Eight Below

Eight Below

The Real World Adventurer..

"In this life, only the fool who always start the questions of life, moreover start their life mission and purpose of money. And once beginner ask where they get money, then they will be shackled by the constraints/obstacles. And almost certainly the answer is simply no money, can not and will not be" (Rhenald Kasali - Professor of University of Indonesia)
Showing posts with label Jakarta. Show all posts
Showing posts with label Jakarta. Show all posts

Monday, November 30, 2009

MENENGOK SISI HIJAU JAKARTAKU...







Selasa, 01-12-2009 14:00:24

oleh: Gracia Emerentiana

Kanal: Gaya Hidup

www.wikimu.com

Pada hari Minggu, 22 November 2009, Komunitas Green Map Jakarta mengadakan tur hijau dengan rute Parkir Timur Senayan-Hutan Kota Kridaloka Senayan-Museum Taman Prasati-Senayan. Tur ini merupakan rangkaian kegiatan ICE 2009 (Indonesian Community Expo) , 21-22 Nopember 2009 di parkir timur Senayan. Tur berlangsung dari pk 07.00 hingga sekitar pk 13.00.

Sebelum tur dimulai, seluruh peserta dan panitia berkumpul di Parkir Timur Senayan, yang kemudian dibagi kelompok-kelompok kecil. Ketika itu saya masuk dalam kelompok terakhir, yang mempunyai nama Kelompok Senayan, dengan pemandunya Pak Yudi. Setiap tim terdiri dari sekitar 9 peserta dan 2 orang panitia. Kelompok saya cukup unik, karena 5 di antara anggotanya adalah orang asing, dimana salah satunya jika tidak salah adalah seorang reporter Jakarta Post.

Setelah seluruh peserta terkumpul dan saling memperkenalkan diri satu sama lain, secara bergiliran masing-masing kelompok berjalan kaki menuju Taman Kridaloka yang terletak di bagian belakang kolam renang Senayan. Sambil berjalan, oleh pemandu dijelaskan mengenai sejarah Gelora Bung Karno dan Hutan Kota Kridaloka.

Gelora Bung Karno didirikan pada tahun 1962. Bermula dari keinginan Presiden Soekarno untuk membuat suatu daerah yang diperuntukkan khusus untuk olahraga, maka didirikan suatu kompleks olahraga serbaguna di daerah Senayan, Jakarta, dinamakan Istora Senayan (Istora=Istana Olahraga). Kompleks olahraga ini kemudian dinamai Gelora Bung Karno untuk menghormati Soekarno, Presiden pertama Indonesia, yang juga merupakan tokoh yang mencetuskan gagasan pembangunan kompleks olahraga ini.

Namun, dalam rangka de-Soekarnoisasi, pada masa Orde Baru, nama kompleks olahraga ini diubah menjadi Istora Senayan. Setelah bergulirnya gelombang reformasi pada 1998, nama kompleks olahraga ini dikembalikan kepada namanya semula melalui Surat Keputusan Presiden No. 7/2001.

Dengan kapasitas sekitar 100.000 orang, stadion yang mulai dibangun pada pertengahan tahun 1958 dan penyelesaian fase pertama-nya pada kuartal ketiga 1962 ini merupakan salah satu yang terbesar di dunia. Menjelang Piala Asia 2007, dilakukan renovasi pada stadion yang mengurangi kapasitas stadion menjadi 88.083 penonton. Pembangunan awalnya didanai dengan kredit lunak dari Uni Soviet sebesar 12,5 juta dollar AS yang kepastiannya diperoleh pada 23 Desember 1958.

Selain sebagai tempat berolahraga, kawasan Gelora Bung Karno oleh berbagai kelompok masyarakat sering dimanfaatkan sebagai ajang bertemu. Pada awalnya, tujuan dibangunnya stadion ini, Presiden Soekarno juga menginginkan kompleks olahraga yang dibangun untuk Asian GamesIV 1962 ini juga hendaknya dijadikan sebagai paru-paru kota dan ruang terbuka tempat warga berkumpul. Untuk memperoleh biaya pemeliharaan dan perbaikan fasilitas-fasilitas olah raga di dalamnya yang berkelanjutan, dibuatlah suatu persewaan tempat untuk komersial. Namun, maksud tersebut akhirnya menjadi menyimpang, banyak bagian dari kompleks ini yang dialihfungsikan menjadi bangunan komersial, sebagai contoh: Hotel Mulia, Mall, JCC, dsb, sehingga mengakibatkan luas wilayah yang murni dipergunakan untuk olah raga hanya tinggal sedikit.

Hutan kota Kridaloka tersembunyi di kawasan olahraga Senayan. Di hutan ini, dapat ditemui berbagai pohon langka maupun burung-burung merdu yang terbang di pucuk- pucuk pohon. Hutan kota ini juga dimanfaatkan oleh manusia dengan beraneka ragam aktivitasnya, seperti olah raga pagi (lari dan senam pagi), berjalan-jalan menikmati udara segar, berkumpul bersama keluarga, dsb.

Sesampainya di Hutan kota Kridaloka, pada masing-masing kelompok dijelaskan jenis-jenis tanaman yang ada di taman tersebut oleh sang pemandu. Di sana, kami menemui banyak sekali jenis tanaman unik, seperti Sirih gading (bentuk simbiosis komensalisme dan dibudidayakan, dijadikan ikon kota Depok, terdiri dari sekitar 10 jenis), Bungur (tanaman berbunga indah dengan biji dan bunganya yang merupakan makanan burung), Lobi-lobi (untuk masak orang-orang Betawi, tanaman yang banyak terdapat di rumah-rumah penduduk), Pohon sukun (tingginya bisa sampai 10 m), Kluwih, Pandan Bali (tanaman tepi pantai Bali), Mahkota dewa (digunakan untuk mengobati kanker, baru boleh digunakan jika sudah merah), Kepel (lambang pemimpin, langka dan sakral, biasanya dimakan oleh putri-putri keraton, sehingga membuat badan dan keringat mereka menjadi wangi), Pohon biola cantik (dari jauh bentuknya bulat), Angsana (besar seperti beringin.

