Eight Below

Eight Below

The Real World Adventurer..

"In this life, only the fool who always start the questions of life, moreover start their life mission and purpose of money. And once beginner ask where they get money, then they will be shackled by the constraints/obstacles. And almost certainly the answer is simply no money, can not and will not be" (Rhenald Kasali - Professor of University of Indonesia)
Showing posts with label Sejarah. Show all posts
Showing posts with label Sejarah. Show all posts

Monday, November 16, 2009

Kota Tua, Harta & Sejarah Kota Jakarta





Senin, 02-03-2009 11:55:53

oleh: Gracia Emerentiana

Kanal: Wisata

www.wikimu.com




”Kota tua” merupakan saksi sejarah kota Jakarta, dibalik arsitektur bangunannya yang mengagumkan menyimpan ”Misteri” akan peristiwa sejarah di masa lampau. Inilah selintas mengenai kota tua Jakarta dan sejarahnya....

Museum Wayang Gedung ini awalnya bernama Gereja Lama Belanda (De Oude Hollandsche Kerk) dibangun pada tahun 1640 M. Pada tahun 1732 M, gedung ini diperbaiki dan berganti nama menjadi Gereja Belanda Baru (De Nieuwe Hollandsche Kerk). Namun, terjadi gempa bumi pada tahun 1808 M yang menyebabkan sebagian bangunan ini hancur. Kemudian dibangun lagi pada Tahun 1912, dan dijual oleh pemerintah Hindia Belanda kepada sebuah perusahaan yang bernama Geo Wehry & Co serta dijadikan kantor hingga tahun 1934. Pada tahun 1936, kepemilikan gedung ini berpindah lagi setelah dibeli oleh sebuah Lembaga Ilmu Pengetahuan, Seni dan Budaya di Batavia milik pemerintah Belanda. Baru pada tahun 1957, gedung ini diserahkan pada Lembaga Kebudayaan Indonesia dan secara resmi dijadikan Museum Wayang pada tanggal 13 Agustus 1975.


Kalibesar

Kalibesar merupakan nama jalan di daerah Jakarta Utara. Letaknya tidak jauh dari Museum Sejarah Jakarta. Dengan berjalan kaki dari Museum Sejarah Jakarta, kita hanya membutuhkan waktu lima menit saja untuk mencapai jalan Kalibesar ini. Dulu pada abad ke-17, Jalan Kalibesar terkenal sebagai daerah pusat bisnis perdagangan yang cukup terkenal dan bergengsi. Jalan Kalibesar ini biasa disebut Grootegracht yang artinya kali besar, karena di jalan tersebut terdapat kali yang diapit jalan dan bangunan. Selain pusat bisnis perdagangan, di Jalan Kalibesar juga banyak terdapat rumah penduduk Cina. Kali itu sendiri menjadi jalur lalu lintas kapal bongkar muat barang. Hingga akhirnya pada tahun 1740, terjadi kerusuhan di Jalan Kalibesar dan banyak rumah penduduk dibakar.

Pada tahun 1870, Jalan Kalibesar dibangun kembali. Di Jalan Kalibesar terdapat bangunan berlantai dua dan berwarna merah. Nggak heran kalau bangunan ini disebut Toko Merah. Bangunan ini sangat terkenal pada zaman dulu karena pernah ditinggali oleh beberapa Gubernur Jenderal VOC. Saat ini bangunan Toko Merah masih berdiri kokoh dan digunakan sebagai perkantoran.

11 Tahun Tragedi 12 Mei... Kapankah Berakhir?




Selasa, 28-04-2009 14:29:11

oleh: Gracia Emerentiana

Kanal: Peristiwa

www.wikimu.com




Hampir 11 tahun berlalu, namun Tragedi 12 Mei tak juga kunjung terselesaikan dengan tuntas. Begitu pula dengan semangat para mahasiswa Trisakti yang tak kunjung padam untuk menyelesaikan kasus tersebut. Tragedi 12 Mei yang lebih dikenal dengan Tragedi Trisakti, telah merenggut nyawa 4 orang mahasiswa Trisakti, yaitu Hafidin Royan, Elang Mulia Lesmana, Hendryawan Sie, dan Hery Hartanto.

Peristiwa ini awalnya dilatarbelakangi oleh kondisi negara yang sulit, yaitu goyahnya perekonomian Indonesia pada awal tahun 1998 serta kondisi pemerintah yang tidak lagi memiliki kredibilitas. Dengan adanya kondisi yang seperti ini, mahasiswa Trisakti tergugah untuk mengadakan orasi yang menuntut agar Soeharto turun dari jabatannya karena kepemimpinannya sudah tidak dapat dipercaya lagi terutama dalam bidang ekonomi.

