menjual soto manggala..


Lalu ada mas-mas yang sedang meletakkan kardus di plafon warung kecil yang dijadikan petunjuk jalan tadi, dan kutanyakan kepadanya mengenai soto manggala.. akhirnya ada orang yang tahu juga.. ma situ menunjukkan lokasi tepat tempat soto manggala dijual, yaitu di belokan ke kanan, melewati 2 warung yang jual bensin.. tapi katanya soto manggala itu biasanya hanya dijual di pagi hari.. Tapi, aku tetap penasaran sehingga berjalan ke lokasi yang ditunjukkan oleh mas tersebut..

Sesampainya di depan warung yang dimaksud, aku tak menemukan tanda-tanda dijualnya soto manggala.. tapi disitu dijual makanan juga, ada tempat arang untuk membakar, ada cangkir bumbu dan juga sekotak bahan mentah yang tak kutahu itu makanan apa..


Seorang bapak yang duduk di dekat meja bertanya kepadaku “cari apa dek?” dan kujawab bahwa aku mencari soto manggala.. dan ternyata katanya soto manggala hanya dijual di pagi hari.. yang dijual sore itu namanya kerupuk rebus, itu katanya juga titipan orang.. karena sungkan akhirnya aku membelinya, Rp 1rb per tusuk.. kulihat bumbunya, baunya seperti pempek dan ternyata kata si bapak itu memang serupa, dari bahan ikan yang sama.. tapi ini bisa dimakan langsung atau dibakar dulu..


Kuamati kerupuk rebus itu, sambil ngobrol dengan si bapak sementara si ibu bersiap membakar kerupuk pesananku..


Warung itu letaknya di depan kantor kecamatan..


Dari si bapak aku diberitahu kalau namanya bukan soto manggala melainkan coto manggala, terbuat dari manggala atau singkong.. aku mendengarkan sambil membayangkan rupa coto manggala itu seperti apa.. dan jam jualannya ternyata sekitar pukul setengah 9 pagi.. dengan si bapak aku juga mengobrol banyak mengenai kota itu, mengapa aku datang kesini, dan sebagainya.. penduduk di kota ini ramah-ramah kecuali sopir angkot tadi.. dan ternyata benar kata sopir taksi yang mengantarku dari bandara bahwa sebagian besar penduduk di sini adalah berasal dari jawa.. dayaknya nyaris tidak ada, sangat sedikit..

Setelah kerupuk rebus pesananku selesai dibakar, aku memutuskan untuk berjalan kaki.. aku merasa tahu arah karena kota ini memiliki rute jalan yang sederhana, tidak seperti di Jakarta yang berbelit-belit..

Aku berjalan ke arah pasar,


dan menemukan suara burung berkicau sangat keras.. kulihat ke atas langit dan ternyata ada kerumunan burung walet sedang terbang berputar-putar.. aku sempat bingung ada apa itu sebenarnya.. dan ternyata, di kota ini memang potensial untuk bisnis walet karena banyak sekali burung walet yang beterbangan di kota ini..


Kulanjutkan kembali perjalananku sambil makan kerupuk rebus, rasanya memang mirip pempek hanya saja lebih alot dan kurang sedap..

Awalnya mau mencari makan siang, tapi berhubung belum kutemukan makanan yang unik, selain makanan yang biasa kumakan (ayam goreng, bakso, mie, soto, dll) aku pun terus melanjutkan berjalan kaki..

Di tanjakan ke arah Istana Kuning ada bus sekolah yang sedang parkir, lagi-lagi warnanya kuning.. keren juga kupikir kota kecil begini tapi sudah punya bis sekolah..


Tak jauh dari situ adalah pintu gerbang parkir Istana Kuning.. di depannya, persimpangan jalan terdapat Tugu Adipura yang dibanggakan.. ternyata kota Pangkalan Bun ini menerima penghargaan Adipura selama 4 tahun kalau tidak salah berturut-turut yaitu sejak tahun 2007 hingga tahun 2010..


Masih belum menemukan makanan yang unik, aku pun melanjutkan perjalanan berkeliling kota.. Tak jauh dari Tugu Adipura terdapat Makam Kerajaan..


Lalu aku terus berjalan ke arah Gereja yang kulewati ketika naik taksi dari bandara ke hotel.. Kuperhatikan di kota ini terdapat banyak kios, dan kebanyakan adalah kios travel dan toko cemilan, serta toko sparepart atau bengkel tempat service kendaraan. Tapi lebih dominan ke travel dan warung-warung kecil tempat jual bensin.. jarang sekali tempat jual makanan.. dan misalkan ada pun juga tutup di hari minggu atau di sore hari..