Pada tahun 70an, angsana dan akasia, melalui program gubernur ditanam di sepanjang jalan di DKI Jakarta. Namun, ternyata serbuk bunga akasia membuat sesak napas. Akhirnya pada tahun ’85-’90an, seluruh pohon akasia yang ada di DKI Jakarta ditebang. Akasia pada umur 40-50 harus diganti dengan pohon akasia yang baru, karena mudah lapuk dan kena rayap sehingga mudah tumbang). Tanaman lain yang ada di Kridaloka: Flamboyan, Jamblang (keluarga jambu-jambuan), Khaya, Mundu, Belimbing, Sawo duren (buahnya besar dan rasanya seperti duren), Cempaka, Matoa serta Sawo kecik.

Selama perjalanan berkeliling hutan kota Kridaloka tersebut, kami mengamati bentuk daun dan batang, juga mengamati buah serta bunga, kemudian anggota kelompok saya ada yang mencoba memakan buah kepel yang berwarna merah, dan ternyata rasanya enak dan manis. Selain itu, anggota-anggota kelompok saya mencoba bergandengan tangan melingkari angsana dan diketahui satu pohon angsana sama dengan sepuluh orang melingkar. Di hutan tersebut banyak ditemui semut dan nyamuk, namun sayang, tak satupun dari kami yang menyadari keberadaan burung-burung di hutan tersebut.

Seusai berjalan-jalan, sambil makan snack, setiap kelompok diberi tugas untuk membuat semacam sketsa Hutan Kridaloka, di mana dalam sketsa tersebut diminta untuk menggambarkan objek-objek menarik yang ditemui selama berjalan-jalan di Hutan kota Kridaloka tersebut.

Selanjutnya, kami meneruskan perjalanan ke halte busway Polda Metro. Sambil berjalan kaki, kami juga mengamati kondisi di sekitar kami, sambil dijelaskan oleh pemandu kami. Kami melewati stadion renang Senayan. Diceritakan bahwa stadion tersebut dibangun pada awal tahun 80, dan merupakan satu-satunya kolam renang di Indonesia yang berstandar internasional (untuk kolam renang yang bukan untuk komersial). Sepanjang perjalanan menuju halte busway, kami juga menemui berbagai macam jenis tanaman, seperti Bisbul (pohon buah), Gandaria (buahnya untuk sambal, rasanya asam. Nama gandaria dipergunakan sebagai nama jalan di daerah radio dalam), Ketapang, Maja (Buahnya pahit, yang kemudian disebut menjadi nama kerajaan Majapahit), Sikat botol, Trembesi serta Pohon sapu tangan.

Sesampainya di halte busway, rombongan tur hijau diajak naik busway yang telah dipesan khusus menuju halte Monumen Nasional (Monas). Selama perjalanan menggunakan busway, pemandu menjelaskan etika-etika menumpang busway. Selain itu, juga dijelaskan mengenai lokasi-lokasi yang dilalui oleh busway. Sebagai contoh Taman galunggung dukuh atas, Hotel Le Meridien yang ternyata dulunya adalah kuburan Belanda, air laut dari Ancol sudah masuk kawasan Sarinah sehingga menyebabkan airnya menjadi payau, muka air tanah di daerah Sudirman sudah turun 1 m sebagai akibat eksplorasi air tanah sehingga juga terjadi intrusi air laut, Mal EX merupakan salah satu mal di jakarta yang menyediakan parkir khusus sepeda, dsb. Selain hal-hal tersebut juga dijelaskan bahwa jauh lebih baik apabila pemerintah menyediakan jalur khusus untuk sepeda dibandingkan memperbesar jalur untuk busway. Sembari naik busway, kami juga memperoleh pengetahuan-pengetahuan baru mengenai kota Jakarta.

Rombongan kemudian tiba di halte Monumen Nasional. Setelah turun dari busway, rombongan berjalan kaki menuju Taman Prasasti. Di perempatan, kami menemukan Pohon beringin pencekik. Dinamakan dengan istilah ”pencekik” dikarenakan beringin tersebut mengikat inang sampai mati (simbiosis Parasitisme). Penyedotan dari tubuh inang tersebut menyebabkan terbentuknya ruang kosong di tubuh inang, hingga pada akhirnya inang tersebut mati.

Melanjutkan perjalanan kami, akhirnya kami tiba di Museum Taman Prasasti. Museum Taman Prasasti, yang terletak di Jl. Tanah Abang 1 No. 1, Jakarta Pusat, merupakan pemakaman Belanda, berusia 214 tahun. Taman Prasasti ini termasuk pemakaman paling tua di dunia (1795), lebih tua daripada pemakaman-pemakaman yang ada di Amerika Serikat. Pemakaman ini merupakan pemakaman publik yang terkenal di jamannya, karena tokoh-tokoh masyarakat dimakamkan di pemakaman ini. Luasnya mula-mula adalah 5,5 Ha, namun karena arus sejarah maka arealnya pun menciut dan tersisa hanya sekitar 1,3 Ha. Bekas-bekas lokasi makam ini, contohnya yaitu kantor walikota. Di pemakaman ini sudah banyak prasasti yang hilang, hanya tersisa 32 makam yang masih di sini, dan yang lainnya hanya merupakan nisan-nisan bekas dari makam. Pemakaman ini sering dipergunakan sebagai lokasi shooting hingga pemotretan pernikahan.