Puncaknya terjadi pada 12 Mei 1998, dimana 12.000 mahasiswa dari Universitas, Akademik dan Sekolah Tinggi Trisakti beserta para guru besar Trisakti mengadakan orasi besar-besaran yang dilaksanakan di Jungle (pelataran parkir kampus A Universitas Trisakti). Selesai orasi seluruh mahasiswa Trisakti sepakat ke gedung DPR/MPR, kurang lebih 5000 mahasiswa Trisakti turun ke jalan. Di depan wali kota mahasiswa dihadang oleh aparat KODAM. Setelah bernegosiasi mahasiswa maju menuju kejaksaan Jakarta Barat yang kemudian dihadang lagi oleh aparat kepolisian. Perwakilan mahasiswa, Hendro (ketua senat) bernegosiasi dengan Kapolres dan Dandim. Negosiasi berlangsung lama karena mahasiswa dijanjikan oleh pihak Kapolres untuk bertemu dengan Hari Sarbarno ketua fraksi ABRI, untuk membacakan statement yang dibawa oleh mahasiswa untuk di gedung DPR/MPR.

Sebelumnya pihak Trisakti dengan Wakapolda Dirjen Gunawan sudah memberi himbauan kepada polisi untuk jangan mengadakan represif terhadap mahasiswa karena yang dilakukan oleh mahasiswa bukanlah bentuk kekerasan, melainkan hanya menyampaikan pendapat yang bermodalkan peluru hati nurani dan idealisme.

Komandan lapangan saat itu ialah Kolonel Polisi Artur Damanik. Kapolres memberikan ultimatum kepada mahasiswa untuk kembali ke kampus. Mahasiswa menyepakatinya karena sampai saat itu mereka belum juga mendapatkan jawaban dari DPR/MPR untuk bertemu dengan Hari Sarbarno.

Keadaan masih kondusif dengan Kapolres sampai akhirnya terjadi insiden dimana seorang oknum yang bernama Maskud (dulunya pernah kuliah di Fakultas Desain Trisakti tetapi tidak tamat) berteriak membentak-bentak mahasiswa, spontan mahasiswa langsung berdiri dan mengejar Maskud. Oknum tersebut dikejar massa dan lari menuju barisan polisi, tiba-tiba polisi membuat barikade dalam posisi siap. Daripada keadaan menjadi rumit, pihak Kapolres dan mahasiswa Trisakti beserta Otorita (satuan pengaman Trisakti) sepakat untuk balik kanan. Kapolres kembali ke arah barisan polisi dan mahasiswa kembali menuju kampus.

Setelah mahasiswa kembali menuju kampus, tiba-tiba dari arah belakang ada beberapa mahasiswa yang mendengar dari arah polisi yang mengatakan posisi siap tembak, polisi mengokang senjatanya. Serentak mahasiswa kaget dan menengok ke arah sumber suara. Seiring polisi mengokang senjata, pasukan bermotor yang berada di belakang barisan polisi pun menyalakan motornya. Dengan serentak pasukan bermotor itu mengejar mahasiswa dan pada saat itu pula tembakan senjata diluncurkan.

Ternyata peluru yang dilontarkan bukan peluru karet melainkan peluru tajam. Mahasiswa berlarian menuju kampus, sedangkan tembakan yang bertubi-tubi dikeluarkan oleh polisi ke arah mahasiswa beserta dengan gas air mata. Polisi menembaki mahasiswa dari luar pintu gerbang Trisakti, sebagian polisi yang berada di atas jembatan layang mengarahkan tembakannya ke arah mahasiswa yang berlarian di dalam kampus. Kejadian ini berlangsung sekitar dua jam lebih (yaitu pukul 17.00 – 19.00).

Ketika tembakan dari polisi sudah mereda, mahasiswa serta otorita membantu korban-korban yang tertembak dan terkena gas air mata untuk dibawa ke RS Sumber Waras. Kejadian ini mengakibatkan empat mahasiswa Trisakti meninggal dunia dan puluhan mahasiswa serta beberapa dosen luka berat, termasuk Hendro (ketua senat) terkena luka tembakan. Keempat mahasiswa yang meninggal, tewas di dalam kampus. Kejadian ini berakhir sekitar pukul setengah delapan malam. Beberapa mahasiswa menginap di kampus dan sebagian pulang lewat jalan belakang ke arah Tanjung Gedong, pihak otorita membukakan jalan dan menitipkan mahasiswa ke warga setempat. Sebagian mahasiswa yang pulang lewat pintu depan keluar lima-lima dan mengangkat tangannya sebagaimana yang diperintahkan oleh Kolonel Polisi Artur Damanik.