Semakin dekat dengan Gereja, aku melihat seekor anjing yang mirip dengan anjingku brino, sama-sama jenis terrier mini, tapi anjing itu berbulu putih dan brondol, sepertinya kena sakit kulit.. anjing itu ternyata penakut, mau kupegang malah menyebrang jalan.. aku sudah sangat takut kalau-kalau dia tertabrak.. kulihati anjing itu dari sebrang hingga kira-kira dia di posisi agak aman dan kemudian aku pergi melanjutkan perjalanan..

Setelah melewati persimpangan jalan, tak lama kemudian tibalah aku di depan gereja yang ternyata tepat seperti dugaanku adalah Gereja Katolik St. Paulus..


Karena senang, aku segera masuk ke dalam gereja itu.. pintunya ternyata dikunci, padahal aku ingin melihat bagian dalamnya.. akhirnya aku hanya berkeliling di sekitar bangunan gereja.. sangat sepi, tak ada orang.. yang kulihat hanya tukang yang sedang bekerja membangun sebuah bangunan di sisi belakang gereja.. berkeliling-keliling di dalam kompleks gereja, aku menemukan pelat bertuliskan jadwal misa yang terdapat di tembok pintu masuk gereja.. kupotret agar siapa tahu besok-besoknya aku bisa mampir untuk ikut misa..


Setelah puas memotret, aku pun melanjutkan perjalananku.. kutemukan banyak tempat ibadah, dengan Kristen yang beraneka ragam dan juga kepercayaan lain (adat), ada byk organisasi-organisasi seperti organisasi perempuan, pramuka, dll..


Lalu aku berjalan ke arah simpang kanan, melewati sebuah gang yang di depannya ada plang bergambar orangutan bertuliskan “Orangutan Foundation International”.. oh di sini toh lokasinya..


Karena jalan tampak masih panjang, aku memutuskan berhenti.. mencoba ke belokan satunya di kiri jalan setelah melewati Orangutan Foundation, dan kutemukan sebuah stadion bernama Stadion Sampuraga..


dan jalan di daerah tersebut tampak rimbun, aku merasa itu bukan arah yang tepat.. sebetulnya aku ingin pergi ke Tugu Pancasila dan Monumen Pesawat yang sempat kulewati ketika dari bandara, masalahnya aku tak tahu arah.. di situ banyak juga persimpangan jalan dan semua tampak sama..

Lapar dan haus semakin melanda.. di persimpangan jalan tak jauh dari stadion terdapat sebuah ruko tempat makan Soto Madura.. namun bolak-balik aku ke situ, si penjaganya masih saja tidur di lantai, mengorok pula.. kalau seperti itu sudah tak mungkin untuk dibangunkan..

Karena lelah dan lapar sehingga lemas, maka aku memutuskan untuk kembali ke dekat hotel.. dalam perjalanan menuju hotel, aku melihat seekor anjing lagi, ukurannya juga tidak besar, berbulu coklat muda dan anjing kampung tetapi juga tidak bisa dipegang.. kelihatannya kurang bersahabat.. aku heran di kota ini sangat jarang kutemukan hewan di jalan seperti kucing ataupun anjing.. ah ga seru, ga da yang bisa aku sayang-sayang d.. :(

Sesampainya di dekat hotel, aku memutuskan makan soto di terminal di seberang hotel.. dan ternyata, rasanya amis ga enak sampe aku merasa mual tapi tetap kupaksa menghabiskan karena buang-buang makanan itu tak baik, apalagi kasihan ayamnya yang sudah terlanjur dipotong kalau dagingnya akhirnya terbuang sia-sia..  demi menghabiskan daging soto, aku menghabiskan dengan cepat minuman teh manisku dan aku juga minta tambah minum air..

Selesai makan, aku kembali ke hotel.. kemudian aku hanya menghabiskan sisa waktu di hari pertamaku dengan tidur-tiduran sambil menonton Sky Drama 1, juga menyiapkan keperluan untuk besoknya presentasi di Balai sambil smsan dengan teman-temanku.. dan, jam 8 malam tak disangka aku sudah mengantuk, padahal biasanya di Jakarta hingga subuh pun belum tentu aku sudah tidur.. Jam 8 itu masih terlalu pagi untuk tidur, tapi apa boleh buat hawa udara di Kalimantan tampaknya membuat manusia menjadi malas..

Besoknya aku sudah janji ke Mas’ud akan mampir ke Mess sebelum ke Balai TNTP, sekitar jam 9an sudah sampai di Bunderan Tugu Pancasila dan nantinya akan dijemput Mas’ud.. tujuanku mau mampir ke Mess selain numpang WiFi (di hari pertama sungguh menderita rasanya karena tidak bisa buka internet) dan bertemu dengan Pak Toto dan mengobrol jika sempat, juga tergoda tawaran Rajungan masakan Mas’ud.. hehe..  semoga saja bisa tepat waktu karena rencananya di pagi hari sebelum berangkat aku ingin membeli Coto Manggala dulu.. dan.. berakhirlah kisah di hari pertamaku di Kalimantan..

No comments:

Post a Comment