Memasuki areal Taman Prasasti, saya melihat semacam tugu bertuliskan ”Museum Taman Prasasti” dengan patung-patung malaikat di bagian atasnya. Di sisi kanan gerbang, juga terdapat pelat batu tertempel di dinding bertuliskan ”Monumen Taman Prasasti”, di depannya terdapat sebuah replika meriam. Taman Prasasti ini posisinya dekat Kali Krukut. Pada masa itu, jenazah diangkut dengan menggunakan perahu, melalui Kali Krukut.

Rombongan berkumpul di depan pintu masuk pemakaman, yang merupakan pendopo utama yang dulu digunakan untuk upacara. Di dalam bangunan ini terdapat ruangan di sayap kanan-kiri yang berfungsi untuk menyemayamkan jenazah. Selain itu, juga terlihat banyak pilar serta pelat-pelat besi bertulis tertempel pada dinding. Di salah satu ruang bekas ruang penyemayaman jenazah inilah kita bisa membeli tiket untuk masuk ke museum ini. Dengan tiket seharga 2 ribu rupiah, kita bisa menjelajah setiap sudut area museum. Museum ini beroperasi setiap Selasa hingga Minggu, mulai pukul 9 pagi hingga 3 sore, dan tutup pada hari Senin serta hari libur nasional.

Pintu masuk pemakaman merupakan sebuah gerbang kayu besar berpintu dua, dengan pelat kayu bertulis di atasnya. Ketika menginjakkan kaki ke dalam pemakaman, yang tersirat dalam pikiran adalah perasaan takjub, karena kesan eksotik dari pemakaman tersebut. Di pemakaman ini saya tak merasakan suasana angker, kumuh, kotor walaupun rasa takut masih sedikit terasa. Berbeda dengan pemakaman umum, pemakaman ini cukup bersih dan tidak sumpek. Pemakaman ini memberikan nuansa sepi, sejuk, dan tenang, terutama di tengah hiruk-pikuknya Jakarta.

Nisan-nisan yang terdapat di pemakaman ini beraneka rupa bentuk dan bahannya. Bentuk-bentuknya bergaya Eropa klasik, sehingga memberi kesan mewah dan indah. Dari angka tahun yang tertulis di nisan, rata-rata berangka tahun wafat 1800-1900-an. Yang dimakamkan di sini pun beragam, awalnya hanya diperuntukkan oleh kaum bangsawan dan pejabat VOC/Batavia, namun seiring waktu masyarakat umum pun diterima, tentunya dengan membayar sejumlah tertentu.

Begitu memasuki kawasan ini, saya langsung berkeliling-keliling sambil memotret nisan-nisan dan prasasti yang terlihat unik serta menarik. Di sisi kanan dari gerbang masuk, terdapat sebuah kereta, mirip seperti kereta dalam film-film Eropa, yang ternyata adalah kereta untuk mengangkut jenazah. Kereta jenazah tersebut pernah dipakai untuk mengangkut jenazah dari pelabuhan Kali Krukut ke pemakaman Kebon Jahe Kober. Kereta ini terbuat dari besi dan kaca, terlihat anggun dengan ukiran-ukiran.

Seperti telah diceritakan di awal, jenazah dibawa dari kota Batavia ke pemakaman dengan menggunakan perahu yang melalui Kali Krukut, kemudian jenazah dibawa ke pemakaman dengan menggunakan kereta kuda ini. Jumlah kuda yang menarik kereta menunjukkan status sosial si jenazah. Dulu terdapat lonceng perunggu yang terpasang pada tiang besi setinggi 4 meter yang berada di pelabuhan, yang jaraknya kurang lebih 500 meter dari makam. Ketika jenazah tiba di pelabuhan, lonceng ini akan dibunyikan sebagai tanda jenazah telah tiba.

Tak jauh dari kereta jenazah, terdapat sebuah bangunan berbentuk seperti rumah, yang kini berfungsi sebagai gudang. Di bangunan itu dulunya ditemukan mumi dari keluarga keluarga A.J.W. Van Delben. Mumi itu sekarang entah berada di mana.

Berjalan agak ke belakang, saya melihat sebuah dinding dengan prasasti di tengah dan ada hiasan tengkorak yang tertancap pedang, dinamakan monumen pecah kulit. Inilah prasasti Pieter Erbelrveld, seorang campuran Jerman dan Thailand yang membenci orang-orang Belanda. Pieter Erberveld begitu membenci pemerintah Batavia yang sewenang-wenang. Beberapa kali Pieter Erbelverd melakukan perlawanan terhadap pemerintah dengan dibantu oleh Raden Kartadriya. Belanda menuduh Erbelverd hendak melakukan pemberontakan dan melakukan pembantaian terhadap etnis Belanda. Ketika tertangkap, Erberveld diganjar hukuman yang sangat kejam. Tangan dan kakinya diikatkan ke 4 ekor kuda kemudian ditarik ke 4 arah yang berbeda. Tentu saja badannya robek dan berhamburan di jalan. Lokasi tempat eksekusi Erberveld yang terletak di tepi Jacatra-weg ini kini dikenal dengan Jalan (Kampung) Pecah Kulit, yang sekarang menjadi Jalan Pangeran Jayakarta. Kepala Erberveld ini kemudian ditusuk dengan pedang dan dijadikan monumen sebagai peringatan kepada warga agar tidak melawan Belanda. Sebuah prasasti sepanjang sekitar 8 meter pun dibuat yang berisi peringatan dalam bahasa Belanda dan Jawa untuk tidak mendirikan bangunan atau menanam tumbuhan di sekitar monumen. Prasasti yang terletak di Kampung Pecah Kulit ini kemudian dipindahkan ke Museum Taman Prasasti. Namun tengkorak dan pedang di prasasti ini tentu hanya replika.