Untuk mengenang tragedi tersebut, di Trisakti setiap tanggal 12 Mei diadakan upacara dan biasanya dilanjutkan dengan orasi serta diskusi di DPR/MPR yang menuntut pertanggungjawaban pemerintah untuk mengusut tuntas serta menyelesaikan tragedi Trisakti karena hingga kini belum juga menemukan titik temu antara keadilan dan kebenaran. Selain itu, di Trisakti didirikan sebuah monumen yang dinamakan dengan Monumen Tragedi 12 Mei yang terdiri dari empat tugu yang melambangkan empat mahasiswa yang gugur dalam Tragedi Trisakti.

Begitu pula dengan museum yang terdapat di lantai dasar gedung M (Gedung Sjarif Thajeb) Kampus A Universitas Trisakti, berisi kenangan-kenangan akan peristiwa yang merenggut nyawa keempat mahasiswa tersebut. Di dalam museum ini terdapat foto-foto saat tragedi tersebut terjadi, foto dan barang-barang pribadi milik keempat mahasiswa yang gugur, papan yang masih ada bekas lumuran darah yang dulu digunakan untuk mengangkut korban penembakan tragedi Trisakti serta kaca jendela yang pecah karena tembakan peluru yang diluncurkan oleh polisi pada saat kejadian. Di dekat gedung M ini terdapat dua titik yang merupakan tempat tewasnya dua dari empat orang mahasiswa Trisakti yang gugur, yaitu Hafidin Royan dan Hery Hartanto, titik-titik tersebut ditandai dengan sebuah lingkaran yang terbuat dari keramik dan dilengkapi dengan karangan bunga yang diletakkan di sampingnya ataupun di atasnya.

Pada Monumen Tragedi 12 Mei tertera tulisan di bagian sampingnya, tulisan tersebut berbunyi seperti berikut:



Hari ini kami datang bersama bunga dan sejuta pekik sebagai tanda kasih serta keteguhan kami demi keadilan… karena kami yakin bahwa Reformasi merupakan keharusan

Merah Putih setengah tiang bersaksi atas Darah, Keringat, Air Mata, Rasa Takut dan rasa ingin berontak bercampur menjadi satu… Ratusan dari kami yang cedera puluhan dari kami yang ditembaki atas kesewenang-wenangan Penguasa… Empat saudara kami tercinta, telah gugur meninggalkan ribuan duka, kalut dan marah yang mendalam

… Perjuanganmu takkan sia-sia saudaraku, tiap tetes darahmu akan berarti bagi Bangsa dan Negri ini… Dan ini menjadi bukti bagi kami yang setia bahwa keAdilan adalah kePatutan!



Jakarta, 12 Mei 1998

Mereka yang telah Berjuang




Demikianlah isi tulisan tersebut. Hampir sebelas tahun berlalu, namun semangat reformasi masih melekat di jiwa mahasiswa Trisakti. 12 Mei bukanlah perayaan melainkan merupakan peringatan terhadap semangat para mahasiswa yang berjuang demi rakyat. Meskipun banyak yang bilang mahasiswa Trisakti termasuk golongan borjuis dimana krisis moneter tidak terlalu berpengaruh pada mereka, tetapi mereka masih ingat bahwa masih banyak rakyat Indonesia yang kelaparan dan mengalami keterpurukan di luar sana. Kita mestinya meniru semangat mereka demi membangun bangsa kita, bukan malah menjadi orang yang ikut menghancurkan bangsa.



Gagahnya Kapal Perang TNI-AL


Jumat, 15-05-2009 15:58:05

oleh: Gracia Emerentiana

Kanal: Peristiwa

www.wikimu.com



Di bawah ini adalah sekelumit cerita tentang 2 kapal TNI AL, yang dikunjungi pada saat acara Wikimu Wisata Kapal Perang TNI AL, 3 Mei 2009 lalu. Kedua kapal ini adalah KRI Teluk Hading (tipe LST) dan KRI Tanjung Nusanive.

Sejarah Kapal LST

Kedatangan kapal jenis Landing Ship Tank (LST) di Indonesia merupakan awal dari terbentuknya Satfib Koarmatim (Satuan Kapal Amfibi Komando Armada RI Kawasan Timur). Kapal LST pertama masuk ke Indonesia pada September 1958, yang merupakan hibah dari Tiongkok, dan diberi nama KRI Teluk Wadjo. Disusul oleh LST dari USA pada 31 Maret 1960 yang diberi nama KRI Teluk Langsa. Pemerintah menyediakan kapal LST bagi wilayah kepulauan selain untuk membuka jalur pelayaran di pulau-pulau terluar, juga sebagai upaya membuka keterisolasian beberapa provinsi yang mempunyai banyak pulau.

Ada lima daerah yang disediakan kapal LST oleh pemerintah, yaitu Maluku, Maluku Utara, Irian Jaya Barat, dan Papua. Kapal jenis ini menjadi solusi karena beberapa daerah belum memiliki dermaga, sehingga daerah terisolasi karena tidak dapat dilabuhi oleh kapal. Selain itu, dibutuhkan dana besar untuk membangun dermaga. Dengan demikian disediakan kapal LST, dimana juga membuka jalur pelayaran satu minggu sekali.