Di pemakaman ini saya menemukan banyak nama penting , antara lain H.F. Roll (pendiri STOVIA - School tot Opleiding van Indische Artsen, sekolah tinggi kedokteran untuk kaum pribumi), Olivia Mariamne Raffles (istri pertama Thomas Stamford Raffless saat masih menjabat jadi Gubernur Letnan Jawa ketika pemerintahan Inggris. Olivia adalah pencetus ide pembangunan Kebun Raya Bogor), Soe Hok Gie (tokoh pergerakan mahasiswa era tahun 1967-1969, yang meninggal menghirup gas beracun di Gunung Semeru), Miss Riboet (penyanyi dan penari terkenal dari kelompok seni Orion Junior yang didirikan oleh suaminya, Tio Tek Djien, pada tahun 1925. Selain menari, Miss Riboet piawai memainkan pedang). Dr. J.L. Andries Brandes (seorang arkeolog yang menguasai sastra Jawa kuno dan banyak sekali mengungkap Sejarah Indonesia, mulai dari Kitab Pararaton, naskah raja-raja Tumapel hingga Majapahit), Adami Caroli Claessens (seorang pastur Katolik yang datang ke Hindia Belanda pada tahun 1847. Salah satu jasa Claessens adalah membangun kembali Gereja Katedral yang roboh pada tahun 1890), J.H.R. Kohler (seorang panglima tinggi militer Batavia yang gugur ketika melakukan ekspedisi ke Aceh).

Pemakaman ini rupanya sangat menarik bagi rombongan tur, terutama untuk berfoto-foto. Di beberapa tempat terdapat patung-patung menarik seperti malaikat, dan juga terdapat replika katedral. Ada juga bentuk-bentuk bangunan dengan arsitektur yang indah.

Seusai berkeliling-keliling dan berfoto-foto, rombongan berkumpul sembari duduk-duduk menikmati keteduhan suasana. Acara dilanjutkan dengan presentasi masing-masing kelompok untuk menjelaskan sketsa Kridaloka dan Taman Prasasti yang telah mereka buat. Kemudian, dilanjutkan dengan makan siang sambil mengisi kuesioner, masih di dalam areal pemakaman Taman Prasasti.

Selesai makan siang, rombongan berfoto bersama, kemudian kembali berjalan kaki menuju halte busway monumen nasional, kemudian kembali ke Senayan menggunakan busway. Dalam perjalanan menuju Senayan, panitia Green Map menjelaskan mengenai apa itu Green Map, dsb.

Sesampainya di Senayan, rombongan berjalan kaki ke area ICE 2009, lokasi dimana bisa bertemu, berinteraksi dengan komunitas-komunitas lain. Ada sekitar 150 komunitas berekspresi di sini, termasuk juga stand Green Map Jakarta.

Mengikuti Tur Hijau Green Map sangat menarik dan bermanfaat, karena memberikan banyak pengetahuan baru, terutama mengenai kawasan hijau di Jakarta dan juga mengenai sejarah masa lampau. Berkunjung ke Hutan kota Kridaloka dan Museum Taman Prasasti dapat dijadikan tempat alternatif untuk wisata. Setelah mengikuti tur Green Map ini, diharapkan masyarakat semakin peduli terhadap kondisi Jakarta, termasuk pentingnya pelestarian kawasan hijau dan lokasi bersejarah, serta menyadari perlunya menjaga etika dalam menggunakan kendaraan umum seperti busway.

Monday, November 16, 2009

Kota Tua, Harta & Sejarah Kota Jakarta





Senin, 02-03-2009 11:55:53

oleh: Gracia Emerentiana

Kanal: Wisata

www.wikimu.com




”Kota tua” merupakan saksi sejarah kota Jakarta, dibalik arsitektur bangunannya yang mengagumkan menyimpan ”Misteri” akan peristiwa sejarah di masa lampau. Inilah selintas mengenai kota tua Jakarta dan sejarahnya....

Museum Wayang Gedung ini awalnya bernama Gereja Lama Belanda (De Oude Hollandsche Kerk) dibangun pada tahun 1640 M. Pada tahun 1732 M, gedung ini diperbaiki dan berganti nama menjadi Gereja Belanda Baru (De Nieuwe Hollandsche Kerk). Namun, terjadi gempa bumi pada tahun 1808 M yang menyebabkan sebagian bangunan ini hancur. Kemudian dibangun lagi pada Tahun 1912, dan dijual oleh pemerintah Hindia Belanda kepada sebuah perusahaan yang bernama Geo Wehry & Co serta dijadikan kantor hingga tahun 1934. Pada tahun 1936, kepemilikan gedung ini berpindah lagi setelah dibeli oleh sebuah Lembaga Ilmu Pengetahuan, Seni dan Budaya di Batavia milik pemerintah Belanda. Baru pada tahun 1957, gedung ini diserahkan pada Lembaga Kebudayaan Indonesia dan secara resmi dijadikan Museum Wayang pada tanggal 13 Agustus 1975.


Kalibesar

Kalibesar merupakan nama jalan di daerah Jakarta Utara. Letaknya tidak jauh dari Museum Sejarah Jakarta. Dengan berjalan kaki dari Museum Sejarah Jakarta, kita hanya membutuhkan waktu lima menit saja untuk mencapai jalan Kalibesar ini. Dulu pada abad ke-17, Jalan Kalibesar terkenal sebagai daerah pusat bisnis perdagangan yang cukup terkenal dan bergengsi. Jalan Kalibesar ini biasa disebut Grootegracht yang artinya kali besar, karena di jalan tersebut terdapat kali yang diapit jalan dan bangunan. Selain pusat bisnis perdagangan, di Jalan Kalibesar juga banyak terdapat rumah penduduk Cina. Kali itu sendiri menjadi jalur lalu lintas kapal bongkar muat barang. Hingga akhirnya pada tahun 1740, terjadi kerusuhan di Jalan Kalibesar dan banyak rumah penduduk dibakar.

Pada tahun 1870, Jalan Kalibesar dibangun kembali. Di Jalan Kalibesar terdapat bangunan berlantai dua dan berwarna merah. Nggak heran kalau bangunan ini disebut Toko Merah. Bangunan ini sangat terkenal pada zaman dulu karena pernah ditinggali oleh beberapa Gubernur Jenderal VOC. Saat ini bangunan Toko Merah masih berdiri kokoh dan digunakan sebagai perkantoran.

11 Tahun Tragedi 12 Mei... Kapankah Berakhir?




Selasa, 28-04-2009 14:29:11

oleh: Gracia Emerentiana

Kanal: Peristiwa

www.wikimu.com




Hampir 11 tahun berlalu, namun Tragedi 12 Mei tak juga kunjung terselesaikan dengan tuntas. Begitu pula dengan semangat para mahasiswa Trisakti yang tak kunjung padam untuk menyelesaikan kasus tersebut. Tragedi 12 Mei yang lebih dikenal dengan Tragedi Trisakti, telah merenggut nyawa 4 orang mahasiswa Trisakti, yaitu Hafidin Royan, Elang Mulia Lesmana, Hendryawan Sie, dan Hery Hartanto.

Peristiwa ini awalnya dilatarbelakangi oleh kondisi negara yang sulit, yaitu goyahnya perekonomian Indonesia pada awal tahun 1998 serta kondisi pemerintah yang tidak lagi memiliki kredibilitas. Dengan adanya kondisi yang seperti ini, mahasiswa Trisakti tergugah untuk mengadakan orasi yang menuntut agar Soeharto turun dari jabatannya karena kepemimpinannya sudah tidak dapat dipercaya lagi terutama dalam bidang ekonomi.

Puncaknya terjadi pada 12 Mei 1998, dimana 12.000 mahasiswa dari Universitas, Akademik dan Sekolah Tinggi Trisakti beserta para guru besar Trisakti mengadakan orasi besar-besaran yang dilaksanakan di Jungle (pelataran parkir kampus A Universitas Trisakti). Selesai orasi seluruh mahasiswa Trisakti sepakat ke gedung DPR/MPR, kurang lebih 5000 mahasiswa Trisakti turun ke jalan. Di depan wali kota mahasiswa dihadang oleh aparat KODAM. Setelah bernegosiasi mahasiswa maju menuju kejaksaan Jakarta Barat yang kemudian dihadang lagi oleh aparat kepolisian. Perwakilan mahasiswa, Hendro (ketua senat) bernegosiasi dengan Kapolres dan Dandim. Negosiasi berlangsung lama karena mahasiswa dijanjikan oleh pihak Kapolres untuk bertemu dengan Hari Sarbarno ketua fraksi ABRI, untuk membacakan statement yang dibawa oleh mahasiswa untuk di gedung DPR/MPR.

Sebelumnya pihak Trisakti dengan Wakapolda Dirjen Gunawan sudah memberi himbauan kepada polisi untuk jangan mengadakan represif terhadap mahasiswa karena yang dilakukan oleh mahasiswa bukanlah bentuk kekerasan, melainkan hanya menyampaikan pendapat yang bermodalkan peluru hati nurani dan idealisme.

Komandan lapangan saat itu ialah Kolonel Polisi Artur Damanik. Kapolres memberikan ultimatum kepada mahasiswa untuk kembali ke kampus. Mahasiswa menyepakatinya karena sampai saat itu mereka belum juga mendapatkan jawaban dari DPR/MPR untuk bertemu dengan Hari Sarbarno.

Keadaan masih kondusif dengan Kapolres sampai akhirnya terjadi insiden dimana seorang oknum yang bernama Maskud (dulunya pernah kuliah di Fakultas Desain Trisakti tetapi tidak tamat) berteriak membentak-bentak mahasiswa, spontan mahasiswa langsung berdiri dan mengejar Maskud. Oknum tersebut dikejar massa dan lari menuju barisan polisi, tiba-tiba polisi membuat barikade dalam posisi siap. Daripada keadaan menjadi rumit, pihak Kapolres dan mahasiswa Trisakti beserta Otorita (satuan pengaman Trisakti) sepakat untuk balik kanan. Kapolres kembali ke arah barisan polisi dan mahasiswa kembali menuju kampus.

Setelah mahasiswa kembali menuju kampus, tiba-tiba dari arah belakang ada beberapa mahasiswa yang mendengar dari arah polisi yang mengatakan posisi siap tembak, polisi mengokang senjatanya. Serentak mahasiswa kaget dan menengok ke arah sumber suara. Seiring polisi mengokang senjata, pasukan bermotor yang berada di belakang barisan polisi pun menyalakan motornya. Dengan serentak pasukan bermotor itu mengejar mahasiswa dan pada saat itu pula tembakan senjata diluncurkan.

Ternyata peluru yang dilontarkan bukan peluru karet melainkan peluru tajam. Mahasiswa berlarian menuju kampus, sedangkan tembakan yang bertubi-tubi dikeluarkan oleh polisi ke arah mahasiswa beserta dengan gas air mata. Polisi menembaki mahasiswa dari luar pintu gerbang Trisakti, sebagian polisi yang berada di atas jembatan layang mengarahkan tembakannya ke arah mahasiswa yang berlarian di dalam kampus. Kejadian ini berlangsung sekitar dua jam lebih (yaitu pukul 17.00 – 19.00).