Kondisi Kapal LST

Kapal LST tidak memiliki tangga masuk ke kapal seperti layaknya kapal pesiar. Jalan masuk menuju kapal ini berupa landasan miring dengan sekat-sekat di lantainya berfungsi sebagai pengganti tangga. Kapal ini biasanya digunakan untuk mengangkut tank, oleh karena itu jalan masuknya pun disesuaikan dengan jalan tank.

Kapal LST yang saya kunjungi ketika mengikuti wisata kapal peran TNI-Al yang diadakan oleh Wikimu.com (3 Mei 2009) yaitu kapal LST bernomor identitas 538, dan dinamakan dengan KRI Teluk Hading, yang merupakan kapal LST paling baru yang dimiliki oleh TNI-AL, buatan Jerman. Di dalamnya banyak terdapat lorong-lorong yang memisahkan ruangan-ruangan kapal. Di dekat pintu masuk terdapat gambar kapal LST disertai tulisan mengenai sejarahnya.

Fasilitas yang terdapat di kapal LST 538 yaitu ruang meeting ber-AC, ruang cuci baju yang dilengkapi dengan mesin cuci, kamar untuk awak kapal dimana setiap kamarnya terdiri dari 2 ranjang bertingkat (total 4 tempat tidur), ruang mesin, ruang pantau, ruang kontrol, dek, geladak, navigator, ruang untuk penyusunan strategi yang dilengkapi dengan peta, di bagian atas kapal terdapat senjata perang seperti senjata yang terdapat pada tank serta terdapat ruangan-ruangan lain yang tidak sempat ditunjukkan oleh ABK yang memandu kami.

Kapal Tanjung Nusanive

Berbeda dengan kapal LST, kapal Nusanive tidak digunakan untuk berperang, namun digunakan untuk mengangkut orang-orang penting seperti pimpinan TNI-AL dan Presiden. Ketika berlayar, posisi kapal Nusanive berada di tengah, dikelilingi oleh kapal LST, dan di barisan paling depan yaitu kapal selam. Dan yang berbeda lagi dengan LST, yaitu Nusanive berukuran lebih besar dan juga memiliki fasilitas yang jauh lebih bagus dari LST.

Kondisi Kapal Nusanive

Tidak seperti ketika berada di dalam kapal LST yang panas, di dalam kapal Nusanive sebagian besar ruangan-ruangannya dilengkapi dengan AC. Selain itu kapal Nusanive juga lebih mewah dan megah, terutama di bagian dalamnya. Lorong-lorongnya pun terlihat elegan. Kapal Nusanive memiliki sekitar 10 lantai. Lantai 5 dan 6 merupakan kelas 1 dan 2, digunakan untuk para pimpinan kapal ataupun orang-orang penting seperti Presiden.

Pada lantai 6 terdapat ballroom yang cukup mewah, berbentuk U dan di dalamnya terdapat Bar serta sofa-sofa yang nyaman dan empuk. Kamar-kamar VIP serta tempat untuk bermain tenis meja terletak di lantai 5, sedangkan kamar VVIP dan kamar Presiden terletak di lantai 6. Di lantai 6 juga terdapat ruang rapat yang berukuran cukup luas dilengkapi dengan sofa, TV dan perabot-perabot lainnya.

Pintu masuk kapal Nusanive terdapat di lantai 4, dimana untuk mencapai pintu tersebut kita harus terlebih dahulu menaiki tangga yang cukup tinggi. Begitu masuk ke kapal Nusanive, tepat di depan pintu masuk terdapat kantin dan provos. Di kantin kita bisa membeli makanan dan minuman. Yang bertugas menjaga kantin adalah juga anggota TNI-AL.

Di lantai atas kapal terdapat ruang kontrol yang sangat berbeda dengan ruang kontrol yang terdapat pada kapal LST. Ruang kontrol kapal Nusanive jauh lebih luas dan peralatannya juga lebih lengkap, salah satunya yaitu radar yang menggunakan suara di bawah laut sebagai penanda/sensor. Begitu pula dengan ruangan-ruangan lainnya yang terdapat di dalam kapal Nusanive. Kapal Nusanive memiliki sekitar 7 sekoci berukuran cukup besar. Pada lantai 3 kapal ini merupakan kamar-kamar kelas ekonomi, dan lantai paling bawah yaitu ruang mesin.


Berwisata ke kapal perang TNI-AL, selain akan memberikan pengetahuan mengenai TNI-AL, fasilitas yang terdapat di dalam kapal-kapal TNI-AL beserta fungsinya, juga memberikan pengalaman yang berharga dimana kita bisa bertemu dan berkumpul bersama dengan banyak orang yang berasal dari berbagai latar belakang dan usia.