Ketika tembakan dari polisi sudah mereda, mahasiswa serta otorita membantu korban-korban yang tertembak dan terkena gas air mata untuk dibawa ke RS Sumber Waras. Kejadian ini mengakibatkan empat mahasiswa Trisakti meninggal dunia dan puluhan mahasiswa serta beberapa dosen luka berat, termasuk Hendro (ketua senat) terkena luka tembakan. Keempat mahasiswa yang meninggal, tewas di dalam kampus. Kejadian ini berakhir sekitar pukul setengah delapan malam. Beberapa mahasiswa menginap di kampus dan sebagian pulang lewat jalan belakang ke arah Tanjung Gedong, pihak otorita membukakan jalan dan menitipkan mahasiswa ke warga setempat. Sebagian mahasiswa yang pulang lewat pintu depan keluar lima-lima dan mengangkat tangannya sebagaimana yang diperintahkan oleh Kolonel Polisi Artur Damanik.

Untuk mengenang tragedi tersebut, di Trisakti setiap tanggal 12 Mei diadakan upacara dan biasanya dilanjutkan dengan orasi serta diskusi di DPR/MPR yang menuntut pertanggungjawaban pemerintah untuk mengusut tuntas serta menyelesaikan tragedi Trisakti karena hingga kini belum juga menemukan titik temu antara keadilan dan kebenaran. Selain itu, di Trisakti didirikan sebuah monumen yang dinamakan dengan Monumen Tragedi 12 Mei yang terdiri dari empat tugu yang melambangkan empat mahasiswa yang gugur dalam Tragedi Trisakti.

Begitu pula dengan museum yang terdapat di lantai dasar gedung M (Gedung Sjarif Thajeb) Kampus A Universitas Trisakti, berisi kenangan-kenangan akan peristiwa yang merenggut nyawa keempat mahasiswa tersebut. Di dalam museum ini terdapat foto-foto saat tragedi tersebut terjadi, foto dan barang-barang pribadi milik keempat mahasiswa yang gugur, papan yang masih ada bekas lumuran darah yang dulu digunakan untuk mengangkut korban penembakan tragedi Trisakti serta kaca jendela yang pecah karena tembakan peluru yang diluncurkan oleh polisi pada saat kejadian. Di dekat gedung M ini terdapat dua titik yang merupakan tempat tewasnya dua dari empat orang mahasiswa Trisakti yang gugur, yaitu Hafidin Royan dan Hery Hartanto, titik-titik tersebut ditandai dengan sebuah lingkaran yang terbuat dari keramik dan dilengkapi dengan karangan bunga yang diletakkan di sampingnya ataupun di atasnya.

Pada Monumen Tragedi 12 Mei tertera tulisan di bagian sampingnya, tulisan tersebut berbunyi seperti berikut:



Hari ini kami datang bersama bunga dan sejuta pekik sebagai tanda kasih serta keteguhan kami demi keadilan… karena kami yakin bahwa Reformasi merupakan keharusan

Merah Putih setengah tiang bersaksi atas Darah, Keringat, Air Mata, Rasa Takut dan rasa ingin berontak bercampur menjadi satu… Ratusan dari kami yang cedera puluhan dari kami yang ditembaki atas kesewenang-wenangan Penguasa… Empat saudara kami tercinta, telah gugur meninggalkan ribuan duka, kalut dan marah yang mendalam

… Perjuanganmu takkan sia-sia saudaraku, tiap tetes darahmu akan berarti bagi Bangsa dan Negri ini… Dan ini menjadi bukti bagi kami yang setia bahwa keAdilan adalah kePatutan!



Jakarta, 12 Mei 1998

Mereka yang telah Berjuang




Demikianlah isi tulisan tersebut. Hampir sebelas tahun berlalu, namun semangat reformasi masih melekat di jiwa mahasiswa Trisakti. 12 Mei bukanlah perayaan melainkan merupakan peringatan terhadap semangat para mahasiswa yang berjuang demi rakyat. Meskipun banyak yang bilang mahasiswa Trisakti termasuk golongan borjuis dimana krisis moneter tidak terlalu berpengaruh pada mereka, tetapi mereka masih ingat bahwa masih banyak rakyat Indonesia yang kelaparan dan mengalami keterpurukan di luar sana. Kita mestinya meniru semangat mereka demi membangun bangsa kita, bukan malah menjadi orang yang ikut menghancurkan bangsa.



Transportasi Jakarta: Mulai Dari Diri Sendiri

Senin, 27-04-2009 10:06:38

oleh: Gracia Emerentiana

Kanal: Opini

www.wikimu.com


Berkeliling kota Jakarta, kita akan bertemu dengan yang namanya ‘kemacetan’, ‘polusi udara’ serta ‘kebisingan’. Ketiga permasalahan ini tidak asing lagi dan sepertinya sudah menjadi kebiasaan ataupun budaya kehidupan di kota metropolitan.

Jakarta merupakan kota besar yang sangat padat penduduknya, begitu pula dengan jumlah kendaraannya yang juga padat. Transportasi di Jakarta banyak macamnya baik kendaraan beroda dua maupun kendaraan beroda empat, serta ada pula yang tidak beroda (seperti sampan), umumnya dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu kendaraan pribadi dan kendaraan umum. Kendaraan pribadi yaitu motor, mobil dan juga sepeda. Kendaraan umum terdiri dari banyak jenis, yaitu yang berupa mini bus (seperti Kopaja, Metro mini, Kopami), bis besar (seperti Mayasari Bhakti, dll), bis antar kota, angkutan umum yang berupa mobil (seperti KWK, mikrolet, dll), bajaj, bemo, taxi, kereta, ojek motor dan ojek sepeda, sampan dan juga tak lupa angkutan umum yang sedang populer yaitu ‘bis Trans Jakarta’ atau yang biasa dikenal dengan sebutan ‘busway’. Ada pula kendaraan lain yang berfungsi untuk keperluan komersial, dinas maupun jasa, seperti truk dan tronton.

Ketika mengikuti acara ‘Tur Wisata Hijau’ yang diadakan oleh komunitas ‘Peta Hijau Jakarta’ pada hari Minggu, 26 April 2009 kemarin, saya jadi ikut memperhatikan kondisi transportasi di Jakarta. Di Jakarta orang-orang berduit cenderung menggunakan kendaraan pribadi, padahal banyak tersedia angkutan umum, hal ini yang menjadi akar kemacetan di Jakarta dengan banyaknya jumlah kendaraan yang dioperasikan disertai dengan banyaknya praktek pelanggaran peraturan dalam berlalu lintas yang menyebabkan ketidakteraturan. Begitu pula dengan ‘polusi udara’ serta ‘kebisingan’ menjadi merajalela karena diproduksi oleh kendaraan bermotor dalam jumlah besar.

Dengan adanya ‘Hari Bebas Kendaraan Bermotor’, kita dapat terhindar sejenak dari ketiga permasalah transportasi tersebut di atas. Istilahnya ‘Biarkanlah bumi beristirahat sejenak, begitu pula dengan makhluk hidupnya’. Pada kesempatan tersebut, masyarakat Jakarta memanfaatkan momen dimana jalur cepat Thamrin-Sudirman ditutup untuk kendaraan bermotor dengan berolahraga, berjalan kaki, berjoget serta bersepeda bersama keluarga maupun teman-teman yang dapat membina keakraban serta kepedulian terhadap sesama dan lingkungan sekitar.

Begitu pula dengan saya yang sangat menikmati perjalanan dengan menggunakan sepeda dari Universitas Atma Jaya hingga SDN Percontohan 12 Benhil, rasanya segar sekali karena tidak ada asap kendaraan bermotor biarpun sinar matahari saat itu cukup menyilaukan dan menyengat. Selain itu, ada kepuasan tersendiri karena merasakan semacam kebebasan dari kepenatan yang selama ini dialami akibat kemacetan, asap serta kebisingan ketika berada di jalan-jalan raya di Jakarta. Momen tersebut saya harap juga dapat menyadarkan warga Jakarta akan pentingnya merawat dan menjaga bumi kita ini dari segala macam bentuk polusi maupun perusakan. Bumi sudah sakit, oleh karena itu kita bersama-sama hendaknya berusaha menyelamatkan dan menyembuhkan bumi kita ini.

Bis TransJakarta merupakan salah satu kendaraan umum yang menurut saya cukup bermanfaat karena dengan dioperasikannya bus tersebut diharapkan dapat mengurangi jumlah penggunaan kendaraan pribadi, begitu pula dengan peraturan 3 in 1. Selain ramah lingkungan, bis TransJakarta juga mampu mengangkut penumpang dalam jumlah cukup banyak (1 unit bis mampu mengangkut hingga 85 orang penumpang) serta bebas macet dan dapat menghemat waktu perjalanan.

Pembuatan program-program transportasi di Jakarta sebenarnya sudah cukup baik, dengan diadakannya peraturan mengenai 3 in 1, persyaratan kadar emisi polutan yang keluar dari knalpot kendaraan bermotor, serta alternatif baru seperti busway dan juga monorail yang bertujuan untuk memperbaiki kondisi lingkungan Jakarta yang sudah sangat terpolusi, namun pelaksanaannya yang masih sulit karena banyaknya masyarakat yang ‘belum sadar peraturan’, seperti melanggar etika dalam berkendaraan umum (berhenti tidak pada tempatnya/bukan di halte yang telah disediakan, kendaraan umum yang dikendarai dengan kecepatan yang melanggar batas kecepatan, memaksakan memenuhi kendaraan dengan penumpang hingga overload, etika menggunakan kendaraan umum seperti berdesak-desakan dan tidak mau antri saat naik maupun turun dari kendaraan umum, dan lain sebagainya), menerobos lampu merah, melanggar 3 in 1, menggunakan jalur busway, melawan arah jalan, ugal-ugalan, dan lain sebagainya.

Pelanggaran-pelanggaran tersebut terjadi selain karena kurangnya kesadaran masyarakat, juga dapat disebabkan oleh kurang kuatnya peraturan serta sanksi yang ditegakkan terhadap berbagai macam bentuk pelanggaran tersebut. Di sini diperlukan peran pemerintah serta peran serta masyarakat, jika kedua elemen tersebut tidak ada, maka keteraturan dalam hal transportasi tidak akan dapat terwujud.

Ada baiknya kita mulai untuk mencoba menggunakan kendaraan umum dan meninggalkan penggunaan kendaraan pribadi demi mengurangi kemacetan, lebih baik lagi jika kita mencoba untuk bersepeda, selain ramah lingkungan juga bermanfaat bagi kesehatan tubuh pengendaranya. Menyelamatkan bumi harus dimulai dari diri sendiri. Jika diri sendiri tidak mau dan tidak memberi contoh, maka tidak akan ada orang lain yang akan berubah pula. Jika bukan kita, siapa lagi? Mari kita selamatkan Bumi!

Gagahnya Kapal Perang TNI-AL


Jumat, 15-05-2009 15:58:05

oleh: Gracia Emerentiana

Kanal: Peristiwa

www.wikimu.com



Di bawah ini adalah sekelumit cerita tentang 2 kapal TNI AL, yang dikunjungi pada saat acara Wikimu Wisata Kapal Perang TNI AL, 3 Mei 2009 lalu. Kedua kapal ini adalah KRI Teluk Hading (tipe LST) dan KRI Tanjung Nusanive.

Sejarah Kapal LST

Kedatangan kapal jenis Landing Ship Tank (LST) di Indonesia merupakan awal dari terbentuknya Satfib Koarmatim (Satuan Kapal Amfibi Komando Armada RI Kawasan Timur). Kapal LST pertama masuk ke Indonesia pada September 1958, yang merupakan hibah dari Tiongkok, dan diberi nama KRI Teluk Wadjo. Disusul oleh LST dari USA pada 31 Maret 1960 yang diberi nama KRI Teluk Langsa. Pemerintah menyediakan kapal LST bagi wilayah kepulauan selain untuk membuka jalur pelayaran di pulau-pulau terluar, juga sebagai upaya membuka keterisolasian beberapa provinsi yang mempunyai banyak pulau.

Ada lima daerah yang disediakan kapal LST oleh pemerintah, yaitu Maluku, Maluku Utara, Irian Jaya Barat, dan Papua. Kapal jenis ini menjadi solusi karena beberapa daerah belum memiliki dermaga, sehingga daerah terisolasi karena tidak dapat dilabuhi oleh kapal. Selain itu, dibutuhkan dana besar untuk membangun dermaga. Dengan demikian disediakan kapal LST, dimana juga membuka jalur pelayaran satu minggu sekali.

Kondisi Kapal LST

Kapal LST tidak memiliki tangga masuk ke kapal seperti layaknya kapal pesiar. Jalan masuk menuju kapal ini berupa landasan miring dengan sekat-sekat di lantainya berfungsi sebagai pengganti tangga. Kapal ini biasanya digunakan untuk mengangkut tank, oleh karena itu jalan masuknya pun disesuaikan dengan jalan tank.

Kapal LST yang saya kunjungi ketika mengikuti wisata kapal peran TNI-Al yang diadakan oleh Wikimu.com (3 Mei 2009) yaitu kapal LST bernomor identitas 538, dan dinamakan dengan KRI Teluk Hading, yang merupakan kapal LST paling baru yang dimiliki oleh TNI-AL, buatan Jerman. Di dalamnya banyak terdapat lorong-lorong yang memisahkan ruangan-ruangan kapal. Di dekat pintu masuk terdapat gambar kapal LST disertai tulisan mengenai sejarahnya.

Fasilitas yang terdapat di kapal LST 538 yaitu ruang meeting ber-AC, ruang cuci baju yang dilengkapi dengan mesin cuci, kamar untuk awak kapal dimana setiap kamarnya terdiri dari 2 ranjang bertingkat (total 4 tempat tidur), ruang mesin, ruang pantau, ruang kontrol, dek, geladak, navigator, ruang untuk penyusunan strategi yang dilengkapi dengan peta, di bagian atas kapal terdapat senjata perang seperti senjata yang terdapat pada tank serta terdapat ruangan-ruangan lain yang tidak sempat ditunjukkan oleh ABK yang memandu kami.

Kapal Tanjung Nusanive

Berbeda dengan kapal LST, kapal Nusanive tidak digunakan untuk berperang, namun digunakan untuk mengangkut orang-orang penting seperti pimpinan TNI-AL dan Presiden. Ketika berlayar, posisi kapal Nusanive berada di tengah, dikelilingi oleh kapal LST, dan di barisan paling depan yaitu kapal selam. Dan yang berbeda lagi dengan LST, yaitu Nusanive berukuran lebih besar dan juga memiliki fasilitas yang jauh lebih bagus dari LST.

Kondisi Kapal Nusanive

Tidak seperti ketika berada di dalam kapal LST yang panas, di dalam kapal Nusanive sebagian besar ruangan-ruangannya dilengkapi dengan AC. Selain itu kapal Nusanive juga lebih mewah dan megah, terutama di bagian dalamnya. Lorong-lorongnya pun terlihat elegan. Kapal Nusanive memiliki sekitar 10 lantai. Lantai 5 dan 6 merupakan kelas 1 dan 2, digunakan untuk para pimpinan kapal ataupun orang-orang penting seperti Presiden.

Pada lantai 6 terdapat ballroom yang cukup mewah, berbentuk U dan di dalamnya terdapat Bar serta sofa-sofa yang nyaman dan empuk. Kamar-kamar VIP serta tempat untuk bermain tenis meja terletak di lantai 5, sedangkan kamar VVIP dan kamar Presiden terletak di lantai 6. Di lantai 6 juga terdapat ruang rapat yang berukuran cukup luas dilengkapi dengan sofa, TV dan perabot-perabot lainnya.

Pintu masuk kapal Nusanive terdapat di lantai 4, dimana untuk mencapai pintu tersebut kita harus terlebih dahulu menaiki tangga yang cukup tinggi. Begitu masuk ke kapal Nusanive, tepat di depan pintu masuk terdapat kantin dan provos. Di kantin kita bisa membeli makanan dan minuman. Yang bertugas menjaga kantin adalah juga anggota TNI-AL.

Di lantai atas kapal terdapat ruang kontrol yang sangat berbeda dengan ruang kontrol yang terdapat pada kapal LST. Ruang kontrol kapal Nusanive jauh lebih luas dan peralatannya juga lebih lengkap, salah satunya yaitu radar yang menggunakan suara di bawah laut sebagai penanda/sensor. Begitu pula dengan ruangan-ruangan lainnya yang terdapat di dalam kapal Nusanive. Kapal Nusanive memiliki sekitar 7 sekoci berukuran cukup besar. Pada lantai 3 kapal ini merupakan kamar-kamar kelas ekonomi, dan lantai paling bawah yaitu ruang mesin.


Berwisata ke kapal perang TNI-AL, selain akan memberikan pengetahuan mengenai TNI-AL, fasilitas yang terdapat di dalam kapal-kapal TNI-AL beserta fungsinya, juga memberikan pengalaman yang berharga dimana kita bisa bertemu dan berkumpul bersama dengan banyak orang yang berasal dari berbagai latar belakang dan usia.